Setelah mendapat kabar dari pihak kepolisian bahwa pelaku yang menabrak Keira telah berhasil ditangkap, Samuel, Liam dan yang lainnya pun dengan segera menuju kantor polisi tujuan mereka. Benar-benar sangat penasaran dengan orang yang telah berani mencelakai temannya itu.
Sesampainya di sana, mereka semua langsung dibimbing oleh salah satu polisi untuk menuju sel tahanan sementara, di mana pelakunya sedang mendekam di dalamnya saat ini.
Dan ... ya, tebakan mereka selama ini memang benar. Ternyata, orang yang mereka curigai belakangan adalah pelakunya. Ya, siapa lagi kalau bukan Jane. Di sana. Di dalam sel tahanan seorang diri. Tidak ada seorangpun yang berada di dalamnya, kecuali cewek tersebut.
Begitu melihat Samuel, Liam dan yang lainnya sedang menuju ke arahnya, Jane seketika tertawa dengan sangat keras. Tawanya menggelegar seantero ruangan.
"Gue bahkan udah ngga kaget lagi kalau lo pelakunya," cetus Samuel sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
Mendengar Samuel, tawa Jane makin bertambah semakin keras. Ia seperti sedang menyaksikan pertunjukan humor di hadapannya. "Kalian itu terlalu bodoh."
"Ya, kita emang bodoh. Tapi, kita ngga gila kaya lo," sahut Lisa seraya menatap Jane dengan tajam.
"Hidup lo terlalu sia-sia kalau isinya cuma dipenuhi sama dendam dan iri. Bener-bener ngga berguna," Liam pun ikut membuka suara saat dirinya melihat wajah Jane yang terlihat begitu santai. Bahkan, rautnya pun seperti orang yang tidak punya dosa.
Jane pun menyeringai dikala ia menghentikkan tawanya. "Kalian engga mikir kenapa gue dengan mudahnya ditangkap?"
Saat itu juga, mereka semua pun kontan mengerutkan dahinya. Bingung dengan ucapan Jane yang tidak dapat mereka mengerti.
"Maksud lo apa?!" Tanya Jane dengan suara yang naik beberapa pitam. Sungguh, ia sudah muak dengan segala rencana kotor Jane yang sama sekali tidak dapat mereka tandingi. Harusnya, kebaikan selalu kalah dengan kejahatan. Tetapi, kenapa sekarang rasanya seperti kejahatan baru saja memenangkan permainan?
Jane yang tadinya hanya duduk saja, kini bangkit berdiri dan bersedekap dada. Memandang mereka semua dengan senyumnya yang tidak biasa. Senyuman yang membawa derita begitu dalam. "Harusnya, sekarang kalian tuh di rumah sakit. Jagain Keira di sana dan bukannya nemuin gue di sini."
Ivy sudah mulai habis kesabaran dan menarik rambut Jane dari luar. Tidak peduli dengan bahunya yang sakit karena menjangkau tubuh cewek itu. "Sialan! Maksud lo sebenernya apa, hah?"
Jane mengedikkan bahunya. "Lebih baik lo liat sendiri."
Samuel mengumpat. "Shit!"
Tanpa menunggu lama lagi, mereka semua pun langsung keluar dari kantor polisi dan menjalankan mobil menuju rumah sakit. Saat ini, tidak ada lagi yang bisa mereka pikirkan selain bayangan Keira yang sedang terbaring lemah. Dan sialnya lagi, mereka pun harus menerima kenyataan pahit saat lalu lintas dilanda kemacetan yang sangat panjang.
Akhirnya, Lisa pun memutuskan untuk menghubungi orang tua Keira. Setidaknya, dengan cara itu, mereka semua bisa tahu bagaimana kondisi Keira saat ini. Ia juga tidak lupa untuk mengaktifkan mode speaker di sambungan teleponnya, agar mereka semua dapat mendengar pembicaraannya.
Namun, begitu teleponnya tersambung, betapa terkejutnya mereka saat mendengar suara...
"Lisa, Ke-Keira-"
Belum selesai mendengar ucapan lebih lanjut dari Mama Keira, tiba-tiba mereka mendengar suara gaduh yang saat itu juga langsung mereka ketahui. Suara Papa Keira yang sedang memanggil-manggil nama istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
complicated feeling | ✓
Teen Fiction[CERITA DI PRIVATE SECARA ACAK, SILAHKAN FOLLOW AKUN AKU DULU UNTUK VERSI LENGKAPNYA] Wanita itu memegang dadanya, merasakan detak jantung yang bergemuruh tak karuan. Ia benar-benar hancur dan tersiksa. Keping-keping jiwanya bagaikan tertusuk oleh p...