"Theo Zword!"
Begitu memasuki kelas, ketiga temannya langsung menghampiri. Theo sedikit tersentak. Uwah, aku pasti akan diomeli habis-habisan.
"Ha-hai, kalian! Apa kabar?"
"Bukan 'apa kabar'!" seru Zellen. Ia menarik telinga Theo yang langsung mengaduh kesakitan. "Cepatlah, jangan menghadang pintu!"
Zellen menarik Theo ke tempat duduknya. Theo segera duduk, sementara ketiga temannya mengerubunginya dengan ekspresi serius.
"Aduh, sakit, Zellen!" Theo mengelus telinga kirinya yang memerah. "Kalian kenapa, sih?"
"Kami kenapa? Kau yang kenapa, Theo!" seru Zellen. Ia berkacak pinggang. "Kau berduel sama Zero, ya?"
Theo terdiam dan memalingkan wajah. "I-itu ..."
"Jujur saja, Theo," pinta Louis. Theo melirik ke arahnya. "Sejak awal aku sudah tahu kau bohong."
Theo menghela napas. Bodoh sekali aku berpikir Louis tak tahu kebohonganku. Mereka kan, sudah sangat tahu bagaimana sifatku.
"Theo," Hanna membuka mulut, "kau bisa bercerita pada kami. Kami temanmu, kan?"
Pertanyaan itu membuat Theo skakmat.
~The Bonds~
Lima tahun yang lalu.
Upacara penyambutan murid baru. Theo membaca spanduk yang terpasang di depan pintu masuk aula. Sambil tersenyum, Theo segera berjalan memasuki aula, bersama dengan ratusan anak lainnya.
Seseorang tiba-tiba menyenggolnya. Theo menoleh dan mendapati seorang anak lelaki berbadan tinggi besar menatapnya.
"Oh, maaf." Kata anak itu.
Be-besarnya, Theo menatap anak itu dari bawah hingga atas.
Anak itu balas menatap Theo heran. "Ada apa?"
"Hei, kau murid baru kan? Berapa tinggimu?" tanya Theo. Anak itu mengangguk.
"158 sentimeter," sahutnya.
"Wah, tingginya." Kagum Theo. Ia mengukur-ukur jarak tinggi di antara mereka. Aku terlihat pendek di dekatnya.
Anak itu tertawa. "Namaku Louis Flacke. Siapa namamu?"
Theo menatap uluran tangan Louis, lalu menyambutnya dan tersenyum. "Namaku Theo Zword."
"Hei, kalian. Upacara akan dimulai sebentar lagi," seorang gadis dengan rambut dikuncir ekor kuda memanggil Theo dan Louis.
"Oh, baik!"
Seusai upacara, murid-murid segera kembali ke kelas masing-masing. Murid-murid baru sudah diberitahu dimana kelas mereka sebelumnya, jadi mereka tak perlu kebingungan lagi mencari kelas.
Theo berjalan memasuki kelas bersama Louis, karena ternyata mereka berada pada satu kelas yang sama.
"Kuharap kita bisa berteman baik," kata Louis. Theo mengangguk setuju.
"Hei."
Theo segera berbalik. Gadis yang tadi.
"Kau ... Theodore Zword?" gadis berkuncir ekor kuda itu bertanya.
Theo mengangguk. Louis yang berjalan di depan Theo berhenti dan ikut menatap gadis itu.
"Aku Hanna Salizabelle," katanya. "Kau anak Elsa Zword kan?"
"Bagaimana kau tahu nama ibuku?" Theo balik bertanya, penasaran. Hanna tersenyum.
"Ibuku berteman dengan ibumu."
"Begitu," Theo mengangguk paham. Louis menghampiri.
"Siapa?"
"Oh, Salizabelle, ini Louis Flacke. Louis, ini Hanna Salizabelle," Theo memperkenalkan Louis dan Hanna. Mereka saling tersenyum.
"Kau juga murid kelas ini, Salizabelle?" tanya Louis. Hanna mengangguk.
"Semoga kita bisa berteman baik." Ujar Theo sambil tersenyum.
"Oh ya," Hanna teringat sesuatu dan berbalik. "Eh, kemana dia?"
Theo dan Louis ikut celingukan. "Siapa?"
"Tadi ada—ah, itu dia!" Hanna menunjuk seorang gadis mungil yang berdiri di luar kelas, menatap ke arah Theo dan Louis sembunyi-sembunyi.
"Kenapa dia sembunyi?" tanya Theo ketika Hanna memanggil gadis itu. Ketika Theo menoleh ke arah Louis, ia langsung tahu jawabannya.
"Apa?" tanya Louis bingung. Theo tersenyum menahan tawa.
"Tidak, tidak ada."
"Nah, teman-teman, perkenalkan." Hanna mendorong pelan gadis mungil berkacamata bulat itu. "Dia tetanggaku sekaligus teman dekatku. Mulai hari ini berada di kelas yang sama dengan kita."
"Hai," sapa Theo. "Aku Theo Zword. Dan yang ini Louis Flacke."
"A-aku Zellen Zelianna."
"Dia ini lebih muda setahun dariku," kata Hanna.
"Hee, berarti kau sangat pintar, ya." Puji Louis. Zellen menunduk malu.
"Semoga kita bisa berteman baik!"
~The Bonds~
Sejak saat itu, kami berteman akrab hingga saat ini. Aku menganggap mereka adalah keluargaku di sekolah ini. Karena itu, tak baik jika aku terus-terusan membuat mereka khawatir.
Theo pun menatap satu per satu wajah ketiga temannya, lalu menghela napas.
Bersambung
[Author]
Bab Lima Belas, selesai! Gimana menurut kalian? Krisarnya ditunggu~ di-vomment, yaa. Jangan lupa disebarkan ke orang-orang tentang cerita ini agar si Author makin semangat menulis *dan update-nya makin cepat hehe
Terima kasih telah membaca!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bonds
FantasyMurid baru itu mencurigakan, tapi peristiwa yang terjadi hampir 20 tahun yang lalu lebih mencurigakan. Banyak misteri yang tersimpan setelahnya, namun hingga saat ini tidak ada yang tahu kebenaran dibalik semua itu. Awalnya Theo tidak tahu tenta...