Part 43

21.8K 1.2K 51
                                    

-Third week-

Suasana pagi ini terasa sangat tegang dan mendebarkan, karena seluruh murid kelas dua belas di SMA Sweden akan melaksanakan ujian nasional hari pertama.

Raut wajah mereka menunjukkan apa yang sedang mereka rasakan saat ini. Ada yang keringat dingin, tubuhnya gemetar, bahkan banyak dari mereka yang tiba-tiba merasa sakit perut. Tetapi, ada juga beberapa yang merasa biasa saja, karena menurutnya itu merupakan kewajiban seorang pelajar.

Begitu pula dengan ketujuh orang yang tengah duduk di bangku pinggir lapangan basket itu. Mereka semua terdiam memikirkan bagaimana nantinya jika mereka lulus dan sibuk dengan urusannya masing-masing.

Mereka takut kalau suatu saat nanti mereka tidak bisa bertemu lagi layaknya sekarang ini. Berkumpul bersama, berbagi canda dan tawa. Berbagi kesedihan dan segala keluh kesah mereka seperti dulu.

Mereka juga pasti akan sangat merindukan sekolah yang telah menjadi saksi bisu dimana kenakalan dan kelabilan mereka disaat masih menjadi murid SMA.

Sungguh, itu semua sangat sulit untuk dilupakan. Bahkan, memikirkan bagaimana nantinya mereka tidak lagi memakai seragam putih abu-abu saja sudah membuat hati mereka terasa nyeri.

Tidak lama kemudian, terdengarlah sebuah pengumuman yang berasal dari lapangan upacara.

"Untuk seluruh murid kelas 12, diharapkan untuk segera berkumpul di asal suara. Terima kasih." Ucap salah seorang guru yang bertanggung jawab mengawas ujian. Mereka semua pun dengan kompak menghela napasnya.

"Udah waktunya nih," Rio membuka suara setelah sekian lama mereka terdiam merenungkan berbagai macam hal.

Samuel mengangguk, lalu mulai membenerkan seragam dan rambutnya agar terlihat lebih rapi. "Kalian udah pada siap?" Tanyanya sambil menatap wajah kelima orang yang ada di hadapannya.

Hening. Tak ada satupun dari mereka yang menjawab.

"Engga." satu kata yang keluar dari bibir Keira, tetapi sangat cukup untuk membuat mereka semua terkejut mendengarnya.

"Kenapa?" Tanya Liam yang berada tepat di samping Keira. Menatapnya penuh rasa penasaran.

'Kenapa? Itu tandanya waktu akan terbuang sia-sia kalo satu minggu cuma dihabisin untuk ujian, Li!' Maki Keira dalam hati yang sejak tadi ingin sekali ia ungkapkan. Tetapi, itu tidak akan mungkin terjadi, bukan?

Keira menggelengkan kepalanya, lalu menutupi segalanya kesedihannya dengan tertawa kecil. "Becanda kok, tenang aja."

Lisa pun memicingkan matanya seraya menatap Keira yang sedang tertawa. "Kayanya gak ada unsur lucu diomongan lo, Kei. Terus kenapa ketawa?" Tanyanya penuh selidik yang membuat Keira langsung menghentikan tawanya.

"Menurut gue itu lucu,"

Ivy pun langsung menatap bengis wajah Keira yang sekarang makin terlihat sangat aneh dimatanya. "Udah gila, lo?" Tanya Ivy. Keira pun langsung bersedekap dada dan mencibikkan bibirnya.

Merasa jengah melihat ketiga cewek di depannya yang seperti tidak akan ada habisnya berbicara, Ken pun segera berdiri di tengah-tengah mereka dengan tangan yang sengaja diregangkan. "Udah, mending kita cepet-cepet ke lapangan upacara." Para cowok sontak mengangguk dan mulai berjalan meninggalkan mereka bertiga.

••••••

10.15 am

Hari pertama ujian nasional berjalan dengan lancar. Semua murid SMA Sweden dapat menjawab soal-soal Bahasa Indonesia tanpa halangan sedikitpun. Ternyata, apa yang sejak tadi mereka takutkan tidak seburuk itu.

complicated feeling | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang