Part 3

98.6K 5.4K 35
                                    

Part 3

Dimanakah engkau, bintang kejoraku????

Kacaunya kehidupan telah memasukkanku kedalam dadanya.Kesedihan telah menguasai diriku.Terbangkanlah senyumanmu ke udara. Ia akan sampai dan menghidupkanku

Kehidupan setelah pernikahan

Watktu berlalu semakin berlalu, jam pun tak pernah berhenti berputar, hari berganti dan berganti. Tak terasa sudah sebulan aku menjalani kehidupan baruku.

Sama, semua masih sama. Adrian selalu memilih lembur di kantornya.Dia selalu pulang jam 11 lewat hampir mendekati 12.

Aku masih ingat ketika di hari ulang tahunku, aku memasak begitu banyak berniat untuk merayakan ulang tahunku bersamanya, tapi aku hanya menunggu harapan kosong, nyatanya pada malam itu Adrian tidak pulang.

Kemana? Aku sendiri pun tidak tahu. Aku tidak pernah bertanya kupikir itu bukan urusanku.

Akhirnya aku memilih memakan masakanku sendiri yang sudah dingin dengan air mata yang terus mengalir.

Berikutnya Adrian selalu pulang larut malam ketika aku sudah tertidur. Aku masih sama selalu bangun pagi dan menyiapkan dia sarapan. 'Enak' itu masih jadi komentarnya.

Sampai kapan akan terus begini. Lisa benar, aku tidak sanggup terus menjalani kehidupan begini. Adrian, begitu dalam kah, luka di hatinya sampai dia tidak pernah memikirkan perasaanku. Buta kah,  matanya jika aku di sini juga memiliki hati.

Aku tidak berharap Adrian tahu persaanku apalagi membalas persaanku. Tapi setidaknya jangan abaikan aku.

Dia bilang aku istrinya aku tanggung jawabnya. Apa hanya sekedar itu, aku bukan wanita yang dia inginkan, aku bukan wanita yang dia cintai.

Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus minta cerai seperti saran Lisa? Apa aku siap berpisah dengannya.

Jika ada yang bertanya mengenai perasaanku yang sebenarnya, jujur aku senang bisa menikah dengan Adrian, aku senang bisa menjadi orang yang menyiapkan sarapannya, aku senang menjadi wanita yang selalu tidur disampingnya.

Tapi aku selalu sedih mengingat jika Adrian tidak pernah mencintaiku. Hanya Anisa di hatinya. Lagi-lagi aku menangis, mungkin menangis sudah menjadi kebiasaanku sekarang.

Aku menoleh kebelakang, Adrian sudah tertidur disampingku. Kulirik jam weker di samping tempat tidurku yang sudah menunjukan pukul 5 pagi, aku bangun untuk berwudhu dan segera menunaikan sholat subuh.

Selesai sholat aku segera ke dapur untuk memasak, aku tahu Adrian sudah bangun sekarang, karena dia selalu memilih sholat ketika aku memasak.

Entah mengapa dari semalam kepalaku terasa sakit, mungkin aku terlalu lelah bekerja. Apalagi jarak yang bertambah jauh dengan menggunakan kendaraan umum,  karena belum terbiasa mungkin tubuhku jadi terasa begitu lelah.

"Adrian," sapaku ketika melihat Adrian sudah duduk menunggu sarapannya.

Beginilah aku, aku selalu bersikap jika aku baik-baik saja."Makanlah! " suruhku setelah meletakan sepiring nasi dengan sayur asem kesukaannya.Bagaimana aku tahu? Dari dulu aku juga tahu.

"Makasih"

Aku tersenyum. "Kau ini buru-buru yah, sampai memasang dasi saja berantakan, sini aku benerin" kataku ketika melihat dasinya yang agak berantakan,aku sedikit membungkuk dan merapikan dasinya.

"Nah, sudah rapi". Aku mendongkakkan wajahku dan hal yang pertamaku lihat adalah mata coklatnya yang sedang menatapku tak berkedip. Baru kali ini aku bertatapan sedekat ini, sungguh benar-benar tampan, aku baru tahu jika Adrian sekarang berjambang meski tipis.

My WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang