"Maafkan aku," kata Theo Zword. "Aku memang berencana menceritakannya ketika di sekolah, agar Hanna dan Zellen juga dapat mengetahuinya."
Louis, Hanna dan Zellen menatap Theo sambil diam.
"Sebenarnya kemarin ... Zero mengajakku melanjutkan duel kami yang terhenti. Aku ke ruang olahraga, dan ia sudah di sana. Ia memberiku pedang asli. Kemudian kami berduel. Duel kami tidak selesai lagi karena Pak Alfred memergoki kami. Makanya hari ini kami disuruh menemui kepala sekolah," jelas Theo.
"Itu saja?" tanya Zellen. Theo mengangguk.
"Jadi begitu," Louis mengangguk paham, lalu menepuk bahu Theo. "Lain kali jangan pakai berbohong, dong. Nanti aku salah sangka."
Theo tersenyum. "Maaf."
"Ya sudah, sebentar lagi masuk." Louis segera beranjak ke tempat duduknya, diikuti Zellen. Hanna menatap Theo sejenak.
"Sudah diobati?" tanya Hanna.
"Oh, ini?" Theo memegang plester dipipinya, lalu mengacungkan jempol. Hanna pun segera kembali ke tempat duduknya.
Maaf. Ada satu hal yang belum bisa kuberitahu pada kalian, batin Theo. Setidaknya sampai aku sendiri tahu apa yang terjadi.
~The Bonds~
Esok harinya.
Theo dan Zero berdiri dengan sapu ditangan masing-masing sambil memandang ruang utama asrama mereka, Asrama Timur. Ruang utama yang besar ini cukup berantakan, beberapa lemari buku sudah berdebu, dan lantainya sudah 2 minggu belum dipel.
Theo mendesah. "Kita akan menggantikan pekerjaan Nyonya Potts ... kita akan merasakan bagaimana jadi dirinya ... kita akan melakukan ini selama seminggu ..."
"Berhentilah mengeluh dan cepat selesaikan ini." Zero mengikat sapu tangan menutupi mulut dan hidungnya, kemudian mulai bekerja. Theo mengikutinya.
Beberapa jam kemudian, mereka selesai membersihkan ruang utama. Mereka pun jatuh terduduk disofa. Keringat sudah membanjiri mereka.
"Lelahnya," gumam Theo. "Lebih lelah dari berduel."
Zero beranjak ke dapur asrama.
"Hei, tolong ambilkan untukku!" Pinta Theo.
Beberapa menit kemudian, Zero kembali. Theo menatapnya sedikit gugup, apakah Zero akan membawakannya minuman ... atau tidak.
Zero memegang sebuah gelas berisi limun ditangan kanannya, sementara tangan kirinya berada dibelakang punggungnya. Zero berhenti di dekat jendela asrama yang besar, kemudian menatap keluar jendela sambil meneguk limunnya.
Dan Theo mendadak ingin melempari Zero dengan benda apa pun yang ada disekitarnya, karena ternyata ditangan kiri Zero tak ada apa-apa
Dia sengaja, ya? Hah? Dia pasti sengaja!
Sambil berdecak, Theo segera mengambil segelas limun dari dapur asrama dan kembali duduk disofa.
Mendadak keadaan jadi hening. Zero masih tak bergeming, sementara Theo sesekali meliriknya.
"Argh, aku benci ini!" Keluh Theo. "Kenapa aku harus terjebak bersamamu selama seminggu? Kau orang yang membosankan."
"Salahmu kenapa mengiyakan ajakanku," sahut Zero tenang.
"Salahmu kenapa mengajakku!" Balas Theo tak terima.
"Kau kan bisa menolaknya."
"Kau memprovokasiku!"
"Kau terlalu mudah terpancing."
Theo mendelik ke arah Zero. "Kau? Tumben sekali meladeniku. Bukankah biasanya kau tak peduli?"
Zero tak menjawab lagi, membuat Theo semakin kesal. Apa sih, yang dipikirkan anak ini?
~The Bonds~
"Mulai dari sini, kita bagi tugas." Ucap Theo. Hari ini Theo dan Zero melaksanakan hukuman mereka. Setelah sebelumnya mereka membersihkan ruang utama, kini saatnya membersihkan setiap kamar.
"Aku akan membersihkan kamar nomor 1 sampai 10. Kau sisanya," kata Zero dingin.
"Oke," angguk Theo. Sesaat kemudian ia tertegun. "Hei, sisanya kan kamar perempuan!"
"Memang."
"Enak saja! Tidak adil!" Theo tak terima.
"Aku tak tertarik dengan kamar perempuan."
"Maksudmu aku tertarik?!"
Zero yang hendak membuka pintu berhenti karena ditahan Theo.
"Kau membersihkan kamar nomor ganjil, aku nomor genap." Theo menatap Zero tajam. Zero meliriknya sekilas, lalu membuka pintu kamar nomor 1. Sementara Theo berjalan ke bagian kamar perempuan, menuju kamar nomor 11. Sesaat sebelum membuka pintu, Theo terdiam.
"Tapi—hei, serius kita akan membersihkan kamar anak perempuan?"
"Kutolak."
"Kalau begitu aku juga tak mau!" Theo segera berlari menuju kamar nomor 10.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bonds
FantasyMurid baru itu mencurigakan, tapi peristiwa yang terjadi hampir 20 tahun yang lalu lebih mencurigakan. Banyak misteri yang tersimpan setelahnya, namun hingga saat ini tidak ada yang tahu kebenaran dibalik semua itu. Awalnya Theo tidak tahu tenta...