24. Sedikit lagi

1K 33 0
                                    

Barbara

Aku terduduk sendiri menunggu kabar baik dari Michael. Aku harap dia berhasil meyakinkan Mia untuk percaya bahwa Michael masih mencintainya. Bukan aku.

Jujur saja, apa yang aku lakukan di masa lalu sangatlah tidak baik. Selain aku berselingkuh, aku juga telah membuat mereka berpisah.

Aku tahu umurku tidak akan panjang, maka sebelum aku mati secara sia-sia dan meninggalkan dendam, aku ingin memperbaiki kesalahanku pada Mia. Aku ingin, setidaknya dia percaya bahwa aku memang ingin berubah.

Michael...

Aku memang tidak memiliki perasaan padanya. Aku juga awalnya sempat menolak mengenai perjodohan ini. Tapi apa daya, aku tidak memiliki keluarga. Aku hanya di urus oleh bibiku yang sakit-sakitan. Biaya berobat dan biaya hidup bibiku semuanya dari bantuan ayahnya Michael. Mana bisa aku menolak perjodohan ini?

"Barbara!" seseorang memanggil, dia adalah potografer. "Kemana Michael? sebentar lagi kita harus ambil foto"

"Hmm.. dia... dia ada urusan mendadak di perusahaannya..." jawabku bohong.

"Oh.." dia mengangguk percaya. "Terus bagaimana, mau ditunggu?"

"Ehm, sepertinya sudah segini saja dulu. Kita tidak membutuhkan banyak foto. Tapi kalau Mr.Clifford tanya, bilang saja semuanya sudah selesai. okay?"

"Hmm.. baiklah.. jadi yakin sudahi saja pemotretannya?"

"Iya aku yakin, kamu bisa pulang." aku tersenyum manis padanya. Memberikannya tips, dan dia terlihat senang dengan itu.

Ngomong-ngomong soal ayahnya Michael, aku jadi ingin memastikan sesuatu.
"Hallo?" panggilku pada Blake, asisten kepercayaan ayahnya Michael.

"Ya, nona Barbara?"

"Tuan sudah meninggalkan gereja dan berangkat ke bandara?" tanyaku memastikan.

"Sudah, baru lima menit dia dan teman bisnisnya pergi ke bandara. Ada apa nona? bagaimana resepsinya? ada kendala?"

"Tidak Blake. Semua lancar. Acaranya sebentar lagi selesai. Para tamu juga kelihatannya mulai bosan."

"Oh.."

"Terima kasih Blake"

"Okay"

Selangkah lagi Michael. Selangkah lagi! Semangat!!


Mia

"Pak, putar jalan!" suruh gue sambil nangis. Air mata gue udah gak bendung lagi.

"Kenapa?" tanyanya panik.

"Putar, Pak.. Michael.. Michael..."

"Oh, iya. Baik. Baik" dia mengangguk dan dengan cepat Pak supir memutar kan mobilnya. Setelah mendapat alamat dari mbak-mbak yang tadi nelepon gue, kami berdua menuju jalan yang dimaksud.

Gak berapa lama mobil taksi berhenti, dari kejauhan gue lihat ada kerumunan orang memadati jalan. "Nih Pak, ambil kembaliannya" kata gue. Tanpa basa-basi gue turun dari taksi sambil ngebanting pintu keras-keras.

"Misi, misi" kata gue sambil nyoba nerobos masuk kerumunan.

"Michael!" gue teriak.

Gue peluk kepalanya. Gue nangis sekenceng-kencengnya sampe nyita perhatian orang. Gue gak tahu lagi mau ngomong apa. Perut Michael berdarah dan gue yakin da habis di tusuk. Siapa sih yang tega giniin kekasih gue?

Bad School GirlWhere stories live. Discover now