BAB 27

101K 4.6K 97
                                    

Part 27

Dua tahun kemudian.......

"Dasar penipu, laki-laki brengsek gak tahu diri, gak punya malu, banci kaleng, kadal joged. Mana yang katanya gak bakal nyerah buat dapetin cinta dari gue, mulut laki-laki emang semuanya buaya". Umpat seorang wanita yang kini sedang berdiri mengintip dari celah pintu.

Dia menghentakkan kakinya sebal, dia sudah ingin menangis, tidak boleh! dia tidak boleh menangis, bisa turun harga dirinya.

Ingat dia hanya karyawan disini, dan yang didalam adalah Atasannya. Untuk apa menangis, memangnya dia punya hubungan apa dengan laki-laki itu.

Bodo amat, dia mau pelukan, ciuman, atau bikin anak sekalian dengan perempuan lain, itu bukan urusannya. Iyah, harusnya memang bukan urusannya, tapi kok, nyesek yah, lihatnya, kalau bunuh orang kira-kira Pak polisi marah gak yah, kalau dijelasin alasannya.

"Hemmm.. Ehemm... Ngapain Lis?". Lisa menoleh, Yah, si nenek peot.

" Eh, Bu Maria. Udah lama disitu Bu?". Lisa menggaruk-garuk rambutnya yang tidak gatal.

"Harusnya saya yang bertanya, kamu ngapain berdiri disitu?". Tanya Maria, wanita yang sudah berumur 40 tahun, tapi masih saja mempertahankan status lajangnya, entah karena dia belum siap menikah, atau karena belum ada yang mau menikah dengannya padahal wajahnya meski sudah berumur masih saja terlihat cantik.

Dia pasti operasi plastik, gue yakin muka aslinya pasti udah peot. hihihi

"Ngapain kamu senyum-senyum". Tanya Maria ketika melihat Lisa yang tiba-tiba tersenyum sendiri.

Lisa mengeyahkan pikiran anehnya. " Eh, ga-gak ada yang senyum kok, Bu". Elak Lisa.

"Kamu jang__" .Ucapan Maria terhenti karena tiba-tiba pintu terbuka lebar dan muculah sosok yang Lisa intip dari tadi.

" Ada apa? Kenapa berisik sekali?". Lisa berdiri dengan gelisah mendengar suara Bariton di balik punggungnya, mampus gue.

" Pak Vandi, saya hanya sedang menegur Lisa yang sejak tadi berada didepan ruangan Bapak". Jawab Maria.

Ahh, dasar nenek peot gak bisa diajak kerja sama. Lalu bagaimana ini? Tidak ada cara lain. Lisa sudah akan kabur tapi Vandi sudah lebih dulu mencekal lengan Lisa.

" Mau kemana? Maria bilang dari tadi kamu didepan ruangan saya, ada perlu dengan saya, Lisa". Lisa menghentakkan tangannya, membalikan badannya, menghadap Vandi dengan wajah PD-nya yang entah dia dapat dari mana.

Sebelum Lisa sempat menjawab Vandi kembali meraih tangan  Lisa dan menggemgamnya. "Jelasinnya didalam saja". Ucapnya. Vandi sudah akan menarik Lisa untuk masuk, tapi kemudian dia melihat Maria yang masih berdiri didepannya "Oh, ya Maria, apa kamu ada perlu dengan saya?". Tanyanya.

"Saya hanya ingin memberi tahu Bapak, jika Pak Arya membatalkan pertemuan siang nanti, dan Beliau meminta jadwal ulang untuk hari Rabu siang". Jelas Maria.

Maria adalah Skretaris Vandi dan mungkin itu sebabnya Lisa tidak suka dengan Maria.

"Baiklah, kamu atur saja jadwal saya, lalu tolong kamu kirimkan ke-Email saya".

"Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu". Ujar Maria.

Sebelum pergi dia sempat melirik ke arah tangan Atasannya yang masih memegangi tangan Lisa. Dia tidak suka melihatnya. Lisa yang menyadarinya dengan sengaja membalas gemgaman Vandi.

......

"Lepasin gue!". Seru Lisa dengan ketus, Vandi melirik ke arah tangannya yang masih menggemgam tangan Lisa lalu sedetik kemudian dia langsung melepaskannya, Lisa merasa kehilangan dan seketika menyesal dengan sikapnya yang sok jual mahal, padahal jual murah ajah, belum tentu ada yang mau.

My WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang