Bab Sembilan Belas

18 3 2
                                    

"Le-ment?" Theo memastikan kata terakhir yang diucapkan Louis. Louis mengangguk.

"Kau pernah mendengarnya?" tanya Louis.

"Sepertinya aku pernah melihatnya disuatu tempat," kata Theo. Ia mencoba mengingat-ingat.

"Buku sejarah, mungkin?"

Theo menggeleng. "Rasanya ... jauh sebelum ini aku juga pernah mendengarnya. Tapi aku sama sekali tak tahu apa itu. Makanan, kah?"

"Bukan," geleng Louis. "Bisa-bisanya kau memikirkan makanan disaat aku sedang serius."

"Lho, biasanya pikiranmu juga cuma makanan, kan?" Theo membela diri.

"Ah, terserahlah. Mau kulanjutkan, tidak?" tanya Louis.

"Oh, lanjut-lanjut."

"Oke. Jadi, Lement adalah orang yang mampu mengendalikan elemen-elemen di alam. Mereka sama seperti anggota klan, langka. Bedanya, setiap anggota klan yang lahir pasti mendapatkan kemampuan mereka. Sementara Lement, mereka mendapatkan kemampuannya secara acak."

Theo mengerutkan alisnya. "Maksudmu?"

"Maksudku, siapa pun bisa menjadi Lement. Masih menjadi misteri bagaimana bisa seorang Lement mendapatkan kemampuannya; faktor apa yang membuat mereka mendapatkan kemampuan tersebut, atau kapan tepatnya mereka mulai memilikinya."

"Yang uniknya, mereka selalu hanya ada tiga orang dalam satu abad—berdasarkan catatan-catatan kuno." Sambung Louis, seakan dirinya sudah membaca semua catatan kuno tentang Lement.

"Begitu," ucap Theo. "Apa kau tahu siapa Lement pada abad ini? Seharusnya identitas mereka diketahui, bukan?"

"Hm-hm. Tentu saja, Theo Zword. Lement pertama yang diketahui pada abad ini meninggal dalam peperangan. Lement kedua—ini yang akan membuatmu terkejut." Louis tersenyum penuh misteri.

"Cepatlah, jangan bertele-tele," lama-lama Theo sebal juga pada sahabatnya itu, terlebih pada gaya menyampaikannya yang terkesan dramatis dan terlalu dilebih-lebihkan. Louis terkekeh.

"Aku juga terkejut ketika mengetahui siapa Lement kedua pada abad ini. Selama ini aku belum pernah melihatnya menggunakan kemampuannya, karena sepertinya ia memang tak berniat menunjukkannya. Ia orang yang jarang terlihat di luar ruangannya, tapi entah mengapa seakan tahu apa yang terjadi di lingkungan Axandemme."

Theo tertegun mendengarnya. "M-mungkinkah ...?"

Louis mengangguk. "Tepat sesuai dugaanmu, Theo."

"Kepala sekolah?"

"Kepala sekolah." Louis menegaskan pertanyaan Theo sambil tersenyum. "Ternyata selama ini kita berada di dekat seorang Lement."

"Wah. Apa kemampuannya?"

"Mengendalikan elemen angin," jawab Louis.

"Tunggu. Mungkinkah ia dicurigai sebagai sang pembantai?" tanya Theo langsung.

"Tentu saja. Tapi ketika ia diperiksa, ia terbukti tidak bersalah. Alibinya kuat dibeberapa waktu pembantaian. Meski begitu, yah, masih ada juga yang tetap mencurigainya sampai sekarang. Kalau aku pribadi sih, tidak mencurigainya. Bukankah itu terlalu mencolok bagi sang pembantai menjadi kepala sekolah? Kupikir sang pembantai sengaja membiarkan Pak Razazel hidup agar dicurigai."

Theo mengangguk setuju. "Masuk akal, sih. Jadi selain Pak Razazel, tak ada lagi orang yang dicurigai?"

"Oh, banyak. Dari pemimpin-pemimpin Negara, aparat keamanan, hingga rakyat biasa." Sahut Louis. "Sayangnya, kecurigaan semua orang belum bisa dibuktikan sampai saat ini."

"Sebegitu penuh misterinya sang pembantai," gumam Theo. Louis terdiam sejenak.

"Oh ya, aku belum selesai memberitahu tentang Lement." Ucap Louis. "Kau tahu kan, elemen alam hanya ada empat, sehingga salah satu dari ketiga Lement akan memiliki dua elemen sekaligus. Lement pertama memiliki elemen tanah, kepala sekolah memiliki elemen angin, otomatis Lement terakhir ...?"

"Akan memiliki elemen air dan api?" sambung Theo memastikan. Louis menjentikkan jarinya tanda mengiyakan.

"Sepanjang sejarah, belum pernah ada Lement yang memiliki elemen berlawanan seperti itu. Lement itu memiliki 'keseimbangan' dalam tubuhnya, sehingga mampu mengendalikan elemen air dan api yang aslinya tak bisa bersatu. Oh, dan kau harus tahu bahwa identitas Lement ketiga pada abad ini belum diketahui."

Theo manggut-manggut. "Ehm, jadi tidak menutup kemungkinan bahwa Lement terakhir adalah ... sang pembantai itu sendiri, kan?"

"Awalnya banyak yang mengira begitu. Tapi Theo," Louis menatap Theo serius. "Ditubuh mayat-mayat anggota klan yang dibantai tersebut tak ditemukan bekas apapun yang menunjukkan kalau mereka dibunuh."

Bersambung

The BondsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang