Part 40

20K 1.1K 78
                                    

Dengan tangan gemetar dan air mata yang terus mengaliri wajahku, aku membuka pintu kamar rawat Liam secara perlahan. Memejamkan mata sambil menarik napas panjang untuk menguatkanku.

Carrie memang sudah meninggalkanku saat kami baru saja tiba di rumah sakit. Ia bilang kalau ia sengaja melakukannya agar aku lebih nyaman jika hanya berdua dengan Liam saja.

Dan disanalah dia, seseorang yang telah menjadi milikku selama sebulan terakhir. Tertidur pulas dengan wajah pucatnya yang terlihat sangat jelas.

Melihat Tangan Liam yang diinfus dan alat bantu pernapasan yang terpasang di hidungnya, membuatku merasakan sesak di dada. Hatiku sangat sedih melihatnya seperti itu.

Aku sama sekali tidak menyangka bahwa di balik sikap Liam yang cenderung selalu terlihat baik-baik saja, ternyata menyimpan rahasia yang membuat siapa saja yang mengetahuinya akan ikut merasakan beban yang selama ini selalu ia rasakan.

Aku pun mengambil kursi yang berada di samping sofa dan menariknya mendekat ke ranjang Liam. Mengambil tangan Liam dan aku genggam dengan erat. Tak dapat kutahan lagi, air mataku kembali turun tanpa disuruh.

Aku tidak bisa berhenti merutuki kebodohanku sendiri.

"Maafin aku, Li." Ucapku dengan suara yang sangat pelan sambil mengelus lembut punggung tangan Liam, lalu menaruh kepalaku di atas tangan Liam dengan air mata yang belum juga berhenti keluar.

Sangat lama aku terdiam dengan posisi seperti ini, sampai akhirnya aku merasakan sebuah elusan lembut di kepalaku.

Aku pun menolehkan kepalaku dan melihat Liam tengah melihatku dengan tatapannya yang sulit dibaca. "Li-Liam?" Panggilku sambil menghapus air mata dengan tanganku.

Liam pun mengangguk. "Kenapa nangis?" Tanyanya.

"Kamu baik-baik aja, 'kan?" Aku memegang tangan Liam dan mencondongkan tubuhku mendekat ke tubuhnya.

Namun, tidak lama setelah aku berbicara seperti itu, aku pun memukul-mukul kepalaku sendiri, karena pertanyaan bodoh yang keluar dari mulutku.

Stupid Keira, Liam lagi sakit dan lo bilang dia baik-baik aja? Dimana otak lo?

"Aku baik-baik aja," Aku sempat meringis melihat senyuman Liam yang tetap sama seperti biasa. Senyuman yang selalu mengartikan bahwa ia baik-baik saja.

"Li, aku udah tau semuanya. Aku tau kalo kamu lagi engga baik-baik aja, ak-" Ucapanku terpotong disaat Liam membawaku ke dalam pelukannya. Merengkuhku dengan tubuh dingin dan tangannya yang bergetar.

"Im fine, Keira. Kamu percaya, 'kan?" Aku mau tidak mau mengangguk menjawab pertanyaannya.

Aku melepaskan pelukannya dan menatap wajahnya dengan penuh mohon. "I dont wanna lose you, Li." Ucapku jujur.

"You won't." Liam menggelengkan kepalanya.

Tanpa kuduga sebelumnya, Liam mendekatkan wajahnya ke wajahku. Mau tidak mau, aku pun memejamkan mata secara refleks.

Jangan bilang kalau dia...

CUP

Ternyata hanya mencium kedua mataku secara bergantian. Aku pun kembali membuka mataku dan yang terlihat hanyalah wajah Liam yang sedang menahan tawanya.

complicated feeling | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang