Tidak seperti biasanya yang selalu masuk sekolah apapun yang terjadi, entah kenapa, hari ini Liam tidak masuk sekolah. Bahkan, ponselnya pun tidak bisa dihubungi. Keira merasa sangat khawatir, karena ini merupakan yang pertama kalinya Liam seperti ini. Biasanya, jika Keira menelepon maupun mengirim pesan, Liam akan segera menanggapinya.
Keira pun mencoba untuk menghubungi nomor rumah Liam.
Tetap sama, tidak ada jawaban.
Apa ini yang dirasain sama mantannya Liam? Pikiran buruk mulai menghampiri Keira.
"Masih belum bisa dihubungin, Kei?" Keira pun segera menoleh ke samping kiri dan mendapati Samuel tengah duduk di sebelahnya.
Keira menggeleng lemah. "Belom, Sam." Jawabnya dengan suara pelan, tetapi masih bisa didengar oleh Samuel.
Samuel pun menatap Keira dengan prihatin. Ia merasa sangat kasihan kepada Keira yang saat ini terlihat sangat sedih. "Sabar, Kei, mungkin hp dia mati," ucapnya meyakinkan. Berusaha agar Keira tidak beranggapan buruk.
"Iya, mungkin." Keira menghela napasnya gusar.
Mereka berdua sempat terdiam lama satu sama lain, karena tidak tahu lagi harus mengatakan apa. Keira yang tidak nyaman dan canggung ini akhirnya membuka suara.
"Gimana cewek yang lo suka, Sam?" Tanya Keira berusaha mengalihkan pembicaraan.
Seketika, kerutan terlihat jelas di kening Samuel. "Cewek yang mana?" Tanyanya bingung.
Keira berdecak kesal. "Cewek yang lo suka itu loh, yang lo ceritain kemaren," jelas Keira. Samuel pun terdiam sejenak sambil mencerna omongan Keira. Kemudian, ia tersenyum getir saat mengingat bahwa ia memang pernah bercerita tentang seorang gadis yang berhasil merebut hatinya.
Cewek yang gue suka cuma lo, Keira. Batin Samuel.
"Kok lo diem aja, sih, Sam?" Keira melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Samuel.
"Sorry, gue lagi engga fokus,"
Keira menghela napasnya dengan berat. "Nanti anterin gue ke rumah Liam, ya, Sam."
Samuel pun mengangguk patuh. "Oke."
•••
Carrie POV
Liburan sekolah tahun ini, aku memang sengaja untuk ke pergi Indonesia. Aku mendengar dari temanku kalau Liam pindah sekolah ke sana. Awalnya, aku tidak percaya karena Liam pernah bilang padaku bahwa ia tidak akan pernah mau bersekolah di luar negeri. Tetapi, begitu aku bertanya pada teman dekatnya, barulah aku percaya.
Saat mendengar namanya, hatiku seakan bergetar. Jantungku berdebar dengan sangat kencang. Senyum selalu menghiasi wajahku. Namun, begitu mengingat wajahnya saat aku memutuskannya beberapa bulan lalu, hatiku yang tadinya bergetar, seketika menangis dengan histeris.
Sejujurnya, aku hanya berbohong pada Liam saat aku mengatakan bahwa aku sudah menemukan pengganti dirinya yang lebih baik. Faktanya itu tidak benar. Biar bagaimanapun itu tidak akan pernah terjadi, karena hanya Liam yang akan selalu berada di hatiku.
Aku juga merasa sangat bersalah saat aku selalu mengabaikan telepon dan pesan darinya.
Sungguh, Liam adalah seseorang yang sangat baik. Hatinya begitu mulia. Ia tidak akan pernah sanggup jika harus melihat orang yang dia sayangi mengeluarkan air matanya, walau hanya satu butir.
Aku saja yang dengan bodoh memutuskannya layaknya dia adalah seseorang yang bersalah di hubungan kami. Awalnya aku mengira jika Liam memang mempunyai kekasih lain di belakangku. Nyatanya, selama ia tidak berada di sampingku, ia tengah berjuang untuk mempertahankan hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
complicated feeling | ✓
Teen Fiction[CERITA DI PRIVATE SECARA ACAK, SILAHKAN FOLLOW AKUN AKU DULU UNTUK VERSI LENGKAPNYA] Wanita itu memegang dadanya, merasakan detak jantung yang bergemuruh tak karuan. Ia benar-benar hancur dan tersiksa. Keping-keping jiwanya bagaikan tertusuk oleh p...