Part 44 - (1)

27.5K 1.2K 52
                                    

[Note: Tolong baca A/N di bawah, ya]

**

-fourth week-

05.38 am

Soekarno-Hatta International Airport

Udara dingin bekas hujan semalam yang membasahi embun masih terasa sampai pagi ini. Langit gelap masih setia menemani, karena sang mentari masih asik mengumpat di balik gunung.

Tampak keenam orang yang tengah menunggu dengan gusar di depan restoran terminal 2E. Tak henti-hentinya mereka menatap jam yang bertengger manis di pergelangan tangannya. Berulang kali juga salah satunya menelepon seseorang yang saat ini menjadi alasan kenapa mereka semua menunggu.

"Engga diangkat. Gimana, nih?" Lisa mengulang kembali pertanyaan yang sudah hampir sepuluh kali ia tanyakan. Mereka semua pun kembali menghela napas dan mengacak rambutnya frustasi. Namun, Lisa tetap berusaha menghubungi orang tersebut sampai ia mendapat respon.

Disaat-saat seperti ini, Keira memang sering sekali menyusahkan mereka dengan alasan yang dari dulu tak pernah berubah dan tak akan pernah bisa dirubah. Terlambat dan kesiangan. Dua hal itu yang selalu melekat pada diri Keira.

"Apa jangan-jangan dia masih tidur?" Tanya Rio sembari bergidik ngeri jika hal itu memang benar. Bisa-bisa penerbangan yang akan berangkat dalam kurun waktu sepuluh menit lagi dibatalkan oleh mereka. Tidak mungkin 'kan kalau mereka pergi, tetapi salah satu darinya tidak ikut.

"Im here, guys!" Pekik Keira dari kejauhan. Ia terlihat sedang bersusah payah berlari sambil memegang satu koper besar yang berada di tangan kanannya.

Melihat wajah Keira yang tak berdosa dan tak mempunyai rasa bersalah sama sekali, membuat Samuel hanya bisa menggelengkan kepalanya saja. "Kesiangan. Am i right?" Tanyanya tepat mengenai sasaran.

"Sorry, gue bener-bener ngantuk. Untung aja tadi dibangunin nyokap, kalo eng--,"

"Kalo engga penerbangan yang akan berangkat sepuluh menit lagi, jadi batal cuma karena kebiasaan buruk lo, Keira." Ivy dengan cepat memotong ucapan Keira dengan kesal. Memang tidak sepenuhnya, tetapi cukup membuat mood Ivy mendadak turun.

Karena merasa sangat bersalah telah membuat para sahabatnya menunggu, Keira pun menundukkan wajahnya. "Iya, gue minta maaf."

Samuel pun memilih untuk menengahi mereka, karena mengingat waktu yang semakin lama semakin sempit. "Udah, lebih baik kita cepet masuk ke dalem." Ucapnya sambil mengambil koper yang berada di sebelahnya. Setelah itu, bergegas menuju pintu masuk keberangkatan.

Melihat Keira yang masih saja menundukkan kepalanya, Liam pun menghampiri Keira dan menggenggam tangannya erat. "Lain kali jangan diulangin lagi, ya?"

Seketika, senyum sumringah tercetak jelas di bibir Keira. Dengan mantap, ia mengangguk. "Ay ay, Captain!" Ucapnya dengan semangat berkobar.

Liam pun langsung mengacak rambut Keira dengan gemas. "That's my girl."

Setelah melalui pemeriksaan security check point menggunakan metal detector dengan sangat ketat, mereka semua segera menuju pelataran, karena pesawat yang mereka naiki akan segera take off dalam beberapa menit.

Mereka semua sangat bersemangat mengingat waktu penerbangan yang mereka ambil adalah pagi. Itu tandanya mereka dapat menikmati proses terbitnya matahari di atas sana. Apalagi dengan fasilitas business class yang nantinya akan sangat memanjakan diri. Ah, menyenangkan sekali.

"Li, kira-kira sampe Sydney jam berapa?" Tanya Samuel sambil menaiki tangga khusus menuju pintu masuk pesawat. Melangkah tepat di belakang Liam dan juga Keira.

complicated feeling | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang