Chapter 5

770 101 2
                                    

Author POV

Jam dinding menunjukkan pukul 5 sore. Waktunya orang-orang yang bekerja pulang ke rumah. Terlihat Sookyung yang masih sibuk dengan sketsa-sketsanya seperti tidak sadar bahwa jam pulang sudah tiba.

Tok tok tok

Eomma Sookyung yang sudah rapi dengan mantel musim dinginnya memasuki ruangan putrinya. Lagi-lagi Sookyung tidak menyadarinya. Sung Kyunghee memaklumi bahwa putrinya memang sangat fokus dalam mengerjakan sesuatu sampai tidak menyadari lingkungan sekitarnya.

"Sayang, kau tidak pulang?" Panggil Kyunghee lembut. Nampaknya Sookyung baru menyadarinya, terlihat dari raut wajahnya yang terlihat kaget.

"Eomma? Kapan eomma masuk? Apakah sudah waktunya pulang?" Tanya Sookyung kebingungan.

"Sekarang sudah jam 5. Apakah kau tidak merindukan suamimu? Hehehe", goda Kyunghee. Sookyung langsung berdiri dan mulai merapikan barang-barang nya. Ia hanya tersenyum kecut menanggapinya. Tidak tahu harus berkomentar apa. Sebenarnya Sehunlah yang sangat dihindari Sookyung sekarang. Rasanya enggan untuk pulang.

"Sookyung-ah, kau harus berhenti terlalu fokus terhadap sesuatu". Sookyung melihat eommanya heran, bukankah fokus itu bagus? Banyak orang yang tidak bisa fokus dalam mengerjakan sesuatu.

Kyunghee menyadari pandangan heran Sookyung, "bagaimana kalau kau sudah punya bayi? Misalnya saat kau sedang memasak dan bayimu menangis, kau tidak akan menyadarinya kan..." Kyunghee berusaha menasehati putri semata wayangnya itu. Yang dinasehati hanya tersenyum dan mengangguk.

------------------------

Sookyung POV

Bayi? Ya mungkin di kehidupan selanjutnya aku akan punya bayi. Mana mungkin aku bisa punya bayi saat suamiku sibuk dengan wanita lain. Miris sekali.

Aku memakai mantel dan tas ku. Bergandengan dengan eomma keluar ruang kerja ku. Suasana butik agak sepi karena memang hanya buka sampai jam 5. Ada beberapa petugas kebersihan yang terlihat dan sesekali menyapa kami.

Bergandengan dengan eomma membuatku merindukan masa kecil. Saat aku tidak perlu bekerja keras dan hanya bermain-main, makan, dan tidur. Saat kesedihan hanya berarti tidak dibelikan mainan atau kehilangan gigi yang sudah harus tanggal. Aku merindukan masa-masa itu. Sebenarnya aku merindukan kasih sayang kedua orang tuaku yang melimpah. Karena sekarang aku sudah dewasa, mereka menyayangiku dengan cara yang berbeda.

Aku berpisah saat supir eomma sudah menjemput. Aku mengendarai mobil dengan pelan. Tidak ingin sampai di rumah rasanya. Tapi kewajiban sudah menunggu, yaitu memasak makan malam. Meskipun Sehun seperti itu, aku tetap harus menjadi istri yang baik. Agar saat kami berpisah nanti, Sehun mengingat ku sebagai istri yang mengurus suaminya dengan baik.

Kenapa jadi membicarakan perpisahan? Ini membuatku sedih. Karena menurut ku pernikahan hanya sekali seumur hidup. Aku juga ingin merasakan hamil, melahirkan, dan memiliki anak yang banyak dan lucu. Tetapi belum apa-apa Sehun sudah mengibarkan bendera perang.

Aku yakin Sehun juga ingin memiliki anak, tapi bukan dengan ku. Memiliki anak dengan orang yang kau cintai sudah pasti hal yang diinginkan oleh semua orang. Bayangkan makhluk kecil yang memiliki rupa setengah dirimu dan orang yang kau cintai akan lahir di dunia. Atau rupa yang mirip dengan mu tetapi memiliki sikap yang 11-12 dengan pasanganmu atau sebaliknya. Bukankah itu manis?

Setelah menikah dengan Sehun, aku merasakan perasaan yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Sekarang aku merasakan perasaan 'tidak diinginkan'. Suatu keadaan dimana kau mencoba belajar untuk mencintai seseorang tetapi saat kau sibuk berusaha dan mencoba mencintainya, ia malah tidak melakukan apapun dan bahkan enggan untuk mencoba melakukan perubahan demi hubungan yang 'seharusnya', menurut ku.

Love Me RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang