"Gimana acara nge-date lo kemaren sama Liam?" Tanya Lisa sambil menatap Keira penuh penasaran.
Saat ini, mereka sedang berada di kantin sekolah. Sedari tadi, Lisa dan Ivy sangat penasaran ingin mendengar cerita tentang Keira saat pergi bersama Liam kemarin. Tetapi, sampai saat ini, temannya itu masih enggan memberitahu mereka berdua. Padahal, sudah dipancing-pancing, tetap saja masih bungkam.
Keira mengalihkan pandangannya. Tidak mau menatap mereka. "Gue belum siap cerita ke kalian."
"Dia ngga macem-macem sama lo, 'kan?" Kali ini, Ivy yang bertanya dengan tatapan selidiknya.
"Bu-bukan itu masalahnya," sergah Keira cepat.
"Trus apa?"
"Masalahnya, gue malu buat cerita," Keira menaruh kepalanya di atas meja kantin. Masa bodo dengan mejanya yang sudah kotor dengan makanan-makanan mereka yang jatuh di atasnya.
"Malu kenapa coba?" Kali ini, nada suara Lisa terdengar sedikit geram. Bagaimana tidak, mereka sudah berteman lama sekali dan Keira masih belum percaya dengannya. Demi Tuhan.
Keira menghela napasnya sejenak. "Tapi, kalian janji, ya, ngga ketawain gue?" Ivy dan Lisa pun kontan mengangguk cepat.
Sebelum benar-benar bercerita, Keira menghela napasnya kembali. Setelah itu, mulai menceritakan semua kejadian saat ia dan Liam pergi bersama tanpa ada yang ia sembunyikan sedikitpun. Sebenarnya, tidak ada hal aneh yang mereka lakukan, hanya saja, Keira sangat malu menceritakannya. Apalagi, mengingat kejadian di depan rumahnya. Ah, malu sekali. Kalau saja ia bisa menukar wajah, lebih baik ia menukarnya sekarang juga daripada harus membuat Liam melihat ekspresi wajahnya seperti kemarin.
Belum lagi, saat di kelas tadi, Keira dan Liam benar-benar diam. Ya, walaupun sebenarnya memang itu yang mereka lakukan setiap hari, sih. Tetapi, kali ini dengan perasaan yang berbeda. Perasaan malu lebih tepatnya.
Selesai mendengar cerita dari sahabatnya itu, Lisa dan Ivy pun sontak tertawa dengan sangat keras. Bahkan, tawanya mampu mengundang puluhan pasang mata menatapnya. Sungguh, kalimat terakhir yang Keira ucapkan benar-benar sangat lucu. Sumpah.
"Lo nutup mata cuma karena lo kira dia bakal cium lo? Astaga, lo bener-bener, ya," sahut Lisa sambil menghapus air mata yang keluar akibat tawanya barusan.
Keira mencibik kesal sambil bersedekap dada. Ia sungguh menyesal telah menceritakan kejadian kemarin kepada kedua sahabatnya, kalau tahu akan seperti ini. "Bangke banget, ya, kalian berdua!"
"Abisnya lucu banget. Lo itu sebenernya lagi bego apa emang pura-pura bego, sih?" Ivy yang masih belum bisa menghentikan tawanya pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya saja.
"Ah ... udahlah, mending gue balik ke kelas aja kalau gini."
Keira yang merasa sudah berhasil ditipu oleh kedua sahabatnya itu pun langsung pergi dari kantin dan meninggalkan mereka yang masih asik menertawakan dirinya. Sial.
•••
Keira mengangkat sebelah tangannya seraya bangkit berdiri dari tempat duduknya. "Pak, saya izin ke toilet."Pak joko pun berhenti menulis di papan tulis dan mengangguk sebagai jawaban. Tanpa menunggu lama lagi, Keira langsung berlari kencang menuju toilet. Ia sudah tidak tahan lagi ingin buang air kecil. Di dalam sana, ia melihat Jane-musuh bebuyutannya sejak pertama kali masuk ke SMA Angkasa Mirta-sedang berkaca bersama kedua temannya.
Jane, sang ketua pemandu sorak atau yang biasa disebut dengan cheerleader merupakan seorang cewek cantik yang prestasinya dalam bidang tersebut sudah tidak bisa diragukan lagi. Namanya menempati urutan kedua untuk cewek yang paling diidam-idamkan oleh seluruh penghuni sekolah. Di atasnya, tentu saja ada nama Keira. Tetapi sayang, mereka berdua memang dikenal tidak akur alias bermusuhan sejak masih dalam tahap orientasi murid baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
complicated feeling | ✓
Fiksi Remaja[CERITA DI PRIVATE SECARA ACAK, SILAHKAN FOLLOW AKUN AKU DULU UNTUK VERSI LENGKAPNYA] Wanita itu memegang dadanya, merasakan detak jantung yang bergemuruh tak karuan. Ia benar-benar hancur dan tersiksa. Keping-keping jiwanya bagaikan tertusuk oleh p...