9. Terlarang

1.4K 51 1
                                    

Michael's POV

Gue nyerahin surat yang bokap gue bikin ke pemimpin dari gangster Bang Su'ep nya secara langsung. Gue akuin, ini adalah tindakan nekad. Gimana engga? Gangster-nya dia sama Domino Mafianya ayah gue kan udah musuhan sejak lama dan kami berdua adalah musuh sejati seperti Madrid dan Barcelona, atau MU dan Liverpool. Gak akan pernah bisa damai.

"Surat apa ini?" tanya Su'ep ke gue. Gue menggeleng dan mengangkat bahu, karena emang gue gak tahu isinya apa. Gue cuma di suruh karena bokap tau gue hari ini bolos sekolah.

Su'ep ngebaca isinya sambil manggut-manggut.

"Okay.." katanya.

"Jadi?" tanya gue.

"Yap, ayahmu bilang kalau daerah kekuasaan Domino kemarin mengalami penyempitan karena anak buahku sempat mengambil alih daerah kekuasaan Domino. Jujur aja ya.. Aku gak tahu soal ini dan ini di luar kendaliku..." dia mendesah pusing.

"Jadi, bokap bilang apa disurat itu?" tanya gue.

"Kita perang atau kita ambil jalan damai" katanya.

"Damai? Gak salah nih? Bukannya selama 15 tahun kita selalu membuat perjanjian damai ujung-ujungnya salah satu diantara kita selalu ada yang berkhianat? Seenggaknya itu yang aku tau" sanggah gue mencoba menahan emosi.

"Yaa.. Memang itu yang terjadi. Tapi semua kesalahan bukan di ayahmu atau aku. Kesalahan ada di oknum-oknum tertentu yang membuat dua keluarga kita berseteru dan gak pernah damai" dia menatap gue lekat-lekat. Jujur aja, gue terintimidasi dengan tatapan dan auranya. Ini kali pertama gue berbicara langsung dengan pemimpin Bang Su'ep, di rumahnya.

Ngomong-ngomong soal rumah, pas gue ngeliat keadaan di dalam ruang tamu ini, gue ngeliat foto cewek berumur 10 tahun yang bisa di tebak kalau dia adalah anaknya Su'ep, dan kayaknya gue ngerasa familiar dengan wajahnya.

Dia punya anak yang cantik rupanya dan gue pengen tahu sekarang anaknya udah segeda apa dan berada di mana, soalnya gue liat rumah ini sepi banget, cuma ada beberapa pembantu dan anak buah yang mengawali Bang Su'ep di setiap sudut ruangan.

"Kalau gak ada yang ingin disampaikan, aku pamit pulang" jawab gue sambil bersiap ingin beranjak berdiri.

"Tunggu" katanya.

"Umur kamu berapa, nama kamu siapa dan kamu sekolah dimana? sepertinya kamu seumuran dengan anakku" tanyanya.

Gue menghela nafas sebelum menjawab, "Michael Gordon Clifford, 17 tahun, Sekolah di St.Agnes"

"St.Agnes?" dia terkejut.

"Iya, kenapa?"

"Kalau begitu kamu kenal deng-"

Bruuuuk!!!

Terdengar suara kursi jatuh entah dari mana, dan sekilas gue juga ngedenger ada suara cewek nahan ketawa. Sepertinya gue kenal suara ketawa cewek ini.. Tapi gue pernah denger di mana ya..

Karena penasaran siapa pemilik suara ini, mata gue mencoba men-scanning ke luar ruangan. Apakah ada orang lain disini selain gue? Karena ngerasa gue gak liat apa-apa, gue kembali menatap Su'ep.

"Maaf, tadi.. Anda ingin berbicara apa?" tanya gue sesopan mungkin.

"Ah, Lupakan.." dia mengambil pulpen dan kertas kosong yang udah dipersiapkan sama anak buahnya beberapa menit yang lalu. Su'ep menuliskan sesuatu di kertas kosong tersebut. Setelahnya, dia ngelipat surat tersebut dan nyerahin ke gue. "Sampaikan ini ke ayahmu, dan jangan di baca selain oleh ayahmu" katanya tegas. gue mengangguk dan berdiri sambil menerima surat yang dia kasih. Mana mungkin gue tertarik sama isi surat beginian?

Tanpa basa-basi akhirnya gue pergi dari rumah ini..


Mia's POV

Michael pergi setelah nerima surat dari bokap. Gue berjalan mendekati bokap dan duduk di kursi yang bekas Michael dudukin tadi.

"Mia, kamu menguping?" katanya sambil menatap langit-langit. Dia tahu kedatangan gue, dan dia juga tau tadi gue yang ngejatuhin kursi supaya Michael gak ngedengerin omongan bokap gue.

"Ya, Papa.. Mia nguping, Mia pengen tahu apa yang Michael lakuin disini..."

Mendengar nama Michael di sebut, bokap langsung menatap gue. "Kamu kenal Michael?!" tanya bokap keliatan terkejut.

"Iya, pah.. Kita kan satu sekolah, satu kelas lagi, mana mungkin aku ga kenal?" jawab gue polos, tanpa terasa pipi gue merona karena gue udah kangen duduk di samping Michael.

"Ooh.. Ya.. Bagus" katanya, terlihat ada keraguan di mata bokap gue dan gue ngerasa ada perasaan gak enak karena bokap gue ngedadak bertingkah misterius.

"Paah? Kenapa?" tanya gue sambil mencondongkan badan gue.

"Enggak.." bokap tersenyum miring dan langsung pergi meninggalkan gue sendirian di ruang tamu. Sebelum bokap jauh ninggalin gue, bokap berbalik badan dan menatap gue serius. "Mia.. Papa ngerti sekarang alasan kamu tadi jatuhin kursi"

Gue berdiri, "Hah? Euhh-" gue gelagapan. Apa sih yang bokap gue gak tau? Selama 16 tahun gue tinggal dia selalu tahu apa yang gue pikirkan dan lakukan.

"Mia, ingat satu hal, Domino Mafia dan Bang Su'ep gangster gak akan pernah bisa bersatu. Ini sudah turun temurun dan kamu tau apa maksud papa?"

Gue melemparkan muka gue ke samping kiri, menghindari tatapan bokap gue. "Iya pa..".
Ya, gue tahu arah pembicaraan ini mau di bawa kemana.

"Bagus, karena papa sudah mempersiapkan laki-laki yang pantas untuk kamu bersanding nanti. Simpan perasaan kamu untuk Michael, sebelum perasaan itu semakin menjadi... Papa sayang kamu." katanya, sambil kembali memutar badannya dan pergi meninggalkan gue yang hanyut dalam kekecewaan.

Mendengar hal tersebut, lutut gue ngedadak lemes. Hati gue remuk, gue susah buang angin, serta bibir gue kering dan pecah pecah.

Apakah ini berarti perasaan gue ke Michael itu... Terlarang?

Bad School GirlWhere stories live. Discover now