"Jadi, lo tau darimana kalau dia orangnya?"Tanya Keira sembari menatap wajah Lisa lekat-lekat. Ya, setelah Lisa meneleponnya tadi, ia langsung menyuruh temannya itu untuk menyusulnya di mal. Dan, di sinilah mereka, di sebuah kedai kopi yang sebelumnya memang ingin Keira kunjungi.
"Gue baru inget kalau di tempat waktu lo terluka, ada sebuah gelang dengan bercak darah yang ngga jauh dari sana. Karena gue pikir gelang itu bisa jadi barang bukti, jadi gue simpan dan gue bawa pulang. Dan kemarin, gue sengaja liat akun sosial media dia dan lo tau, gelang yang gue ambil waktu itu sama persis kaya yang dipake dia," jelas Lisa dengan nada bicaranya yang terdengar begitu serius.
Sejenak, Keira merasa bahwa ia tidak percaya dengan ucapan Lisa. Tetapi, setelah dipikir-pikir, temannya itu tidak akan mungkin bohong padanya. "Kita ngga bisa langsung simpulkan kalau dia adalah pelakunya, karena gelang itu ngga mungkin cuma dia aja yang punya. Ngga logis."
"Tapi, gue tetep yakin kalau dia emang pelakunya," Lisa tetap berpegang teguh pada ucapannya. Entah kenapa, ia sangat yakin kalau tebakannya itu benar.
"Lo lagi mikirin apa, sih?"
Lamunan Keira pun buyar di saat Samuel menjentikkan jari di depan wajahnya. Dengan segera, ia pun merubah mimik wajahnya seperti biasa. "Ah? Gapapa, kok."
"Serius?" Tanya Samuel lagi. Kali ini, Keira mengangguk.
Sebenarnya, sejak tadi, Samuel memang terus memerhatikan Keira yang terlihat lebih diam dari sebelumnya. Bahkan, kalau tidak diajak berbicara terlebih dahulu, cewek itu tidak akan membuka suara seperti tadi. Hanya terdiam dan melamun. Tentu saja hal itu membuat dirinya sangat khawatir dan cemas.
"Pulang sekolah kita ngumpul di cafe depan sekolah, ya, " sahut Lisa tiba-tiba seraya menatap seluruh teman-temannya satu persatu. Mereka pun langsung mengangguk tanpa protes sedikitpun.
"Liat ke arah kiri lo, deh."
Keira pun dengan segera menoleh ke sebelah kirinya, setelah Ivy berbisik padanya. Di situ, ia melihat bahwa Jane sedang menguping pembicaraan mereka sembari mencondongkan tubuhnya. Lalu, dengan sengaja, ia berdeham keras yang membuat Jane terkejut dan langsung bangkit berdiri. Tersenyum penuh misteri dan langsung pergi begitu saja.
"Aneh banget tuh cewek," sahut Rio yang barusan juga sedang memerhatikan gerak-gerik Jane di sebelahnya. "Bukannya merasa bersalah, malah senyum ngga jelas gitu," lanjutnya sembari menggeleng-gelengkan kepala.
Karena merasa tidak begitu penting, mereka pun kembali berbincang sambil sesekali menggoda Lisa yang semakin lama semakin terbuai akan pesona yang Rio miliki. Sebenarnya, Rio memang dikenal sebagai cowok playboy di sekolah. Namun, dilihat dari usaha dan ketulusannya pada Lisa, mereka yakin sekali bahwa kali ini Rio benar-benar serius dan tidak main-main dengan apa yang dilakukannya. Apalagi, akhir-akhir ini mereka juga jarang sekali melihat Rio mendekati cewek lain selain Lisa.
•••
"Eh, kalian duluan, aja, ya," ujar Keira sembari memasukkan bukunya ke dalam tas dengan terburu-buru.
"Lah, emang kenapa?" Tanya Lisa bingung.
"Gue mau ke toilet dulu. Kalian duluan aja, nanti ngga enak sama yang lain."
"Yaudah, deh. Tapi, lo langsung ke cafe, ya," Keira pun mengangguk dan mereka lekas keluar dari kelas setelahnya. Liam juga sudah keluar dari tadi bersama Samuel dan yang lainnya.
Di dalam toilet, Keira langsung menuju wastafel dan mencuci wajahnya secepat mungkin. Hari ini, ia merasa bahwa wajahnya terlihat begitu kusam dan berminyak. Alasan ia terburu-buru tadi karena ia hanya tidak ingin toiletnya sudah keburu ramai oleh para siswi yang mempunyai kebiasaan berdandan sepulang sekolah. Ya, walau kadang-kadang ia juga seperti itu.
Setelah selesai, ia pun lalu berjalan menuju gerbang sekolah secepat mungkin, karena tidak ingin membuat teman-temannya menunggu lama. Namun, baru saja ingin keluar dari gerbang, ia melihat sebuah mobil berhenti tepat di depannya.
Bertepatan dengan berhentinya mobil tersebut, jendela mobilnya pun ikut terbuka. Saat melihat siapa orangnya, Keira pun langsung menatap kesal wajah orang tersebut. "Mau apa, lo?"
Orang itu menyeringai lebar. "Be careful, Keira," sahutnya dengan penuh penekanan. Setelah itu, ia kembali menutup jendela mobilnya dan melesat dengan kencang. Mungkin, kalau ada orang yang sedang berjalan, akan langsung tertabrak dan terlempar kencang saat itu juga.
Dan, yang Keira lakukan saat ini menghiraukan omongan orang tersebut karena menurutnya sama sekali tidak penting. Tanpa berbicara seperti itupun ia akan selalu berhati-hati. Lalu, sembari tangannya mengambil headset dari dalam saku tasnya dan memakainya, ia pun langsung kembali melangkahkan kaki ke arah cafe yang hanya berjarak dua ratus meter dari sekolah.
"Keira, sini!" Pekik Lisa seraya melambai-lambaikan tangannya, di saat ia melihat Keira yang hampir berada sampai di seberang jalan.
Keira pun langsung mempercepat langkahan kakinya dan hendak menyeberang jalan. Namun, saat ia melihat raut wajah para teman-temannya yang sedang tertawa sekarang berubah menjadi panik, ia berhenti melangkah. Dan, saat Ivy menunjuk ke sebelah kanannya dan melihat Liam, Samuel, Rio beserta Kenio yang tiba-tiba saja berlari ke arahnya, ia hanya bisa menatap mereka dengan bingung dan penuh tanda tanya. Aneh banget, pikirnya.
Lalu, tepat setelah ia mengikuti arah tunjukkan Ivy...
"Keira!"
•••
[A/N]
Okay, ini pendek and im sorry. Tapi, semoga tetap suka, ya!:)
Hope this chapter is more than enough to read and make you guys happy, while im trying my best to make this story better than before. Thank you!❤
Edited on July 11, 2016.
KAMU SEDANG MEMBACA
complicated feeling | ✓
Fiksi Remaja[CERITA DI PRIVATE SECARA ACAK, SILAHKAN FOLLOW AKUN AKU DULU UNTUK VERSI LENGKAPNYA] Wanita itu memegang dadanya, merasakan detak jantung yang bergemuruh tak karuan. Ia benar-benar hancur dan tersiksa. Keping-keping jiwanya bagaikan tertusuk oleh p...