"Berdiri diantara dua pilihan ketika persahabatan menjadi segalanya dan perasaan cinta tumbuh di dalam dada adalah dua hal yang begitu sulit untuk diputuskan. Ketika kita memilih antara cinta dan persahabatan, maka rasa takut akan sebuah perpecahan dan perpisahan akan selalu menghantui pikiran."
"Namun, pengorbanan yang paling besar adalah, ketika kita mengorbankan perasaan kita sendiri demi melihat sahabat yang kita cintai, bahagia dengan orang yang tidak lain adalah temanmu."
•••
Siang itu, langit sangat mendung. Matahari memancarkan cahayanya yang sangat redup di balik awan. Suasana begitu sunyi dan dingin melingkupi dada. Angin sepoi menggugurkan beberapa anak daun yang rapuh.
Wanita itu ... wanita itu memandang dengan tatapan kosong sebuah batu nisan di depannya. Jiwanya ikut terbang terbawa angin. Tak terasa, satu bulir air matanya melerai meniduri tanah. Melerainya air mata membuat sesak di dadanya kembali pilu setelah bersemayam begitu lama.
"H-hai, kamu ... apa kabar?" Tanya wanita itu dengan senyum memaksa yang mengartikan duka. "Pasti di sana enak banget, ya?" Lagi-lagi, air matanya kembali melerai. Kali ini, begitu deras bersamaan dengan rintik hujan yang mulai jatuh.
"Akhir-akhir ini, kamu sering datang ke mimpi aku. Aku minta maaf, ya, banyak sekali hal-hal yang harus aku urus. Tanpa aku kasih tau, pasti kamu udah tau apa yang lagi aku urus," wanita itu tertawa hambar. Rasanya, berat sekali ingin mengucapkan kata-kata itu.
"Seperti yang pernah kamu bilang, aku harus tetap melanjutkan hidup, bukan? Maka dari itu, aku memutuskan untuk mengikuti kata-kata kamu. Kamu tau 'kan, itu artinya aku juga harus ngelupain kamu. Aku engga bisa terus-terusan seperti ini. Walau aku tau, itu sangat jahat. Ngelupain begitu banyak hal yang udah kita lalui, tentunya engga semudah aku membuat suatu keputusan yang akan merubah segalanya. Tapi, kamu harus tau satu hal, kamu ... akan tetap ada di sini,"
Wanita itu menunjuk dadanya sendiri. Debaran jantungnya bergemuruh tak karuan. Ia benar-benar hancur dan tersiksa. Keping-keping jiwanya bagaikan tertusuk oleh panah tajam.
Saat itu juga, hujan turun dengan derasnya. Membasahi diri, namun tak mampu mencairkan hati yang lama beku. Tak mampu menghilangkan luka yang lama tinggal.
"Maafkan aku. Aku ... mencintaimu. Sangat."
Wanita itu mencium lama batu nisan tersebut. Menciumnya seolah-olah benda tersebut merupakan dia. Dia yang telah lama pergi meninggalkannya. Matanya terpejam erat sambil merasakan dinginnya hujan. Setelah itu, ia pergi dari tempat tersebut. Selamanya.
••••••
Cerita ini pertama dipublish pada tanggal 15 november 2015. Mulai diedit hari ini, 18 juni 2016. Maaf, jika masih ada yang bertanya kenapa cerita ini partnya kosong, karena sedang dalam tahap pengeditan. Aku lakuin hal itu karena kurang suka sama cara penulisan dan banyaknya part-part yang engga jelas.
Jadi, selamat membaca ulang bagi kalian yang udah pernah membaca cerita ini. Dan selamat membaca bagi para pembaca baru!
Lots of love,
Aria
KAMU SEDANG MEMBACA
complicated feeling | ✓
Novela Juvenil[CERITA DI PRIVATE SECARA ACAK, SILAHKAN FOLLOW AKUN AKU DULU UNTUK VERSI LENGKAPNYA] Wanita itu memegang dadanya, merasakan detak jantung yang bergemuruh tak karuan. Ia benar-benar hancur dan tersiksa. Keping-keping jiwanya bagaikan tertusuk oleh p...