Mobil sedan hitam metalik Harry melaju dengan kecepatan tinggi usai Niall turun tepat di depan toko bunga. Niall hanya mampu menggelengkan kepala, dia turut prihatin atas apa yang menimpa Harry namun dia tidak mau menyesali apa yang sudah dia lakukan karena baginya membuat Harry berdekatan dengan Kareem bukanlah hal yang salah. Setiap orang berhak mencintai dan dicintai oleh siapapun, tidak ada salahnya dan tidak ada hukum yang melarang. Niall memutar tubuhnya seratus delapan puluh derajad setelah mobil yang dikendarai Harry lenyap di tikungan. Senyuman terkembang dari sudut bibir Niall kala matanya mendapati sang pujaan hati, Elf tengah merapikan bunga-bunga di meja di sisi kanan ruangan. Rasa sejuk menyusup bagai hantu, Niall tidak tahu bagaimana rasa itu terbentuk pada awalnya tapi seperti itulah adanya hatinya setiap kali dia berada di dekat si gadis penuh pesona itu.
“Assalamu’alaikum,”
“Walaikumussalam,” Jawab Niall refleks,dia melirik ke samping dengan keterkejutan yang kentara, menemukan si mata indah Kareem telah berdiri di sampingnya dengan jaket kulit hitam, rambutnya di ikat ekor kuda, make up tipis di wajah Kareem membuat setiap garis di wajahnya terlihat semakin eksotis dan memikat, dalam hati Niall sempat bertanya kenapa dia tidak mencintai Kareem ya?
“Aku Kareem Khan, apa kau lupa?” tukas kareem. Niall tergelak sejenak seraya menggaruk tengkuknya.
“Bagaimana kau bisa disini?”
“Aku berjalan,”
Niall mendengus, sementara Kareem nyengir lebar, “Kau menerima smsku kan?”
“Ya, dan karena itu aku kesini,” Kareem memasukkan telapak tangannya ke saku jaket saat angin dingin berhembus. Alis Niall bertaut karena bingung mendengar pernyataan Kareem.
“Zayn sakit dan dirawat di rumah, kenapa kau kesini? Aneh sekali, kau,” Niall tidak melanjutkan kata-katanya setelah sebuah perkiraan muncul di benaknya, dia tersenyum menggoda, “Kau mau membawakan Zayn bunga ya?”
“Tidak,” Elak Kareem saat Niall menyiku lengannya, “Aku mau menunggumu selesai bekerja kemudian pergi ke rumahmu bersamamu,”
“Untuk apa?” Kerut-kerut di kening Niall semakin menonjol
“Terakhir kali Zayn sakit dan aku menjenguknya, kami justru bertengkar. Aku tidak mau bertengkar lagi karena hal bodoh jadi akan lebih baik kalau kau menemaniku saat bertemu Zayn nanti di kamarnya yang agung itu,” Kareem melebih-lebihkan, Niall mengibaskan tangannya tak mau mendebat kemudian dia melangkah memasuki toko sementara Kareem mengikutinya di belakang.
Elf merapikan sekeranjang bunga mawar di hadapannya, memotong tangkainya yang terlalu panjang, mengurangi daunnya dan membersihkan duri-durinya. Ada kemuraman di wajah gadis cantik itu. Awalnya dia bahagia melihat kehadiran Niall yang tidak sendiri melainkan bersama Kareem, gadis Pakistan yang penuh pesona menurutnya. Tapi, sekarang bahagia itu lenyap secara perlahan digantikan oleh hawa panas yang menyelimuti dadanya, membuatnya lalai dan beberapa kelopak bunga rusak karena ulahnya. Kareem dan Niall berbicara di meja Niall, mereka berbicara dan Elf tidak mengerti apa yang mereka bicarakan yang jelas dia melihat si pirang dan gadis bermata tajam itu bercanda dan tertawa bersama tanpa mempedulikannya sedikitpun seolah-olah dia tidak berada disana.
Elf beranjak dari kursinya, perutnya panas karena lapar dan Louis baru akan datang sekitar satu jam lagi, dia tidak bisa menunggu lagi rasanya tenaganya akan semakin cepat terkuras karena emosi yang mendesak dari dalam dirinya, setelah menulis di sebuah kertas, dia melangkah menghampiri meja Niall dengan langkah canggung lantaran Niall masih bercanda dengan Kareem, terlihat dari keduanya yang saling memencet hidung satu sama lain dan tertawa bersama meskipun Elf tak mendengar tawa itu. Tanpa basa-basi, Elf menyodorkan secarik kertasnya tepat di depan wajah Niall, pemuda itu langsung menengadahkan wajahnya, melihat Elf sejenak kemudian menerima kertas itu dengan menahan tawa.