Bab Enam

37 7 2
                                    


Malam ini bulan purnama bersinar cerah, seakan berkuasa dilangit karena tak ada satu pun bintang yang terlihat. Zero Fang, murid yang baru bersekolah selama dua hari di Axandemme, berdiri di beranda kamar dan mendongak menatap bulan. Sudah hampir satu jam ia berdiri di sana. Angin malam yang menusuk-nusuk kulitnya sejak tadi diabaikannya, karena banyak hal yang berkecamuk dalam pikirannya membuat ia melupakan rasa dingin itu.

Zero menengok arlojinya. Jam 11.58.

Zero menghela napasnya dan kembali menatap bulan. Sebentar lagi berakhir.

Entah kenapa, perlahan awan hitam terlihat di sekitar bulan purnama yang bersinar cerah. Awan itu bergerak ditiup angin, seakan ingin menghalangi cahaya dari sang bulan. Tiba-tiba Zero mendengar pintu menuju beranda digeser terbuka—tentu saja ia tahu dibuka karena tadi ia menutup pintunya.

Zero melirik arlojinya. 11.59. Kemudian dia menoleh ke belakang.

"Sedang apa kau?"

~The Bonds~

Theo menatap Zero aneh. Murid baru penyendiri ini, berdiri di beranda pada hari ketiganya ketika jam hampir menunjukkan pukul 12 malam.

Zero menatap Theo. Theo ikut memandang ke arah mata Zero. Saat itu ia melihat kilas aneh dimata Zero, seperti ... kesedihan mendalam? Namun itu hanya sekilas, karena selanjutnya sorot mata lelaki itu kembali dingin dan tajam.

Awan mulai menutupi bulan purnama yang sebelumnya bersinar cerah, hingga suasana perlahan menjadi gelap. Terdengar dentingan jam ke seantero Axandemme, tanda bahwa waktu telah menunjukkan pukul 12 malam. Zero masih diam menatap Theo, begitu pun sebaliknya.

"Bukan urusanmu," ujar Zero kemudian. Ia segera berjalan melewati Theo dan kembali ke kasurnya. Mata Theo terus mengikutinya hingga Zero berbaring miring dikasurnya dan menarik selimut hingga bahunya.

Jam masih berdentang. Ini sudah dentangan ketujuh. Theo memandang langit yang terlihat gelap. Bulan yang tadi masih bersinar kini sudah tertutup sempurna oleh awan hitam. Sepertinya mau hujan. Theo segera menutup pintu dan berjalan ke kasurnya.

~The Bonds~

Setelah bel pergantian pelajaran berbunyi, guru yang sedang mengajar segera menutup kelas, kemudian berjalan keluar setelah Hanna memimpin kelas untuk mengucapkan terima kasih padanya. Kemudian kelas kembali heboh oleh suara murid-murid yang mulai bubar.

"Akhirnya, jam keterampilan!" Louis merenggangkan tubuhnya dikursi. Saat itu, Hanna melewati tempat duduknya, terus berjalan hingga ke tempat duduk dipojok kelas. Mata Louis mengikuti Hanna yang berbicara pada Zero.

"Oh ya, murid baru itu belum melapor pada Hanna keterampilan apa yang akan diikutinya," kata Louis. Theo ikut menoleh ke arah Hanna. Beberapa saat kemudian, gadis itu segera berbalik dan melangkah menjauhi Zero dengan ekspresi menahan emosi.

"Bahaya," gumam Theo. "Cepat kita pergi!"

Louis segera mengangkat bukunya dan berlari keluar kelas diikuti Theo, sebelum Hanna sempat tiba di tempat duduk mereka. Detik berikutnya, terdengar teriakan Hanna.

"Theo Zword, Louis Flacke, berhenti!"

Theo dan Louis berlari menyusuri koridor sambil tertawa-tawa. Ketika mereka memperlambat lari dan menoleh ke belakang, ternyata Hanna telah menyusul mereka dengan kecepatan penuh.

Sebelum Theo dan Louis sempat bereaksi, Hanna sudah tiba di dekat mereka dan mencengkram bahu masing-masing dengan kekuatan yang melebihi gadis remaja pada umumnya.

"Ampun, Hanna, ampun!" seru Louis, berusaha melepaskan cengkraman Hanna.

"Kenapa kalian lari, hah? Kalian menggosipiku, ya?" sembur Hanna kesal.

"Mana mungkin! Kami ... oh, aku ingin cepat-cepat ke ruang olahraga. Pak Hudson pasti sudah menunggu," kilah Theo. "Louis juga ingin segera ke arena panah."

Louis mengangguk, mendukung jawaban Theo. Hanna menatap kedua temannya dengan tatapan penuh selidik. Sejenak kemudian ia menghela napas dan melepaskan cengkramannya.

"Baiklah, aku juga harus segera pergi ke ruang kesehatan."

"Kau tak ingin mengatakan sesuatu pada kami?" tanya Louis heran. Hanna menatap Louis dengan ekspresi yang terlihat kesal.

"Sebenarnya tadi—"

Bersambung

{Author}

Bab Enam, selesai! Gimana menurut kalian? Krisarnya, please? Vomment-nya juga yaa hehe soalnya itulah salah satu penyemangatku utk terus menulis:" Sekalian sebarkan dengan orang-orang tentang cerita ini yaa.

Terima kasih telah membaca!

The BondsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang