19. Janji

1K 41 9
                                    

"Mak-maksud lo? lo balas dendam ke siapa Mikey?" gue berusaha deketin dia yang lagi berdiri. Gue puter kursi roda gue semampu gue. Setelah sampai di tempat Michael berdiri, gue peluk erat dia dari belakang, meski pipi gue ketemu pantatnya dia, ga masalah. Gue sayang dia...

"Mia, Mia..." dia lepasin tangan gue, dia berbalik badan membuat pipi gue ga nyenyuh pantatnya lagi tapi sesuatu didepannya, dan lo tahu sekarang apa yang nempel di pipi gue? ya 'sesuatu yang lain'

That's not the point Mia! Focus!

"Sayang, gue ga sanggup liat lo lama-lama duduk di korsi roda. Sebelum gue amnesia, sebelum gue pergi ninggalin lo jauh ke Paris, Mia yang terakhir gue lihat adalah Mia yang gagah dan kuat" dia berlutut di hadapan gue. "Pokoknya, gue mau putusin hubungan gue sama Barbara dan gue janji Mia.. gue bakal balik lagi ke lo..."

Dia natap mata gue lekat-lekat. Pupil matanya bergerak ga karuan, Michael lagi rapuh.

"Kapan?" tanya gue.

"Apanya yang kapan?" dia kebingungan.

"Gue punya feeling, sekalinya lo keluar dari rumah ini. Lo gak akan datang ke sini lagi Mike..." suara gue hilang. Hilang gitu aja, dada gue sesek, entah kenapa feeling gue gak enak banget.

"Mia, Gue janji, Mia. Gue janji gue bakal balik lagi ke lo, karena gue milik lo, lo adalah tempat gue kembali, Mia..." dia cium kening gue, matanya bergerak ke sana-sini memperhatikan setiap inci muka gue. Dia tersenyum lebar dengan dua giginya yang menongol seperti kelinci.

"Mia, Lo cantik banget sumpah" dia terkekeh.

Gue nge-blush "Apaan sih ah!" gue colek perutnya. "Astaga Michael! kamu sekarang nambah gendutan???" gue tercengang. Tadi gue meluk Michael, tapi kenapa baru sekarang gue ngerasain perutnya yang empuk seperti ini?

"Mia, stop!" Muka Michael kembali serius. "Saatnya gue harus pergi."

"Gak! Gak boleh! Jangan!" gue tarik lengan flannel-nya sampai terdengar bunyi jaitan sobek. Michael cuma bisa liat gue dengan tatapan shock. 

"Lo jangan kemana-mana. Lo sama aja masuk kandang macan kalo lo pulang ke tempat di mana ada Barbara dan bokap lo berada. Sebaiknya lo di sini, kita kabur Michael. Kita... kita... KITA KAWIN LARIII!!!" 

"Wh-what?" Michael malah tertawa mendengar suara gue yang sumbang karena berusaha nahan air mata yang keluar.

"Kawin lari Mia? kamu serius?!"

Gue ngangguk beberapa kali tanda yakin.

"Gak bisa, sayang.."

Hati gue meletus seketika."Ke-kenapa?"

"Gue pengen pernikahan kita di restui oleh kedua pihak keluarga kita. Gue pengen bokap lo ngizinin gue bawa pergi putrinya dengan cara gentle. Bukan kabur.. Gue tahu gue anak Mafia, tapi gue masih mau mikirin istri gue kelak makan apa, keadaan gue saat ini gak bisa bikin lo hidup layak. Jangan Mia, lo lebih baik bersabar. Jangan terburu-buru." dia mengelus kepala gue dengan penuh kasih sayang, gue menunduk dan membiarkan air mata jatuh membasahi paha gue.

"Sssst... jangan nangis" dia memegang dagu gue, dan ngangkat dagu gue, terus dengan sapu tangannya, dia ngelap air mata gue. "Gue gak mau ngeliat lo nangis. Simpan air mata lo buat kedatangan gue nanti.. bukan buat perpisahan ini.."

"Mik-"

"Mia sayang, kepala gue cukup sakit untuk bisa pulih, semakin gue ngeliat lo, semakin gue berusaha mengingat kenangan kita, dan semakin sakit reaksi yang ada di kepala gue... Gue sementara ini ga bisa bareng lo dulu Mia.. bukan karena gue gak cinta sama lo"

"Ta-tapi?" gue sesengukan.

"Gue mau menggagalkan pertunangan gue dengan Barbara dan itu gak mudah Mia... gue yakin bokap gak akan dengan mudah biarin gue berhubungan sama anak dari musuh bubuyutannya. Jadi, please.. biarkan gue pergi untuk sementara bukan untuk selamanya" dia tersenyum.

"Bokap makin tua, dia nyuruh gue untuk nerusin usahanya di bidang batu bara. Sebagai anak satu-satunya gue harus bisa berbakti pada bokap. Meski gue tau bokap gue bukan figure seorang ayah yang baik. Itu gak gampang Mia, please kasih gue waktu untuk gue bisa sukses.. sukses dengan usaha batu bara gue, sukses milikin rasa kepercayaan bokap gue, dan setelah itu gue sukses nentuin siapa cewek yang akan gue pinang. Bukan Barbara..."

Gila, pikiran Michael sekarang udah makin maju, mungkin karena dalam ingatannya yang amnesia dan yang saat  ini tercampur dia menjadi lebih visioner? Gue harusnya bangga punya cowok kayak begini. Gue gak mau jadi cewek yang malah protektif dan posesif ke cowoknya, gue percaya dia.

Okay.

Gue ngalah, lagian gue juga belum siap jadi istrinya. Gue juga harus bisa sukses dengan perusahaan yang bang TaTang pimpin saat ini, gue harus rajin-rajin ke rumah sakit untuk terapi kaki gue.. Gue harus jadi istri yang layak buat dia... kelak...

"Kita berjanji Mia.." dia ngacungin jari kelingkingnya di depan hidung gue. Dengan segenap penuh rasa percaya kepada pacar gue, gue ngaitin kelingking gue ke kelingkingnya dia.

"Gue janji, hari disaat gue berjumpa lagi dengan lo, adalah hari dimana gue ngelamar lo. Gue janji" katanya. 

"Gue juga mau janji sama lo..." kata gue. "Hari dimana lo lamar gue, adalah hari di saat gue udah sukses dan gue bisa berjalan dengan gagah lagi seperti dulu."

"Janji." ucap gue dan Michael berbarengan.

Dengan berat hati dan air mata yang bercucuran, gue ngeliat Michael pergi ninggalin rumah gue dari balkon kamar. Sebelum dia pergi, kita berdua saling tukeran nomor hp, dan kita janji untuk saling kasih kabar kapan pun kita lagi santai, dan sebelum pergi juga, Michael ngasih gue flannel yang tadi sempet gue tarik, dan untungnya gue punya T-Shirt untuk dia ganti baju. 

Satu lagi, untuk mengingatkan bahwa kita berdua punya janji, gue dan Michael saling bertukar anting. Gue baru sadar semenjak pertemuan pertama kita sampai sekarang bahwa telinganya  Michael udah dianting, Maka dari itu, mulai hari ini telinga kanan gue pakai antingnya dia dan telinga kiri gue tetep pakai anting gue sendiri yang bentuknya mirip kancing. 

Sebaliknya, Michael pakai anting gue yang berbentuk kancing di telinga kirinya dan dia masih memakai antingnya sendiri di telinga kanannya. Setelah Michael hilang dari pandangan, gue memejamkan mata. Gue hirup flannel-nya dalam-dalam, mencoba meresapi harum tubuhnya... menunggu Michael kembali dengan membawakan berita baik.

# 1 TAHUN KEMUDIAN #

Salah, dugaan gue salah.

Selama satu tahun gue menunggu, menunggu dan terus menunggu, hingga gue sadar bahwa penantian gue itu sia-sia, gue bukannya mendapat kabar baik, tapi gue malah mendapat kabar buruk. Kabar terburuk yang gak akan pernah mau gue denger.

"Mia..." bokap berdiri di depan pintu kamar gue.

"Gak, Pah.. cukup! Mia gak mau lihat surat undangan itu! Mia tahu isinya apaan!!" gue menangis dan berteriak di bantal. Entah udah berapa lama gue menangis, karena yang gue rasain, bantal gue udah banjir dengan air mata hangat gue.

"Tapi Mia-"

"Cukup. Sumpah demi apapun, Mia gak sudi datang ke pernikahannya Barbara dan Michael!

Bad School GirlWhere stories live. Discover now