[30]

2.4K 334 37
                                    

Haizley's POV

"Kenapa kau selalu memaksa aku seperti ini. Kau pasti bisa memberi alasan pada Olivia. Kenapa dia bisa tahu kalau hari ini aku tidak bekerja," cecarku. Aku sudah menahan ini dari tadi. Sejak Harry menjemput aku saat Olivia akan berangkat ke sekolah.

"Apa salahnya jika kau mengantar anakmu sendiri ke sekolah," ucapnya membuat aku bungkam. "Kalau kau tidak dipaksa kau tidak mau."

"Segala yang dipaksakan itu tidak baik."

"Tidak baik," Harry tertawa disampingku dengan pandangan masih fokus pada jalanan. "Kalau sesuatu yang dipaksakan tidak baik, Olivia tidak akan ada."

Aku menautkan alisku karena bingung. "Apa maksudmu?"

"Kau tidak perlu pura-pura tidak tahu seperti itu, kau juga menikmatinya 'kan-"

"Apa sih!" potongku. Aku menyelipkan rambutku yang tadi menutupi setengah wajahku. "Coba kalau kau bersama Chelina. Memangnya kau berani menggoda pacarmu dengan kata-kata kotor seperti itu."

"Kenapa kau sangat lucu. Kau selalu berhasil membuat aku bahagia. Lama lama aku semakin mencintaimu jika kau terus membuat aku tertawa," ujarnya membuat aku menaikkan sudut bibirku.

"Aku tidak sedang membuat lelucon, aku bertanya bodoh."

"Tidak sopan kalau aku bicara kotor pada Chelina."

"Ya, baguslah berarti kau menghargai pacarmu itu."

Harry mengusap kepalaku. "Oh c'mon, kau harus tahu Chelina lebih tua empat tahun dari aku. Tidak sopan berbicara kotor pada orang tua."

"K-kau serius?"

"Ya, aku kan suka yang tua tua."

"Iya, karena kau sudah tua," ucapku lalu menyingkirkan satu tangan Harry dari atas kepalaku.

"Oh kau lupa, ya? kita kan orang tua."

"Kalau misalnya nanti Olivia tahu kita berpisah dan Cameron mau menikahimu bagaimana? kau menerimanya tidak."

Aku langsung menjentikkan jariku. "Begini saja, kau membantu aku mendekatkan Olivia dan Cameron, dan -ya aku membantumu dengan Chelina."

Harry tersenyum seperti mengejek aku. "Kau tahu 'kan. Olivia itu berbeda dari anak-anak kebanyakan. Kalau dia mengatakan tidak, sampai cita-cita gilanya yang ingin menjadi ratu inggris benar-benar tercapai pun, dia akan tetap mengatakan tidak."

"Tapi Olivia memang tidak pernah suka pada Cameron. Anak itu tidak menunjukkannya secara langsung, namun dia tidak pernah mau diajak mengobrol. Dia mau diajak mengobrol namun, Cameron selalu menyerah."

"Aku sudah mengatakan, anak itu cerdas. Dia tahu yang baik dengan yang buruk. Percayalah, dia akan membenci pacar kecilmu itu dan juga Chelina. Kurasa yang terbaik adalah kita-" Harry menggantung kalimatnya dengan kembali tertawa. Ini yang kubenci darinya.

"Kembali? Yang benar saja. Kau mau kemanakan pacarmu itu," ucapku lalu mengalihkan pandanganku dari wajah Harry. Aku membenci hari-hariku ketika sedang tidak bekerja. Jika aku tidak bekerja Olivia tahu dia akan memaksa aku mengantarnya ke sekolah. Sebagai ibu yang baik tentu aku harus menurutinya. Bukan itu masalahnya, Olivia akan mengamuk jika hanya aku sendiri yang mengantarnya. Jadi itu berarti aku harus bertemu dengan homo sapiens, keriting, menjengkelkan, Harry. Aku curiga kalau ini akal-akalan Harry saja. Kenapa dia sangat hobi membuat aku kesal. "Apakah Louis tidak bisa mewakili aku?"

"Yang membuat Olivia kau dan aku bukan aku dan Louis," jawabnya. Aku menempelkan pipiku pada jendela kaca mobil. Kami hanya berdua diatas mobil setelah mengantar Olivia ke sekolah.

"Cameron belum kembali dari La Rochelle?" pandanganku yang tadi lurus ke depan, menjadi ke samping menatap Harry yang baru saja bertanya.

"Ya, aku merindukannya. Ngomong-ngomong kemarin aku mengobrol banyak dengan Chelina melalui telepon. Katanya kau membohongi aku dengan mengatakan dia sudah pulang. Aku tidak tahu maksud dan tujuanmu melakukan itu, tapi aku tidak peduli. Dia juga mengatakan padaku kalau dia butuh waktu dengan Olivia. Dia ingin dekat dengan Olivia. Singkatnya dia ingin belajar jadi ibunya," ucapku. Aku tersenyum getir mengingat ucapannya. Olivia segalanya bagiku dan aku masih belum rela jika anak itu akan dekat dengan pacar Harry. "Kurasa, aku harus menyusul Cameron. Aku ingin mengurus pacarku."

"Cameron sudah kurus. Lebih baik kau mengurusi aku." aku tahu maksud Harry hanya bercanda. Aku dengar-dengar dari Niall, dia berencana menikahi Chelina. Aku belum memastikan kebenaran kabar itu. Aku ingin bertanya namun aku takut Harry akan meledekku habis-habisan. Kalau pun itu benar, aku harap pilihan Harry tidak salah dan nantinya Olivia bisa menerima itu. Satupun ucapan Harry selama ini tidak ada yang bisa aku anggap serius, saat dia mengatakan kalau dia ingin kembali, dia benar-benar mencintai aku, ataupun dia mengatakan kalau dia ingin memutuskan Chelina. Bagaimana bisa aku percaya kalau dia sungguh-sungguh mengatakan itu, dia mengatakan itu sambil tertawa, menyengir, dan ekspresi bodohnya yang membuat aku ingin menghantamkan tanganku pada tengkoraknya.

"Bagaimana bouquet bunga itu?" aku memutar mataku mendengar pertanyaan Harry.

"Sudah kubuang," jawabku singkat. Dua hari yang lalu aku mendapatkan kiriman bunga melalui Olivia, awalnya aku senang sebelum aku menemukan sesuatu. Di dalam bouquet bunga ada kertas, surat gombalan basi dari Harry. Aku jadi berfikir kalau bunga itu hasil kekejaman Olivia, merampas bunga dari Harry untuk Chelina. Pasti Harry membutuhkan waktu lama menuliskan kata-kata dalam surat itu. Meskipun hanya berisi gombalan yang mungkin bisa membuat Chelina tersenyum tujuh hari tujuh malam.

Aku bersyukur ini adalah rute terakhir sebelum aku sampai ke rumahku. Setelah ini Harry ada urusan jadi dia tidak akan singgah. Dia memang hanya ingin mengantar Olivia ke sekolahnya, tanpa seorang supir. Yang aku sukai dari Harry dia selalu ada waktu untuk Olivia.

"Kau pernah memikirkan hubungan yang serius dengan Cameron?" tanyanya. Aku menengadah menatapnya. Ia terlihat serius.

"Dia sering membahasnya. Olivia belum tahu kalau Cameron pacarku dan Chelina adalah pacarmu. Aku belum siap menyakiti perasaan anak itu," ucapku. Aku tidak bisa membayangkan kedepannya ketika Olivia sudah tahu kalau aku dan Harry bukan berstatus sebagai pasangan lagi.

"Aku tidak yakin kalau aku jujur mengenai siapa Chelina sebenarnya Olivia akan tetap menyukai Chelina," Harry berdehem suaranya menjadi lebih dalam seperti sedang menahan sesuatu. "Bahkan aku tidak tahu, jika kita mengatakan yang sebenarnya dia masih menyukai kita atau tidak."

"Aku membayangkannya saja sulit."

"Haizley kau tidak-"

"Aku akan meminta supirku untuk menjemput Olivia nanti," kataku dengan sengaja memotong ucapan Harry. Dia hanya bergumam menyetujui. Setelahnya Harry tidak bicara lagi begitupun denganku. Saat mobilnya sudah berhenti di halaman rumahku aku langsung membuka pintu mobilnya agar tidak terjadi percakapan lagi diantara kami.

[]

Mate MoronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang