Gue baru kelar ujian susulan dengan diantar oleh Kendall. Karena gak mungkin gue pergi sendiri ke tempat ujian dengan kursi roda. Ya gue tau gue jadi pusat perhatian karena mereka nganggep gue orang cacat.
Hey, bisakah seseorang gak meremehkan orang yang 'berbeda' dari orang lain dan nyebut mereka cacat? Manusia diciptakan berbeda-beda dan lo jangan ngerasa sempurna sendiri. Karena kesempurnaan hanya milik Tuhan.
"Kenapa kak Mia? Ujiannya susah?"
"Gak, Ken. Aku kesel aja selama di dalem ruangan aku diejek mulu. Aku kesel emang kenapa dengan orang yang gak bisa jalan?"
"Kak Mia, sabar ya.. Dunia ini memang tempatnya semua permasalahan muncul, jadi.. Jangan anggap tadi adalah masalah penting."
"Iya ken, makasih.."
"Nah gitu dong, sekarang Kak Mia mau kemana? Mumpung aku lagi libur sekolah" dia bantuin gue masuk ke mobilnya dia. Gue baru inget kalau Kendall adik kelas gue. Jadi dia masih sekolah sekarang.
"Kalau boleh tau, temen-temen aku kerja apa sekarang? Atau mereka kuliah?" tanya gue pas Kendall baru aja nginjek pedal gas. Mobil melaju pelan meninggalkan SMA Negeri tempat dilaksanakannya ujian susulan.
"Calum dia lanjut kuliah, masuk jurusan informatika. Luke juga nerusin kuliah, dia jurusan hukum. Harry dan Zayn kuliah di jurusan filsafat" jawab Kendall.
"Woww, kalo kamu nanti udah lulus mau kemana?"
"Aku mau nerusin perusahan bokap kak" jawab dia malu-malu, yang gue tahu bokapnya Kendall yang punya Victoria Secret..
"Kak Mia habis lulus mau kemana?" dia nanya balik.
Gue menelan ludah, "Kayaknya gue sama kaya lo Ken. Nerusin perusahan bokap"
Kendall kaget, "Nerusin? Jadi.. Jadi bos gangster maksud Kak Mia? Eh maaf Kak bukan itu. Ehmm.. Nerusin apa ya Kak?"
"Gak apa Ken, gak kok. Aku gak akan terlibat dalam urusan gangster lagi, lagian kondisi badan aku udah lemah sekarang. Bokap punya perusahaan dan aku yang bakal terusin Ken"
"Wah syukurlah kalau begitu. Aku tahu kak Mia pintar, kak Mia pasti bisa"
Gue tersenyum dan mobil Kendall mendadak berhenti di suatu taman hiburan. "Tadaaaa" kata Kendall.
"Ken, kamu serius ngajak aku ke taman hiburan?" Gue kaget, tapi gue seneng banget.
"Yap" jawab Kendall sambil melepas sabuk pengaman, dan dalam sekejap dia turun lalu ngebantuin gue turun.
"Ken, udah semingu kaki aku lumayan bisa digerakin sih, cuma masih lemes. Maaf ya ngerepotin" kata gue.
"Gak apa Kak Mia, siapa lagi yang kak Mia punya selain aku? Ini gak masalah" Kendall ngegendong gue ke kursi lalu membawa gue menuju stand makanan.
Dia duduk di kursi taman sebelah gue, "Kak Mia kenapa ngelamun?"
"Gak kok Ken.." gue inget Michael, gue kangen dia.. Gue selalu inget janji-janjinya. Terakhir gue pacaran di taman hiburan ini.
"Kak Mia, maaf."
"Maaf apa?"
"Kemarin Michael.."
"Oh.. Itu.. Wajar dia gak inget aku, mungkin dia emang malu ngakuin aku ceweknya yang lumpuh dan baru bangun dari koma. Barbara lebih cantik, dia pantes bersanding dengan Michael.."
"Kak!" Kendall nepuk tangan gue.
"Kak Mia gak boleh ngomong gitu. Aku tahu Michael itu sayang banget sama kak Mia dan kalian adalah pasangan serasi. Aku yakin ada yang gak beres dengan Michael, kita tunggu aja sampai semuanya benar-benar jelas"
Gue mengangguk. Terakhir yang gue tahu, mereka mau ke Paris. Apa mungkin mereka udah pulang? Apa mereka udah nikah? Kenapa Michael ga kasih kabar?
"Kak Mia mau apa? Aku beliin Kakak makanan" kendall berdiri.
"Kebab. Aku mau kebab"
Kendall mengangguk, "Oke"
Dia pun menghilang diantara kerumunan, sedangkan gue duduk disini melihat biang lala yang lagi berputar pelan. Gue juga melihat roller coster yang lagi jalan dan banyak orang yang teriak bahagia. Gue pengen naik tapi gue belum bisa.
Disela-sela kerumunan gue melihat perempuan berambut brunette lagi pelukan dengan cowok berambut pirang. Cewek itu keliatannya familiar banget.
Mereka berdua jalan bermesraan dan mereka berciuman. OMG! Gue kenal betul siapa cewek itu. Cewek itu mukanya Barbara banget. Iya dia Barbara! dan siapa cowok itu? Kok dia bukan Michael?
Buru-buru, gue tutupin muka gue dengan kipas yang gue bawa karena gue kepanasan. Gue bersembunyi sebisa mungkin supaya Barbara gak ngeliat gue, dan beruntung, Barbara dan cowok pirang tadi sekarang masuk ke dalam biang lala.
Untung gue sempet poto mereka yang lagi ciuman tadi. Buat jaga-jaga...
"Bar, lo dimana sih? Gue baru pulang kerja katanya lo minta jemput?" seseorang duduk di samping gue, duduk di kursi bekas Kendall tadi.
"Oh, lo masih kumpul ama temen. Gue pulang aja atau gimana nih?"
Gue mengintip seseorang yang duduk disamping gue dibalik kipas yang gue pegang. Laki-laki tersebut berambut merah. Oops! Michael!
"Yaudah Bar, gue tunggu di kursi taman dah, jangan lama-lama" kata Michael, dia menutup teleponnya dan menghela nafas. Gue memalingkan muka. Berharap dia gak liat gue.
"Heh"
Dia manggil gue?
"Heh pirang!"
Rambut gue pirang. Apa Michael manggil gue?
"Helooh cewek yang duduk di kursi roda"
Bener. Dia manggil gue.
"Ada apa?" Gue menoleh ke arahnya. Mencoba menahan sakit di dada yang gue rasa.
"Tuh kan bener. Lo temen Barbara yang waktu itu nabrak di rumah sakit ya?" tanya Michael.
"I-iya"
Kenapa Michael ga nyebut nama gue?
"Siapa nama lo?" katanya.
"Apa?" Gue kaget. Dia beneran lupa ama gue?
"Kok nanya balik. Siapa nama lo, pirang!" katanya sambil ngedipin satu matanya dan ngunyah permen karet. Permen karet wangi semangka, dia belum berubah, hanya saja dia lupa sama gue.
"Gue Mia" jawab gue menahan air mata yang mengambang dimata gue.
"Gue Michael Clifford" katanya.
"Iya, gue tau siapa lo"
"Kok tahu?"
Lagi, gue nahan rasa sesak yang ada di dada gue. Gimana gak sakit? Gue dan Michael pernah pacaran, dipisahkan dengan cara gak manusiawi di lapangan sekolah, dan gue bangun dari koma dalam keadaan lumpuh sementara pacar gue sendiri lupa sama gue? Apa dia kena amnesia?
Air mata gue jatuh.
"Mia.. Lo kenapa nangis? Lo sendiri ke sini?" tanya Michael.
"Gak apa Mike.. Gak apa"
"Mia.. Kok gue kaya familiar ya sama wajah dan nama lo" dia menatap gue lekat. Jempolnya menghapus air mata yang ada di pipi gue.
Semakin dia menatap gue lekat, semakin jatuh air mata gue. Dia cuma bisa ngeliatin gue dengan tatapan simpati. Andai dia tahu air mata ini karena lo...
"Michael.. Lo bener gak kenal sama gue? Lo bener gak inget apa-apa tentang gue? Lo gak inget ini?" gue nunjukin dia gelang bertulisan M&M yang pernah Michael kasih ke gue di bawah cahaya rembulan.
"M&M?" Michael mengerenyitkan dahinya. Dia memegang kepalanya seperti yang kesakitan, "aaargghhh" dia berteriak sendiri. "Aaargghh sakit!!! sakiit!!!" Dia teriak. Gue kebingungan.
"Michael!"
YOU ARE READING
Bad School Girl
FanfictionDari sekolah gue belajar bagaimana pertemanan itu dari Calum. Dari sekolah gue tahu gimana rasanya ciuman pertama dari Zayn. Dari sekolah gue tau gimana rasanya jadi populer dari Kendall dan fansclub-nya. Dari sekolah gue bisa kenal orang yang cuek...