Bab Dua

57 10 2
                                    

"Kejutan!"

Theo Zword terdiam sebentar sambil menatap dua orang gadis dan seorang lelaki yang tengah tersenyum lebar ke arahnya, kemudian kembali menutup pintu kelasnya dengan ekspresi datar.

"Kenapa ditutup lagi?!" Gadis yang rambutnya disanggul dengan kesal langsung membuka pintu kembali.

"Kau bikin kami malu saja!"

"Tahu, tuh. Nggak asyik, nih!"

Tiga orang tersebut berseru protes pada Theo.

"Aku kan kaget. Apa maksudnya ini?" Theo menatap teman-temannya dengan bingung. Gadis berambut sanggul di hadapannya mendesah.

"Hari ini kan hari ulang tahunmu, Theo."

"Oh ya?" Theo menatap jam yang melingkar ditangan kanannya. Di atas angka-angka yang menunjukkan waktu juga tertera tanggal hari ini. "Oh, benar juga."

"'Oh, Benar juga'? Hei, kau ini. Bagaimana bisa melupakan ulang tahunmu lagi?" Gadis mungil berkacamata bulat dengan rambut dikucir dua rendah melangkah maju. Dia merengut kesal dan menunjuk-nunjuk Theo. "Dua kali Theo, semenjak kita bertemu di sekolah ini, kau melupakan hari ulang tahunmu."

Theo hanya bisa tertawa canggung sambil menggaruk pelipis kirinya. Lelaki berbadan besar yang berdiri di belakang kedua gadis tersebut langsung tertawa.

"Sudahlah. Kita biarkan Theo masuk dulu, dari pada kita terus di sini dan menghadang pintu."

"Benar sekali, Louis." Theo tersenyum lebar sambil mengangkat tangannya, hendak melakukan high-five dengan Louis. Louis ikut tersenyum lebar dan mengangkat tangannya, namun sebelum tangan mereka bersentuhan, gadis berkacamata bulat langsung menahan Louis dan membalikkan badannya.

"Ayo masuk. Abaikan saja orang yang melupakan ulang tahunnya." Gadis tersebut mendorong Louis kembali ke tempat duduknya. Sementara gadis berambut sanggul mengikuti.

"Hei, hei, kalian. Sampai segitunya." Theo berjalan memasuki kelas, menyusul ketiga temannya.

"Theo," gadis berambut sanggul berhenti dan berbalik, "seharusnya kau tidak melupakan hari ulang tahunmu. Kau tahu kan, hari ini sangat spesial dan penting. Ini adalah hari dimana kau lahir, hari dimana ibumu telah berjuang mempertaruhkan nyawa demi melahirkanmu ke dunia ini. Seharusnya kau bersyukur dan mengingat baik-baik kapan hari ulang tahunmu tiba, bukannya malah melupakannya dengan enteng seakan ini tak penting."

"Bagus, Hanna!" Seru gadis berkacamata bulat sambil mengacungkan jempol kanannya, dibalas kedipan oleh Hanna.

Sementara Theo terlihat merasa bersalah. "Iya, iya. Aku tahu, Hanna. Hanya saja ... ya, kau tahu sendiri kan. Memoriku sangat buruk."

"Kau perlu membeli memori baru, yang lebih besar ukurannya dan lebih bagus spesifikasinya," canda Louis.

"Itu bukan alasan, Theo. Aku yakin kau sebenarnya ingat tanggal ulang tahunmu, namun karena tak pernah melihat kalender, kau jadi lupa. Aku benar atau benar?" Tanya Hanna tanpa menggubris candaan Louis.

"Benar ..." Theo menjawab pasrah.

"Kau selalu benar, Hannaaa." Timpal Louis. Ekspresi dan perkataannya terlihat kontras.

"Jadi untuk selanjutnya, kau harus lebih sering melihat kalender. Kau ini, seperti tak peduli hidup saja." Ujar gadis berkacamata bulat. "Louis, kau kan satu kamar dengannya. Ingati dia untuk sering-sering melihat kalender. Kalau perlu, pasang kalender banyak-banyak di kamar kalian agar Theo selalu ingat tanggal dan hari apa saja yang penting."

"Iya, Zellen ..." Louis menjawab sekenanya, tak peduli. Zellen langsung melotot ke arahnya. "Apa? Aku jawab 'iya', kan?"
Zellen memalingkan wajahnya, kesal. Louis hanya angkat bahu.

"Hei, sudahlah kalian. Hanya gara-gara aku lupa saja kalian jadi ribut. Sudahlah," ucap Theo sambil duduk di tempatnya. Louis langsung melotot ke arah Theo, seakan berkata 'mengapa-kau-mengatakan-itu'. Theo yang sadar arti tatapan Louis langsung menyesal dengan ucapannya barusan.

Hanna dan Zellen menatap Theo, siap mengomel lagi. Sementara Louis menggeleng pasrah, Theo berkali-kali mengutuk dirinya dalam hati.

Bersambung

[Author]

Bab Dua, selesai! Ini masih 'perkenalan'. Gimana menurut kalian? Kritik-sarannya, please? Vomment, yaa. Juga sebarkan pada orang-orang tentang cerita ini :)

Terima kasih telah membaca!

The BondsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang