"Ririiiii.. Dari mana saja kamu?" Erly langsung mengintrogasi Riana pada hal Riana masih berdiri depan pintu rumahnya.
"Abis main" jawab Riana. kaosnya basah penuh dengan keringat.
"Riri cape, panas pengen mandi" Riri membuka pintu dan meninggalkan Bundanya.
"Ririiiiiiii.." teriak Erly, dia sengaja menunggu putrinya sejak tadi, tapi yang ditunggunya malah mengacuhkannya.
"Riri, dengerin Bunda! kamu sudah kelas tiga, harusnya kamu banyak belajar buat persiapan ujian nanti, bukan main terus gak jelas kaya gini" omel Erly.
"Gak jelas gimana Bun, Riri tuh pergi main basket, lagian ujian masih lama, nanti Riri cari bocoran aja, biar lulus"
"Riri kamu tuh, kapan berubahnya sih? Bunda gak tahu lagi gimana caranya ngerubah kamu" ujar Erly yang frustasi. Dia seperti terserang darah tinggi jika sudah berhadapan dengan Riana putri kandungnya sendiri.
"Emang Riri power rengers bisa berubah. Bunda minta ajarin Pak Tarno gih, biar bisa prok-prok jadi apa"
"Ririiii.. Kepala Bunda pusing ngomong sama kamu. Tadi Mamanya Maura dateng ke sini marah marah sama Bunda. Bunda kan, udah sering ngingetin kamu, berhenti ngerjain temen-temen kelas kamu, Bunda tuh, malu tiap bulan dipanggil sama guru BP kamu" omel Erly. Hampir setiap bulan sekali Erly selalu mendapat surat panggilan dari sekolah Riana, entah itu karena Riana yang sering bolos atau karena ulahnya yang sering mengerjai teman-temannya. Banyak wali murid yang komplain pada Erly, menuduhnya tidak bisa mendidik anak dengan benar.
Riana itu perempuan tapi sifatnya seperti laki-laki, tidak jarang dia berkelahi dengan teman-temannya yang laki-laki, karena itu pula Erly menyuruh Riana untuk berhenti belajar karate, dia takut anaknya malah menjadi tidak karuan.
"Ah, si Mauranya aja yang lebay, pake ngadu-ngadu segala, Riri tuh, cuma naro kecoa, satu ekor doang padahal di tasnya Maura, eh dianya malah jerit-jerit kaya oranh gila, terus diketawain deh, sama anak-anak yang lain, hahaha. Abis itu ya Bun, dia nangis. Cengeng banget kan, Bun? masa iya cuma gitu doang nangis, malu kali sama rok abu-abunya" Ujar Riana, dia merasa senang, karena rasanya dia seperti sedang curhat dengan Bundanya. Jadi begini toh, rasanya.
Erly yang mendengar cerita Riana sudah geram. "Ririii. Kamu itu keterlaluan. Kalau kamu seperti ini terus kamu gak bakal punya temen"
"Riri gak butuh temen" jawab Riri, tanpa memperdulikan Bundanya Riri membuka pintu kamarnya dan langsung masuk dengan menutup pintu segera.
"Ririi kalau Bunda ngomong tuh dengerin! Riri.." tidak ada sahutan dari Riri. Erly memijit pelipisnya. Kenapa Riana bisa menjadi anak yang begitu nakal.
"Bunda kenapa?" Erly menoleh kebelakang.
"Lili kamu sudah pulang?"
"Iya Bun. Bunda kenapa, Pusing?"
"Enggak. Bunda lagi jengkel aja sama Kakak kamu, dia kalau di nasehatin susah banget. oh, iya gimana les kamu hari ini, temen-temen kamu baik-baik semua kan?"
Lili mengangguk. "Sekarang kamu mandi terus makan. Bunda udah masak kesukaan kamu"
"Iya Bun" jawab Liliana dan langsung pergi ke kamarnya.
Erly menatap punggung Liliana. Riana dan Liliana adalah kedua anaknya lahir dari rahimnya dengan wajah yang sama. Alias mereka kembar. Erly sendiri sempat terkejut, keluarganya tidak memiliki keturunan kembar tapi kenapa dia bisa mengandung anak kembar. Dia baru mengetahui dari Mamah Utami, jadi dulu Adrian memang memiliki saudara kembar, tapi sayangnya saudara kembar Adrian tidak bisa bertahan hingga saat melahirkan hanya Adrian yang hidup. Adrian sendiri sempat terkejut karena dia juga baru mebgetahui fakta ini.
Erly sering berpikir apa anak kembar seperti anak-anaknya, memiliki wajah yang sama tapi sifatnya berbeda 180 derajat.
"Sayang, aku pulang" Erly terkejut dengan Adrian yang tiba-tiba sudah memeluknya dari belakang.
"Adrian, tumben banget sore-sore kamu udah pulang"
"Aku kangen sama istri aku"
Erly memutar tubuhnya. "Dasar gombal"
"Biarin, sama istri sendiri ini" dan tiba-tiba Adrian sudah mencium bibir Erly.
"Adrian, kamu jangan main sosor, nanti kalau Riri sama Lili liat emang kamu gak malu" ujar Erly yang berusaha mendorong Adrian.
"Kenapa mesti malu, oh iya kamu kenapa, kok tampangnya gak enak gitu?"
"Aku tuh lagi pusing, mikirin Riana.yang sifatnya makin lama makin urakan"
"Kamu sabar, mereka itu masih remaja, nanti kalau udah dewasa pasti Riana akan berubah sendiri"
"Semoga saja"
***
"Siska jangan!! aku belum selesai ngerjain tugasnya"
Siska mendorong Liliana dan merebut buku tulis dari tangan Liliana.
"Lo jangan bohong sama gue, gue tahu lo udah selesai ngerjain tugas dari Bu Titik. Pelit banget sih, lo. Gue kan cuma nyontek dikit doang"
Siska sudah akan pergi meninggalkan Lili yang masih memohon, tapi sebelum sempat dia pergi sebuah tangan sudah lebih dulu mencekal lengannya.
"Balikin gak bukunya!" seru Riana dengan nada datar.
"Cih, lo lagi. Gue tuh cuma minjem bentar, nanti juga gue balikin". ujar Siska.
Riana makin kencang mencekram tangan Siska, sampai Siska meringis kesakitan.
"Lepasin, sakit tahu gak"
"Gue gak bakal lepasin l sampai lo balikin bukunya ke Lili"
"Lo pikir gue takut sama lo- aahhhh" terika Siska ketika Riana melintir tangan Siska.
"Oke, gue nyerah" Riana langsung melepaskan tangan Siska.
"Kasih bukunya ke Lili!" Suruh Riri.
"Nih! gue gak butuh buku lo" Kata Siska sambil menyerahkan buku tulis papa Lili dengan kasar dan langsung pergi begitu saja.
"Kalau ada orang kaya siska tuh, dilawan, lo kan punya tangan, tonjok dia. Jangan diem kaya orang bego, ngerti?" tanya Riri
"Iyah"
"Jangan cuma-cuma iya doang" kata Riri.
"Kamu mau kemana, kok bawa tas?" tanya Lili yang melihat Riri membawa tas gendong.
"Bolos, bosen di sekolah" jawab Riri sambil berlalu meninggalkan Lili.
Liri melirik jam tangannya, baru jam 9 pagi. "Rii tapi Bunda kan, bilang kamu gak boleh bolos lagi". ucap Lili yang tidak digubris oleh Riri.
.....
Terima kasih🙏
Aku baik kan, Updatenya dua part sekaligus gkgkgk. Maaf yee extra part ke dua gak seperti yang kalian inginkan. Gak mesra, Gak romantis. Tapi komen yah untuk extra part ke duanya. Soalnya si Riana sama Lili masuk ke tokoh cerita aku berikutnya yang judulnya Hujan yang udah aku post meski baru prolognya aje, mungkin besok udah aku post part satunya.
see you
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wedding
RomanceErlyna Puri Ramadhani Bagaimana aku bisa masuk dalam keadaan ini. Anisa pergi ketika hari pernikahannya akan berlangsung,dan hal yang membuatku terkejut dia meminta pada calon suaminya untuk menikahiku. Adrian Renaldi Utomo Aku mencintainya lebih da...