[42]

3.6K 394 138
                                    

Author's POV

"Oliver, aku dengar-dengar Dad mu punya pacar, ya?" tanya Bradley.


"Dasar penggosip. Bradley, kalau besar kau bercita-cita menjadi presenter? Kau akan menggosip orang tuamu sendiri nantinya," kata Leo. Anak itu menarik tangan Bradley turun dari bangku Taman kemudian dia menggantikan posisi Bradley dan menggantungkan lengannya pada pundak gadis kecil yang duduk di sampingnya.

"Lebih baik menjadi presenter. Lebih aneh lagi cita-citamu, ingin punya pacar banyak. Seperti yang laku saja. Percayalah Leo, kau itu penerus uncle Niall nantinya menjadi maskot bujangan lapuk," ledek Bradley. Ia pun duduk di samping Olivia, membuat Olivia menjadi di tengah. "Oliver, yang tadi aku tanyakan benar tidak?"

"Oliver, kau belum pulang ya?" tanya Listal, Olivia hanya mengangguk. Anak itu berdiri di depan Olivia sambil menggendong tasnya.

"Oliver... jawab pertanyaanku," ujar Bradley tidak sabar.

Raut wajah gadis kecil itu berubah menjadi masam. "Kau tidak bertanya. Apakah Mom mu juga mempunyai pacar?"

"Apakah itu benar?" tanya Bradley mewakili isi otak Leo yang sebenarnya penasaran namun ibunya sudah mengajarinya untuk tidak menanyakan hal seperti itu kepada Olivia.

Olivia mengangguk. "Tapi Dad ku sudah putus dengan Chelina dan Mom ku juga putus dengan pacarnya. Lagipula mereka juga sudah cerai, aku belum mengerti apa arti kata itu. Tapi yang aku tahu mereka tidak bersama-sama seperti orang tua kalian yang tidur bersama, makan, ataupun tinggal serumah."

"Kalau orang tuamu bercerai, itu enak tidak?" tanya Bradley.

"Ya. Aku dapat dua Natal di setiap tahunnya, informasi untukmu. Dan tentu saja aku banyak dapat hadiah. Pasti kalian hanya merayakan Natal di satu rumah saja kan." Leo dan Bradley hanya mengangguk, kedua anak itu menganga mendengar perkataan Olivia dan sedang membayangkan Natal yang dialami Olivia.

"Aku merayakan dua hari Raya di setiap tahunnya," celetuk Listal.

Olivia memutar bibirnya. "Itu beda lagi."

Leo memukul pundak Bradley. "Pulang nanti aku akan meminta Dad ku agar cepat-cepat cerai."

"Aku juga." Bradley menatap lurus ke depan, entah untuk alasan apa anak itu tersenyum. Anak laki-laki itu mengepalkan tangannya kemudian membuat sikutnya mundur ke belakang, "Yes! New Daddy."

"Listal, kau tidak mau orang tuamu bercerai?" tanya Leo.

Listal menggeleng. "Tanpa mereka cerai, aku dapat dua Hari Raya di setiap tahunnya."

"Sudalah Listal. Mereka berdua itu memang anak durhaka, kurban kan saja mereka saat hari Raya kedua itu," ujar Olivia.

"Babi dan Anjing itu haram," ucap Listal dengan wajah polos dan lugunya membuat Olivia meledakkan tawanya karena mengerti maksud dari Listal.

"Aku bukan keduanya, aku kan Buaya," kekeh Leo.

"Oliver, kalau aku ulang tahun kau harus datang bersama Dad mu," kata Listal. Entah apa yang lucu dari perkataan Listal barusan Leo dan Bradley tertawa. Bahkan mereka berdua turun dari bangku kemudian kembali tertawa di dekat Listal.

Mate MoronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang