Bab Dua Puluh Satu

22 4 4
                                    

Setelah lemari buku dikosongkan, Zero membersihkan tiap rak menggunakan kemoceng, sementara Theo mengelap buku-buku yang berdebu.

"Wah, tak kusangka banyak buku-buku kuno," ucap Theo sambil membaca judul masing-masing buku. Sesekali ia iseng membuka dan membaca sekilas.

"Membuat Obat-obatan dari Tanaman Herbal. Hee, Hanna sudah baca belum, ya? Wah, Axcellent dari edisi pertama hingga sekarang lengkap. Hm, apa ini, tebal sekali? Sejarah Dunia? Huh, melihatnya saja sudah bikin bosan. Bekerja Sama dalam Tim, Model dari Era ke Era, 500 Resep Cinta, Cara Meluluhkan Hati si Dia? Ya ampun, siapa yang mengoleksi buku-buku ini?"

"Buku-buku ini milik anggota asrama sebelumnya," entah karena apa, Zero mulai bicara. "Ada yang sengaja menyumbangkan, ada juga yang membawa koleksi pribadi—pada akhirnya disumbangkan juga."

Theo mengangguk paham. "Ngomong-ngomong Zero, belakangan ini kau semakin banyak bicara, ya."

Zero tak menyahut.

"Kalau sudah kubilang begitu, malah diam." Gumam Theo. "Yah, wajar saja, sih. Lagi pula tak ada hal lain yang bisa kita lakukan selama diskors. Aku juga mulai berpikir kalau kau sebenarnya tidak sesombong itu."

"Tahu apa kau," gumam Zero. Beberapa saat kemudian keadaan kembali hening.

"Hei, Zero. Mungkinkah kau ..."

Theo menatap Zero serius. Yang ditatap masih sibuk membersihkan lemari.

"... salah satu anggota klan Hadows?"

Gerakan Zero terhenti sejenak, sebelum ia kembali melanjutkan.

"Kau tak perlu menjawab jika tak mau," Theo angkat bahu. "Tapi secara tak langsung kau sendiri yang sudah memberitahuku."

Zero tersenyum sinis dan menoleh ke arah Theo.

"Baiklah. Tak ada gunanya juga menyembunyikannya lebih lama."

Zero melompat turun dari kursi. Theo memandangnya penasaran.

"Theo Zword. Kuharap kau bisa memegang rahasiaku, karena aku juga sedang memegang rahasiamu."

Alis Theo berkerut bingung. "Apa maksudmu?"

Zero terdiam sejenak, memandang Theo selidik. "Jangan bilang kau sendiri tidak tahu?"

"Apanya?" tambah bingung saja Theo dibuatnya.

"Kau ... Lement terakhir, kan?"

Theo terdiam. Ia sedang mencerna perkataan Zero barusan. Sesaat kemudian ia tertawa. "Jangan bercanda, Zero. Aku tak akan membeberkan rahasiamu, jadi kau tak perlu susah payah mengarang cerita demi mengancamku."

Zero memandang Theo dingin. "Kau tidak usah pura-pura, Theo Zword. Aku bisa melihatnya."

"Melihat apa?" tanya Theo penasaran.

"Tanda bahwa kau seorang Lement," jawab Zero. Theo melebarkan kedua matanya.

"A-apa tandanya?" tanya Theo, sedikit mendesak. Zero mengerutkan alisnya.

"Kau ... jangan bilang tak tahu bahwa kau—?"

Theo menggeleng. "Karena itu, apa tandanya?"

Zero terdiam. Matanya memandang ke arah Theo—tidak, ke arah 'sesuatu' menyelimuti tubuh Theo. 'Sesuatu' yang hanya bisa dilihat olehnya. Ia menghembuskan napas pendek ketika menyadari Theo terus menatapnya dengan mata penuh rasa penasaran. "Di sekitarmu, ada semacam aura yang mirip seperti kepala sekolah."

Theo tertegun. Ia teringat percakapannya dengan Louis beberapa hari yang lalu. Saat itulah ia mengetahui bahwa kepala sekolah bukan orang biasa, melainkan seorang Lement. Saat itu juga ia mengetahui bahwa terjadi peristiwa kelam berbarengan dengan hari kelahirannya. Pembantaian klan Hadows, yang merenggut nyawa kedua orangtua Zero ...

Tiba-tiba Theo teringat kejadian dimalam hari ulang tahun ke-17-nya. Ketika ia menemukan Zero sedang berdiri sendiri di beranda tepat sebelum hari berganti. Saat itu ia sempat melihat kilatan kesedihan dimata Zero. Sekilas, namun sekarang ia tahu apa artinya.

"Aku tak mengerti kenapa kau tidak tahu bahwa kau seorang Lement," celetukan Zero membuat Theo tersadar dari lamunannya. Ia menoleh ke arah Zero yang sudah kembali membersihkan bagian atas lemari dengan kemoceng. "Tapi saat ini sepertinya hanya aku yang mengetahuinya, jadi kutekankan sekali lagi agar kita bisa saling memegang rahasia."

Theo menghela napas dan menghembuskannya, berat. Ia sendiri tak menyangka bahwa ia memiliki kekuatan elemen dalam dirinya. Bagaimana mungkin ia bisa tak sadar?

Bersambung

The BondsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang