Hari ini, seluruh murid kelas dua belas SMA Angkasa Mirta, akan pergi melaksanakan kegiatan camping selama tiga hari. Semalam, sebagian dari mereka tidak bisa tidur karena menunggu saat ini tiba. Namun, tidak untuk Keira. Ia memang sudah berniat untuk bangun lebih awal agar Lisa dan Ivy tidak perlu menunggunya lagi. Semalam, mereka bertiga memang janjian untuk berangkat bersama.
Saat Keira melihat jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi. Seharusnya, kedua temannya itu sudah sampai di rumahnya saat ini. Ia pun mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan untuk Lisa.
Keira Amanda: Kalian dimana? Gue udah siap nih.
Lisa Arnanta: Di rumah lo. Cepet turun.
Setelah melihat balasan dari Lisa, Keira pun langsung mengecek kembali perlengkapannya agar tidak ada yang tertinggal, sebelum akhirnya turun ke bawah. Benar saja, di sana sudah ada Lisa dan Ivy yang sedang menunggunya di ruang tamu.
"Tumben banget ngga bikin kita nunggu lama," celetuk Lisa, saat ia melihat Keira menghampirinya. Sudah rapi dan siap dengan segala perlengkapannya.
Ya, Keira memang sering kali membuat teman-temannya menunggu lama karena alasan yang sama, yaitu kesiangan atau ketiduran. Bahkan, tidak jarang pula, hampir setiap saat mereka bertiga ada janji pergi bersama, Keira selalu menjadi orang yang paling sering telat karena kebiasaannya itu.
"Gue, kan, udah niat semalem," balas Keira sembari membawa sebuah ransel besar yang berisi berbagai macam perlengkapannya untuk tiga hari.
"Yaudah, yuk, nanti kita telat."
Mendengar ucapan Ivy, Keira pun mengangguk, lalu segera berpamitan kepada kedua orang tuanya. Setelah itu, masuk ke dalam mobil yang dibawa oleh supir kepercayaan papanya.
Sekitar tiga puluh menit kemudian, mereka pun sampai di depan sekolah. Di sana, sudah ramai sekali oleh para murid yang memang telah menunggu lebih awal dari waktu yang dijanjikan-tujuh tiga puluh pagi.
"Kalian janjian juga, ya?" Tanya Keira seraya menghampiri Samuel, Liam, Rio dan Kenio yang telah lebih dulu berada di sekolah.
Tanpa menjawab pertanyaan Keira, Rio pun berkata, "tumben ngga kesiangan."
Keira mencibik kesal. "Engga lo, engga Lisa, sama aja ngomongnya gitu."
Seketika, senyuman lebar pun menghiasi bibir Rio. Bahkan, raut wajahnya mendadak sumringah. "Berarti, itu suatu tanda kalo gue sama dia itu berjodoh."
Lisa menghembuskan napasnya dengan kasar mendengar ucapan Rio. "Ya ... terusin aja mimpi lo itu."
Saat Liam melihat jam di tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul tujuh lewat. Ia pun segera mengangkat ranselnya yang ia taruh di jalan dan hendak masuk ke dalam bus. "Kayaknya, kalau kita ngga masuk sekarang, kita ngga akan bisa pilih bangku."
Mereka semua pun mengangguk dan langsung masuk ke dalam bus masing-masing. Ya, mengingat Samuel bersama kedua temannya tidak satu kelas dengan Keira dan yang lainnya, jadi mereka berada di dalam bus yang berbeda.
Di dalam sana, Keira dan Liam duduk bersama dan berada di belakang Lisa dan Ivy yang duduk di depannya. Sekitar lima belas menit kemudian, akhirnya bus mereka pun perlahan-lahan mulai jalan.
"Bagus, ya, pemandangannya," begitu kata Liam saat ia menikmati pemandangan dari luar jendela yang jarang sekali ia lihat. Pegunungan dan sawah-sawah yang terlihat begitu asri.
Keira tersenyum. "Iya, bagus."
"Kei, foto, yuk!" Tiba-tiba saja, Ivy mengejutkan Keira yang tengah sibuk menatapi Liam di sebelahnya. Namun, tanpa pikir panjang lagi, ia juga langsung menyetujui ajakannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
complicated feeling | ✓
Teen Fiction[CERITA DI PRIVATE SECARA ACAK, SILAHKAN FOLLOW AKUN AKU DULU UNTUK VERSI LENGKAPNYA] Wanita itu memegang dadanya, merasakan detak jantung yang bergemuruh tak karuan. Ia benar-benar hancur dan tersiksa. Keping-keping jiwanya bagaikan tertusuk oleh p...