09.15 am
SMA Angkasa MirtaMereka semua-kecuali Samuel yang memang satu kelas-bergegas mendatangi kelas Jane. Namun, teman-teman satu kelasnya, termasuk Samuel, mengatakan bahwa Jane sudah beberapa hari ini tidak masuk sekolah. Kecurigaan mereka terhadap cewek itu pun bertambah semakin besar. Pasalnya, beberapa hari yang lalu juga merupakan hari dimana Keira tertabrak.
Mereka semua pun langsung bergegas menuju ruang guru untuk kembali bertanya mengenai keberadaannya. Kali ini, jawaban yang diberikan oleh wali kelasnya, membuat mereka semua tercengang bukan main.
"Jane sudah tidak lagi sekolah di sini," begitu Bu Sita menjawab pertanyaan mereka.
Samuel mengerutkan dahinya. Ia bingung, bagaimana mungkin seorang murid tidak lagi sekolah, di saat akan menghadapi ujian yang akan berlangsung tidak lama lagi. "Memangnya kenapa, bu? Bukannya sebentar lagi mau UN?" Tanyanya penasaran.
"Saya juga tidak tahu. Orang tua Jane hanya mengatakan kalau mereka ada keperluan mendadak yang mengharuskan Jane pindah sekolah."
Samuel pun mengangguk pasrah.
Dan saat pulang sekolah, mereka semua lalu berniat untuk mengunjungi rumah Jane yang lumayan jauh dari sekolah. Butuh waktu sekitar satu jam untuk sampai di sana. Setelah mereka yakin bahwa alamat yang diberitahu oleh wali kelasnya sudah benar, mereka bergegas keluar dari mobil dan mengetuk pintu rumah tersebut.
"Permisi, Bu. Janenya ada?" Tanya Lisa sopan begitu pintu rumahnya dibuka.
"Maaf, Nona Jane sedang tidak ada di rumah," jawab seorang wanita tua yang mereka yakini adalah salah seorang pembantu di rumah tersebut.
"Kalau orang tuanya?" Kali ini, giliran Ivy yang bertanya.
"Mereka baru saja pergi, katanya mau ke luar negeri."
Jawaban telak dari pembantu itu membuat mereka semua patah semangat dan menghela napas berat. Entah cobaan apalagi yang akan mereka dapatkan ke depannya. Tidal tahu harus melakukan apalari, mereka pun memutuskan untuk menghentikan pencariannya terhadap Jane. Namun, tiba-tiba saja, sebuah ide terlintas di otak Liam.
"Gimana kalo kita tanya sama teman dekatnya Jane? Dia kan tadi sekolah."
Rio menjentikkan jarinya. "Bener juga. Kenapa ngga kepikiran dari tadi."
"Lis, coba lo telepon dia, deh," sahut Samuel.
Lisa pun dengan segera menelepon Lucy-salah satu teman dekat Jane selama di sekolah. Untungnya, cewek itu dengan cepat mengangkat teleponnya.
"Temuin gue di cafe deket rumah Jane. Sekarang!" Kata Lisa cepat dan langsung mematikan sambungan teleponnya secara sepihak. Bahkan, Lucy pun belum sempat mengeluarkan suaranya. Entah kenapa, ia sangat yakin sekali bahwa cewek itu akan datang, karena dirinya hanya berani bertingkah jika ada Jane di sebelahnya.
Dan memang benar, setelah menunggu selama lima belas menit di cafe yang sudah Lisa janjikan, akhirnya Lucy datang dengan wajah pucatnya seperti orang yang sedang ketakutan.
"Gue ngga akan basa basi di sini. Lo cukup kasih tau kita dimana Jane sekarang. Setelah itu, lo baru boleh pulang," sahut Lisa langsung sembari menatap Lucy dengan tatapan tajamnya.
Lucy pun mendadak gugup. Ternyata, Lisa lebih seram dari yang ia kira. "Gu-gue ngga tau dia ada di mana."
Ivy sontak menggebrak meja. Tidak peduli dengan tatapan para pelanggan yang merasa terganggu dengan tindakannya barusan. "Jangan bohong!"
Lucy menggelengkan cepat. "Gue ngga bohong. Sumpah, gue ngga tau."
"Kalo gitu, sekarang lo telepon dia," perintah Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
complicated feeling | ✓
أدب المراهقين[CERITA DI PRIVATE SECARA ACAK, SILAHKAN FOLLOW AKUN AKU DULU UNTUK VERSI LENGKAPNYA] Wanita itu memegang dadanya, merasakan detak jantung yang bergemuruh tak karuan. Ia benar-benar hancur dan tersiksa. Keping-keping jiwanya bagaikan tertusuk oleh p...