28. Michael & Mia [End]

1.3K 47 7
                                    

:: 1 Tahun Kemudian ::

"Mia... sangat disayangkan kamu harus pulang ke Los Enjles hari ini" kata Akane, rekan sekamar gue di apartemen. Ya, gue selama tinggal di Jepang tinggal dengan Akane. Selain dia adalah sekretariat gue, dia juga yang jadi translator dan guide atau apapun yang membantu gue untuk berkarir di Jepang.

"Mau gimana dong, aku kan memang harus pulang. Tempatku di LE" jawab gue senyum.

"Iya sih.. tapi kan..kapan kamu kesini lagi Mia?? Ntar aku bakalan kangeeeen.. atasan aku gak sebaik kamu. Kalau kamu pergi, atasan aku siapa?"

"Atasan kamu Ashton. Ashton Irwin" jawab gue sambil masukin barang terakhir gue ke tas : flannel Michael. Iya, gue berusaha move on. Gue tau gue harus kuat makanya tiap hari gue menantang diri gue sendiri untuk berani liat barang pemberian Michael. Supaya gue pas pulang nanti udah terbiasa dengan keberadaannya dan gue gak perlu galau.

"Ashton yang hot itu ya? Aku sering liat kabarnya dari majalah. Dia sekarang orang terkaya nomer 9 di dunia. Hooohoooo" mulutnya Akane seperti berair. Mendengar nama Ashton di sebut dia seperti orang yang kelaparan.

Terakhir gue ketemu Ashton ya di pernikahannya Michael itu. Setelah itu gue gak pernah kontekan sama dia selain masalah pekerjaan lewat email. Gue juga baru tahu kalau perusahaan dia adalah klien terpercaya perusahaan gue semenjak dari 4 tahun yang lalu.

Kabar temen gue yang lain...

Kendall, oke.. gue denger dia sekarang semakin sukses dengan urusan Victoria's Secretnya. Bahkan dia lapor ke gue kalau dia di tawari main film di Hollywood. Oke itu keren.

Harry, Zayn, Luke dan Calum masih berkuliah di jurusan masing-masing dan mereka katanya dapat beasiswa. Gue bersyukur mereka sang mantan berandalan bisa berubah jadi orang yang lebih baik dan calon orang sukses.

Ting tong

Bel apartemen berbunyi membangunkan gue dari pikiran gue.

"Aku yang jawab!" kata Akane sambil berlari riang menuju pintu.

Gue merebahkan diri di lantai setelah selesai membereskan barang-barang gue. Gak berapa lama Akane datang. "Mia! Ada paket buat kamu nih" katanya sambil ngasihin gue kotak yang dibungkus rapi. Gue bangkit dari tidur lalu duduk.

"Oh, mungkin makeup pesenan aku udah nyampe kali ya" kata gue sambil berusaha ngebuka kotak pembungkus.

"Mia, bukannya makeup kamu udah sampai kemarin?"

"Oh iya ya.. kalau gitu.. ini paket apa dan dari siapa dong?"

Akane mengangkat bahunya.

Setelah kotaknya terbuka, gue ambil isinya...

"Gelang?" kok gelang sih.. siapa yang kasih gue gelang?. Batin gue.

"Gelangnya kok lucu! Ada tulisan M&M nya!" Akane terkagum liat gelang yang gue pegang. Jujur aja ini pasti mahal banget, soalnya ini emas putih.

Tunggu. M&M?

"Akane, tadi siapa yang kasih paket ini? Petugas paket atau.." tanya gue penasaran.

"Mia.. aku lupa bilang. Kalau tadi yang kasih paket ke kamu itu.. bukan petugas pengantar paket. Tapi laki-laki dengan tindik di alis dan di telinga, dan rambutnya... berwarna galaksi tua. Itu siapa sih? Kok dia ganteng ya? Kok dia bisa kenal kamu ya? Kok-"

"Michael!!!"

Gue tinggalin tuh Akane yang lagi ngomong sendirian. Secepat kilat gue berlari ke luar. Gue mau mastiin kalau orang ini adalah Michael dari ciri-ciri yang Akane bilang.

Gue ngos-ngosan.

Pas udah sampai di luar. Gue mencoba mengatur nafas.

Gue tersenyum, di depan gue, ya.. persis beberapa langkah di depan gue, Michael Clifford berdiri sambil tersenyum.

Gue gak tahu harus apa. Apa gue harus marah? Apa gue harus seneng? Atau gue harus...

"Mia-"

"Untuk apa kamu datang Michael? Ini semakin menyulitkan ku!!!"

"Mia-"

"Sssst... diem! Kalau kamu datang ke sini cuma untuk membuat aku kembali teringat padamu, kamu akan menyesal!" Gue nutup telinga gue. Awkward memang ketemu Michael setelah setahun lamanya kita gak kontekan, Apalagi sekarang panggilan kita jadi aku-kamu. Seperti orang yang baru kenal...

"Mia, aku kesini karena aku udah izin sama ayah kamu" dia merasa bersalah, dari raut wajahnya terlihat dia sama terlukanya seperti gue.

"Jadi kamu tahu dimana aku tinggal dari Papa?" Apa maunya? Apa dia mau ngundang gue ke pernikahan barunya lagi?

"Iya, Mia. Aku juga tahu hari ini adalah hari kepulangan kamu ke LE. Aku sengaja datang kesini dari dua hari yang lalu hanya ingin menjemputmu Mia"

"Michael, lupakan semua kenangan kita. Kita gak bisa bersatu lagi. Kamu udah nyakitin aku berkali-kali. Masa aku harus mengulang membaca buku yang sama? Aku gak mau Mike..." kata gue sambil merapikan rambut gue yang terbang terbawa angin.

"Mia..." dia melangkah mendekat ke gue. Gue gak peduli sama orang-orang yang lagi lewat sambil ngeliatin kita berdua berdebat.

"Apa Mike?!" jawab gue parau.

"Aku datang kesini karena aku ingin membawamu pulang ke rumahku. Aku ingin menjadi tempatmu pulang..."dia menangis. Michael Clifford menangis..

"A-apa maksud kamu?"

"Ayahku udah gak ada Mia, aku gak punya siapa-siapa lagi selain kamu. Aku sadar selama setahun ini aku berfikir bahwa aku udah nyia-nyiain kamu. Aku gak tahu kamu udah move on dari aku atau belum tapi aku gak bisa move on dari kamu. I'm stuck with you forever"

Gue cuma bisa diem. Kalau boleh jujur gue juga belom bisa move on dari dia. Selama ini gue gak ngebiarinin seseorang masuk dalam kehidupan gue meski Zayn udah nembak gue lagi beberapa bulan yang lalu..

"Mia, aku tahu aku sering ninggalin dan nyakitin kamu. Aku tahu kamu bosen baca buku yang di ulang-ulang terus. Tapi aku janji aku bakal bikin sequel dari buku itu. Kamu gak akan nyesel dengan cerita baru kita. Aku janji Mia.. aku janji dengan seluruh nyawaku.. Aku mencintaimu. Aku cinta kamu. Aku cinta kamu Mia...."

Gue juga masih cinta sama lo mike.

Haruskah gue terima kedatangannya lagi dan memaafkannya untuk yang kesekian kalinya?

Sayang sekali jawaban gue iya.

Gue terkekeh meski gue tahu gak ada yang lucu. "Kamu lebay"

Michael tersenyum meski gue tau dia terpaksa. Masih ada kekhawatiran di matanya. "Jadi?" tanyanya memastikan.

Gue usap dadanya dengan kedua telapak tangan gue. Gue tarik kerah jaketnya dan gue cium pipinya.

"Gue siap baca sequel kedua buku kita, Mike" kata gue malu-malu.

Michael tersenyum lebar dengan menampakan ekspreksi yang sangat lega, "Serious??"

Gue mengangguk sambil menenggelamkan muka gue di dadanya Michael. Dia meluk gue seakan gue gak boleh pergi meski hanya sedetik.

"Mia?" dia ngusap-ngusap rambut gue.

"Hmm...?"

"You are the one and only who could be my future wife"

Gue menengadah supaya bisa ngeliat matanya, Kita berdua sama-sama tersenyum, gue berjingjit sedikit lalu gue cium dagunya sebelum gue memberikan respon.

"You wish"

=END=

Bad School GirlWhere stories live. Discover now