Bab Tiga Belas

20 6 1
                                    

"Kenapa hanya seorang yang menggunakan pedang asli dalam duel semalam?" tanya Razazel. "Terlebih bukan pemilik aslinya."

Theo memandang Zero, penasaran menanti jawabannya. Razazel tanpa sadar telah mewakilinya menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang belum tentu akan dijawab Zero jika Theo sendiri yang menanyakannya.

"Kupikir akan lebih menyenangkan jika bisa berduel dengan pedang asli," sahut Zero setelah keadaan hening beberapa saat. "Kubiarkan Zword memakainya karena tidak adil jika aku yang membawanya, aku juga yang memakainya."

Razazel tersenyum. "Begitu."

Sementara Theo terlihat belum puas dengan jawaban Zero, terlebih pada kalimat keduanya. Sepertinya bukan karena adil atau tidaknya. Pak Razazel, seharusnya Anda bilang, 'kau mengajaknya duel dengan pedang asli dan membiarkannya menggunakan pedangmu, sementara kau menggunakan tongkat logam?' begitu! Ia pasti akan kebingungan menjawab. Yang sebenarnya, ia memberikan pedangnya padaku karena ia tahu ia bisa melawanku dengan pedang anehnya.

Entah karena Razazel bisa membaca pikiran Theo atau itu memang terlihat dari raut wajah Theo, tapi tiba-tiba ia menanyakan hal yang sama dengan yang diucapkan Theo dalam hati. "Satu pertanyaan terakhir, Zero Fang, karena sepertinya masih ada keanehan di sini. Jadi kau mengajak Theo Zword duel dan membiarkannya menggunakan pedang aslimu, sementara kau melawannya dengan tongkat logam?"

Diam-diam Theo bersorak dalam hati. Pak Razazel, Anda memang terbaik!

"Tentu saja karena aku yakin aku bisa melawannya hanya dengan tongkat logam," setelah menyelesaikan kalimatnya, Zero melirik Theo sambil tersenyum sinis—mungkin lebih ke senyum penuh kemenangan?

Theo yang mendengarnya seakan tak menyangka. Kenapa aku tak terpikirkan kemungkinan jawaban seperti itu! Theo pun mendecih kesal. "Kau harus ingat bahwa duel kita belum berakhir!"

"Tentu saja. Aku sangat ingin menyelesaikannya, namun karena hukuman, kita tak bisa melanjutkannya dalam waktu dekat ini." Kata Zero santai. Santai sekali, sampai-sampai sekilas Theo lupa bahwa image-nya adalah seorang murid baru yang sombong.

"Kau—sebenarnya sifatmu itu bagaimana, sih?" tanya Theo, bingung asli. Sebelum Zero menjawab, tiba-tiba Razazel tertawa lepas. Theo dan Zero menatapnya setengah tak percaya. Mereka saling lirik seakan bertanya-tanya apa yang lucu.

"Kalian menarik." Ujar Razazel disela-sela tawanya. Theo menggaruk kepalanya. Dari segi mananya? Zero pun tak bisa menyembunyikan kebingungannya.

"Baiklah," ucap Razazel setelah tawanya reda, "Zero Fang, kau tahu hukuman apa yang akan kalian terima?"

"Keluar asrama tanpa izin di atas jam 9: membersihkan asrama selama seminggu. Berduel tanpa guru pendamping: dilarang mengikuti jam keterampilan satu bulan. Berduel menggunakan pedang asli: skors di asrama seminggu. Ditambah untukku, tidak menitipkan pedang asli pada guru: pedang akan menjadi hak milik sekolah." sahut Zero panjang.

J-jenius. Theo terkagum, tentu saja karena ia sangat pelupa.

Razazel tersenyum tipis. "Kalau begitu, mulai besok kalian diskors selama seminggu. Tidak boleh keluar dari asrama sampai masa skors berakhir, kecuali jika kalian punya urusan yang sangat mendadak, dan itu pun harus mendapatkan izin dariku. Selama itu pula kalian harus terus membersihkan asrama. Kalian juga dilarang mengikuti jam keterampilan selama 4 kali pertemuan dalam sebulan ini. Dan untukmu Zero Fang, pedangmu menjadi hak milik sekolah. Jika kalian ketahuan tidak menjalankan hukuman satu hari saja, maka hukuman kalian akan ditambahkan. Jelas?"

"Jelas, Pak."

"Kalau begitu kalian boleh keluar." Ujar Razazel. Theo dan Zero segera bangkit dan berjalan keluar. Theo mendahului Zero keluar dari ruangan. Setelah Zero menutup pintu, Razazel bangkit dari kursinya dan kembali berdiri menatap ke luar jendela ruangannya.

Pandangannya lurus ke depan, namun ia tak benar-benar menatap ke sana. Pikirannya berkelana ke suatu waktu dimasa lalunya. Melompat-lompat dari satu memori ke memori yang lain. Tiba-tiba ia tersenyum.

Aku tak boleh membuang waktu.

Bersambung

[Author]

Bab Tiga Belas, selesai! Gimana menurutmu? Krisarnya, please? Di-vomment, yaa. Jangan lupa beritahu orang-orang tentang cerita ini, biar pembacanya makin banyak hehe

Terima kasih telah membaca!

The BondsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang