“Kareem menjemput kalian, cepatlah!”
Sebuah seruan dari sang ibu yang refleks membuat Niall bergegas melahap beberapa sendok sisa makanan di piringnya sementara Zayn telah selesai sejak tadi.
“Kurangi porsimu sedikit saja, kau selalu membuatku terlambat,”
Ledek Zayn sembari membenarkan posisi tas ranselnya, Niall menghiraukannya dia lebih fokus pada makanan yang masih memenuhi mulutnya.
“Kau harus diet,”
Sang ayah yang masih duduk di meja makan untuk menghabiskan teh dan membaca berita di koran turut berkomentar, Niall tetap diam dan terus makan, dia menyahut pun tak ada artinya.
“Aku selesai,”
Niall menyudahi makannya dan membersihkan sisa makanan di bibirnya dengan tissue sementara Zayn beranjak dari kursinya, mendekati sang ayah untuk mencium tangan dan mendapatkan pelukan
“Cepat Niall!” Ujar Zayn seraya melangkah keluar dari ruang makan setelah mengucapkan salam. Niall memakai tasnya, mencium tangan ayahnya yang kembali sibuk membaca koran, tanpa mengucapkan salam, dia bergegas menyusul Zayn.
“Mampirlah untuk makan bersama, aku akan membuat masakan special kalau kau datang,”
Ibu sedang terlibat percakapan yang menyenangkan dengan Kareem saat Zayn dan Niall muncul dari balik punggung wanita paruh baya itu, Zayn tersenyum ramah sementara Niall melambaikan tangannya pada Kareem.
“Kau membawa mobil Kareem?”
Niall mendesak keluar dan disambut decakkan oleh sang ibu, dia melongok ke depan dan melihat mobil Chevvy biru terparkir di depan pintu gerbang rumahnya.
“Ya, sengaja untuk menjemput dua laki-laki yang sangat payah di depan kemudi,”
Kareem membanggakan diri, Niall berpura-pura tertawa sementara Zayn memilih untuk segera berpamitan dengan ibunya.
***
Chevvy biru itu melaju pelan di jalanan kota London yang lengang, sebuah lagu berbahasa Urdu mengalun lembut menemani perjalanan Kareem, Zayn dan Niall menuju sekolah mereka masing-masing.
“Dia membuatku tidak bisa tidur sepanjang malam, terus berbicara saat tidur,”
Zayn berbicara dengan penuh emosi, gayanya yang begitu bersemangat dengan beberapa gerakan tangan sebagai wujud ketegasan atas segala yang dia ungkapkan sukses membuat Kareem terpingkal-pingkal di depan kemudi sementara Niall yang duduk di kursi belakang hanya bisa menggerutu sambil memikirkan kalimat balasan untuk semua pelecehan yang sudah diberikan Zayn kepadanya di depan Kareem, apa dia sama sekali tidak sadar bahwa dia bisa satu mobil dengan Kareem itu karena Niall?
“Aku ingin sekali melihatmu berjalan saat tidur,” Kareem melirik Niall dari spion di atas kepalanya, Zayn tertawa puas mendengar tanggapan Kareem. Niall yang telah memiliki ide lantas memajukan posisi tubuhnya, menopangkan dagu di sandaran jok mobil yang diduduki Zayn lalu memperhatikan Kareem yang sedang menyetir namun sesekali juga memperhatikannya.
“Ya, kalau kau sudah menikah denganku nanti, kau bisa melihat itu bahkan setiap hari,”
Niall berbicara dengan nada menggoda yang terdengar sok romantis, Kareem menggelengkan kepalanya.