Chapter 23

824 75 4
                                    

Sookyung POV

"Soo..." aku mendengar seseorang memanggil ku.

"Sookyung, Oh Sookyung", seseorang itu mulai mengguncang tubuh ku.

"Sayang ku, darling, baby, sweetheart", seseorang itu mulai membanjiri wajah ku dengan ciuman-ciuman kecil. Aku membuka mata ku perlahan. Sehun dengan seenak jidatnya sedang menindih ku tanpa menggunakan baju. Wait... what?! Tidak pakai baju? Aku mendorong tubuhnya sampai jatuh dari ranjang.

"Sayang, kenapa kau mendorong ku?" kata Sehun sambil mencoba bangun dan mengusap bokongnya yang mendarat mulus di lantai.

"Kenapa kau tidak pakai baju?" aku melihat sekeliling dan menyadari kamar kami lebih berantakan dari biasanya. Aku mencoba bangun untuk melihat lebih jelas tetapi tubuh ku terasa aneh. Sekarang seharusnya sudah musim semi tetapi kenapa masih dingin? Aku mencoba memeriksa tubuh ku. Ya tuhan, kemana baju ku? Aku berusaha menutupi seluruh tubuhku dengan selimut.

"Ya! Oh Sehun! Kenapa aku tidak pakai baju?!" aku membentak Sehun yang dari tadi hanya melihat ku. Ia menggunakan celana pendeknya sementara aku hanya tertutup oleh selimut, bagaimana bisa?

Aku berusaha mengingat kejadian apa yang terjadi. Ciuman itu, suara aneh itu, dan sentuhan-sentuhan itu. Sekarang aku ingat. Dasar bodoh, bagaimana mungkin aku bisa lupa? Aku melihat Sehun yang sepertinya terlihat senang mendapatkan pemandanan gratis di pagi hari. Menemukan ku tidak menggunakan apapun selain selimut ini berada di tempat tidurnya yang entah sudah berbentuk seperti apa.

"Apa liat-liat?!" aku membentaknya dan memberikan death glare andalan ku. Sehun malah menyungggingkan smirk sialan itu. Ia melipat tangannya di dada dan menyender ke tembok.

"Masih sakit?" blush! Ya Tuhan!

"Bisa tidak kita tidak usah membicarakannya lagi?" Aku memalingkan wajah ku karena tidak ingin membiarkan Sehun menang dengan melihat wajah ku yang memerah.

"Aku kan hanya ingin memastikan, sayang", Sehun mengedipkan sebelah matanya.

"Masih sakit tidak?" smirk itu terbit lagi. Aku jawab asal saja.

"Gak tau! Hadap sana!" aku melemparkan bantal ke arahnya yang sedang tertawa.

"Hadap mana, sayang? Aku kan sudah lihat semuanya, ngapain ditutupin lagi?" kenap Oh Sehun jadi mesum begini sih?

"iiih hadap sana", aku memintanya menghadap tembok agar aku bisa memakai baju. Aku melemparkannya bantal lagi. Sehun tidak kunjung membalikkan tubuhnya ia malah tertawa semakin keras. Saat aku ingin melempar wajah tampannya itu baru ku sadari ternyata senjata ku sudah habis. Sehun yang menyadarinya semakin tertawa keras. Baiklah, hanya ini senjata terakhir ku.

"Hun, ayolah..." Aku mengeluarkan aegyo ku lengkap dengan puppy eyes.

"Ayolah apa? Kau mau lagi?" Sehun menaik turunkan alisnya. Eommaaa tolong aku...

Setelah malam panjang yang melelahkan kurasa aku tidak bisa lagi meladeni kelakuan childish-nya. Aku lapar dan aku harus memasak, tapi kurasa ini tidak akan cepat selesai. Aku mulai mencari jalan tengah, alias pasrah.

"Hun, tolong baju ku", ia malah mengambil kausnya dan memberikannya pada ku. Aku menerimanya dari pada tidak pakai sama sekali. Aku memakainya dengan cepat. Sehun terlihat tersenyum senang melihat ku dengan bajunya. Bajunya kebesaran hingga menutupi setengah paha ku.

"Sayang apa masih sakit?" ia bertanya hal itu lagi tapi kali ini berbeda. Ia bertanya dengan wajah khawatir. Aku menggeleng. Entahah, aku tidak merasakan apa-apa atau memang aku belum merasakannya. Saat aku mencoba bangun baru sakitnya terasa. Rasanya... uh well... perih? Entahlah aku tidak yakin.

Love Me RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang