part 18

263 9 2
                                    

“Kareem pelan-pelan,”

Niall mengerang, erangan yang dibuat-buat. Dia tiduran di ranjang kamarnya sementara Kareem duduk di sisi ranjangnya, dia memijat lengan Niall.

            “Makanya kau ini sudah tahu sakit masih saja berulah, menyusahkanku lagi. Ibumu kan ada di rumah, kenapa kau merengek memintaku supaya merawatmu? Aneh sekali,” Kareem mengomel namun tetap mengusap lembut lengan tangan kanan Niall. Si pemuda berambut pirang yang dipijat tersenyum tipis, dia mencuri waktu untuk melirik ke arah pintu, di balik sana ada Zayn dan Harry yang hanya bisa gigit jari. Cemburu terhadap perlakuan Kareem kepada Niall.

            “Kalau kau tidak suka merawatku ya sudah,” Niall menarik lengannya dari tangan Kareem, membuang muka. Kareem mengerut, dia tidak bisa berbuat apa-apa kalau Niall sudah seperti itu.

            “Aku akan menunggu baba pulang dan memukulku saja. Aku tidak peduli tanganku mati rasa selama-lamanya. Itu terdengar lebih baik daripada sakit terus seperti ini.” Niall bergumam sendiri, “lagipula, aku kan  sakit juga bukan karena aku iseng bermain-main. Aku hanya sedang bekerja keras untuk mencari gadis yang mau menjadi model di lomba video,”

            Harry terkikik melihat betapa pandainya Niall mengiba kepada Kareem, Zayn membungkam mulut  si keriting yang jongkok di depannya itu. Harry tertawa terlalu keras.

            “Hei,Niall ini modus ya? Kau sedang menipuku ya?” Kareem mendorong kepala Niall yang membelakanginya, kedok terbuka. Niall gigit jari.

            “Aku tidak menipu, kau lihat sendirikan? Aku sakit kalau tidak percaya kau lihat sendiri saja, bantu aku buka baju,”

Niall menegakkan pungungnya dengan bersusah payah, menatap Kareem dengan sorot mata menantang, dia membuka kancing kemeja kotak-kotaknya, memperlihatkan korset yang dia gunakan. Kareem menautkan alisnya, bukankah Niall tadi meminta dibantu?

            “Apa itu?” Tanya Kareem,

            “Alat untuk membenarkan posisi tulang pungung dan sarafku, dokter bilang sarafku terjepit dan mengalami penyempitan karena itu tanganku sering kram. Kau masih tidak percaya?” Niall berbicara dengan nada tinggi, seolah-olah sakit itu semacam penghargaan yang patut untuk dibanggakan.

            “Niall kau serius? Sejak kapan? Kenapa kau tidak bilang padaku?” Kareem menunjukkan raut menyesal, sinar matanya menyendu.

            “Untuk apa? Kau bilang aku merepotkanmu, sudah pulang sana, aku mau mencari teman chatingku yang mungkin mau kuajak kerjasama di cover video,” Niall hendak meraih laptop-nya yang tergeletak di atas meja kecil di samping ranjangnya tapi Kareem menahannya.

            “Tidak usah, sebaiknya kau istirahat, biar aku saja yang menjadi model video bodoh itu,”

            “Benarkah?” Mata Niall berbinar sementara di luar pintu sana, Zayn menyeret Harry menuju ke lantai satu, mengajaknya berteriak atas keberhasilan Niall membujuk Kareem.

***

            Harry melahap sebutir anggur dengan kasar, melemparkan buah itu ke dalam mulutnya. Dia duduk di sebuah kursi di sudut jembatan, tempat lokasi dia dan kawan-kawannya mengambil gambar untuk cover video clip Westlife. Awan yang menaunginya tersibak angin, sinar matahari yang cukup terik lantas menyilaukan matanya, dia mengumpat dalam hati lantaran lupa tidak memakai kacamata hitamnya.

            “Tidak perlu menyuapiku, aku bisa makan sendiri. Jangan berlebihan Kareem, pergilah bersama Zayn sana,”

Ocehan Niall yang berdiri tak terlalu jauh darinya memaksa Harry untuk kembali melihat kedekatan Kareem dengan si pirang menyebalkan itu. Udara sudah begitu panas dan membuatnya berkeringat, sekarang dadanya juga didera panas,seolah-olah tubuhnya akan terbakar dari dalam juga.

BEWhere stories live. Discover now