Part 1

192K 6.3K 42
                                    

Part 1

Pernikahan selalu membuat seseorang jauh lebih dewasa,membuat orang tahu bahwa hidup itu tidak hanya satu warna, tetapi dua warna.

Pernikahan yang salah

Mimpi. Ini seperti mimpi, aku bisa melihat dengan jelas bayanganku didalam cermin. Itu seperti bukan aku. Gaun putih ini sangat indah sangat pas ditubuhku.

Aku membentuk senyum dibibirku, tapi seketika, senyumku hilang digantikan dengan air mata yang turun dari kedua mataku. Ini salah.Pernikahan ini salah, ini bukan pernikahanku.

Aku pun tahu dia yang sedang menungguku bukanlah orang yang mencintaiku.

"Erly,kamu sudah ha-" Mama menghentikan ucapannya ketika melihat wajahku yang sudah dipenuhi air mata.

Mama mendekatiku perlahan menghapus air mataku dengan jarinya.

"Jangan menangis, pernikahan adalah kebahagiaan.Tersenyumlah" kata Mamah lagi dengan senyum dibibirnya, tapi aku tahu itu hanya senyum palsu untuk memberiku kekuatan. Aku tahu hatinya saat ini pasti sama sakitnya denganku.

"Ini salah Mah, tidak seharusnya ini terjadi" kataku akhirnya.

"Tidak. Mungkin memang takdirnya sudah harus begini"

"Takdir, jangan bicara takdir sekarang! kita bisa saja membatalkan ini semua sebelum terlambat" Ucapku.

Mama menggeleng. "Ini keputusan Anisa dan inipun keinginan Anisa, jujur mamah bingung, mamah tidak tahu mana yang terbaik,mengorbankan kamu atau mengecewakan Anisa, mama menyayangi kalian" Ucap mamah sambil menangis. Salah satu hal yang kubenci adalah melihat mamah menangis.

Anisa, Kenapa kamu melakukan ini, Kenapa? Kemana kamu sebenarnya? Tidak sadarkah kamu sudah melukai hati banyak orang, Mamah, Papah, tante Utami, Om Renaldi dan juga Adrian, laki-laki yang begitu mencintai kamu.

Aku memeluk mamah. "Aku yakin Anisa punya alasan sendiri, Anisa pasti kembali" Ucapku.

..........

Pernikahanku sudah berlangsung dari setengah jam yang lalu, dan kini aku sedang berdiri bersampingan dengan laki-laki yang kini sudah sah menjadi suamiku, menjadi imam sholatku.

Aku menatapnya dari samping, dari dulu aku tidak pernah mengubah pendapatku tentangnya. Dia ganteng, tapi kini wajahnya tampak lelah,matanya sembab, apa dia juga menangis?.

Kenapa harus bertanya dia menangis atau tidak. Itu sudah jelas. Anisa pergi dihari yang harusnya menjadi kebahagian mereka dan kini dia harus menikahiku, perempuan yang harusnya menjadi kakak iparnya.Pasti sekarang hatinya sedang hacur.

DEG, tiba-tiba dia menoleh ke arahku, mata kita saling bertatapan dan aku tidak tahan dengan ini, dengan cepat aku mengalihkan pandanganku ke arah depan.

Dari dulu sampai sekarang aku masih sadar jika jatungku tidak pantas berdebar untuknya. Aku sudah berusaha menghilangkan debaran ini, namun sampai sekarang belum berhasil.

Aku berdosa. Dia bukan untukku, hati dan raganya sudah sepenuhnya milik Anisa. Adik yang amat sangat aku sayangi.

Dan siapa yang menduga sekarang aku bisa berdiri sejajar dengannya memakai pakaian pengantin seperti ini. Ohh ya, aku harus ingat pakaian ini dibuat bukan untukku. Semua tamu-tamu juga datang bukan untukku.

"Kenapa dia pergi?" Aku tersentak. Aku kembali menoleh ke arah Adrian yang sedang memandang lurus kedepan.

"Pernikahan ini tujuan kami sejak lama, tapi kenapa saat kita sudah sampai, dia harus pergi meninggalkan aku, apa perasaannya sudah berubah, tapi kenapa harus seperti ini cara yang dia pilih?" Tanyanya.sungguh hatikupun ikut sakit mendengar suaranya yang bergetar mewakili perasaannya yang begitu hancur.

My WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang