Seusai sekolah, Louis, Hanna, dan tiga orang lainnya mendapat giliran piket membersihkan kelas. Petugas kebersihan di Axandemme memang tidak diperintah untuk membersihkan kelas-kelas dan kamar-kamar. Hal itu agar murid-murid lebih mandiri dan bertanggung jawab, karena itulah salah satu misi Axandemme sebagai salah satu akademi ternama di Givory.
Theo dan Zero yang akan memulai pelajaran tambahan harus menunggu yang lain selesai piket. Alfred juga belum datang. Theo duduk di atas meja yang terletak dipojok kelas, sementara Zero bersandar di dinding belakang kelas sambil bersedekap.
"Yang bersih, ya ..." ujar Theo pada seorang temannya yang sedang menyapu diambang pintu.
"Bantu, dong," balas temannya sambil pura-pura merengut. Theo hanya nyengir.
"Aku buang sampah, ya." Hanna mengangkat dua kantung sampah besar.
"Biar kubantu," Louis mengambil salah satu dan mereka berjalan menuju tempat pembuangan sampah di belakang sekolah.
"Jadi," ketika hendak menuruni tangga, Hanna berbicara. "Apa yang ingin kau bicarakan?"
"Eh?" Louis menoleh. "Ketahuan, ya."
"Jelaslah. Kau kan tahu kalau dua kantung ini bukan masalah bagiku," ujar Hanna. Louis mengangguk setuju.
"Gadis dengan kekuatan menyamai petinju pro pasti bisa—aduh!"
Louis mengelus bahunya yang ditinju Hanna. "Tuh kan! Kekuatanmu memang tidak biasa!"
Hanna melirik Louis sebal. "Aku masih menahan diri."
Louis menelan ludah. "Ma-maaf."
Hanna menghela napas. Detik berikutnya ia kembali seperti biasa. "Jadi, ada apa?"
"Tidak," kata Louis. "Hanya saja ... aku merasa Theo masih menyembunyikan sesuatu."
Hanna menatap Louis, membiarkan Louis selesai berbicara.
"Aku tahu ia ingin mengatakan sesuatu," sambung Louis. "Entahlah kenapa aku bisa berpikir begini. Mungkin karena—yah, kau tahu kan, aku sudah menganggapnya seperti saudara sendiri. Theo anak tunggal, jadi ia mungkin tidak tahu bagaimana rasanya memiliki saudara."
"Aku ... ingin tahu hal apa yang disembunyikannya. Tapi bagaimana caranya agar ia bercerita?"
Louis mengambil kantung sampah ditangan Hanna, lalu memasukkan kedua kantung sampah itu ke dalam bak sampah. Hanna terdiam beberapa saat.
"Hei, Louis. Berhenti memasang wajah tertekuk," Hanna menyenggol Louis. "Kau ini, seperti orang galau karena cinta saja."
Louis melirik Hanna sebal.
"Louis. Kau kenal Theo, kan? Kalau begitu sudahlah. Biarkan Theo tetap diam sampai tiba waktunya. Ia pasti begitu karena suatu alasan."
"Iya, tapi—"
"Kau percaya padanya, kan?"
Louis terdiam.
"Jadi tunggulah sebentar lagi," kata Hanna. "Theo tahu mana yang baik, mana yang tidak. Kalau seandainya ia tahu hal itu patut diberitahu pada kita, ia pasti cerita. Karena itu tugas kita sekarang hanya menunggu. Andai pada akhirnya Theo memutuskan untuk tak menceritakan apa pun pada kita, ya sudahlah. Mungkin sebaiknya memang begitu."
Louis mencerna kalimat Hanna, lalu mendongak menatap langit. "Ya sudahlah. Kuikuti nasehatmu itu, Hanna."
"Lagi pula setiap orang memiliki rahasianya masing-masing." Hanna tersenyum, lalu menepuk punggung Louis. Sekali, namun efeknya sangat kuat. "Semangat, Louis!"
Louis langsung mengaduh kesakitan.
~The Bonds~
"Kami duluan, ya!" pamit tiga orang teman yang telah selesai membersihkan kelas. Sepertinya Hanna dan Louis juga sudah kembali ke asrama. Theo mengangguk sambil tersenyum. Tepat ketika kelas telah kosong, ia berbalik dan menatap Zero.
"Zero. Ada yang mau kutanyakan," ucapnya. Zero membuka kedua matanya. Tangannya masih bersedekap didada.
"Kau tahu ruang olahraga belum dikunci karena ...?"
"Masih ada orang di ruang guru," jawab Zero. Matanya menyorotkan keheranan karena Theo mengungkit soal itu. Beberapa saat kemudian ia tertegun.
"Jadi karena masih ada orang di ruang guru, kau pikir ruang olahraga belum dikunci?"
Zero terdiam. Ia baru menyadari sesuatu, setelah seminggu kejadian itu berlalu.
"Di sini penjaga sekolahlah yang mengunci ruangan. Biasanya ia menguncinya sepulang sekolah. Kalau ada ruangan yang masih digunakan, akan ditunjuk satu orang yang bertanggung jawab mengunci ruangan," jelas Theo.
"A-aku tak tahu," gumam Zero.
"Jadi siapa yang membuka ruang olahraga?" tanya Theo, lebih kepada dirinya sendiri.
"Ada dua kemungkinan," ucap Zero.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bonds
FantasyMurid baru itu mencurigakan, tapi peristiwa yang terjadi hampir 20 tahun yang lalu lebih mencurigakan. Banyak misteri yang tersimpan setelahnya, namun hingga saat ini tidak ada yang tahu kebenaran dibalik semua itu. Awalnya Theo tidak tahu tenta...