“Mommy!”
Seru Harry saat Niall membukakan pintu, si keriting itu menghambur masuk ke dalam rumah dan langsung menghampiri ibu yang sedang mempersiapkan ruang tengah untuk tempat makan bersama.
“Dia ibuku!” Gerutu Niall, dia melangkah kesal membuntuti Harry yang sudah menggelayut manja di lengan ibunya. Sedangkan Zayn terkikik karenanya.
“Niall kau tidak menyuruhku masuk?”
Liam mengeluh, dia masih berdiri di depan pintu.
“Masuklah dan tutup pintunya!” Jawan Niall ketus, dia melangkah menuju dapur untuk membantu Kareem membawakan sajian makanan.
Kareem sedang menyusun roti di atas piring saji saat Niall datang untuk mengambil piring-piring. Dari sudut matanya, dia melihat raut tak mengenakkan di wajah si pirang yang biasanya selalu ceria itu.
“Kau kenapa?”
Tanya Kareem pada Niall yang langsung duduk di kursi dapur, mengambil sepotong roti dan melahapnya dengan lapar.
“Elf tidak bisa datang, Louis adalah kakak paling menyebalkan di dunia,”
Kareem menggeleng pelan, membalikkan badan, berderap menuju teh dalam panci di atas kompor yang sudah bersiul, dia mematikan kompornya.
“Seharusnya dia membiarkan Elf bersenang-senang. Oke dia tidak bisa datang karena harus berkencan untuk merayakan hari jadiannya tapi itu tidak berarti dia harus melarangku mengajak Elf kemarikan?”
Niall melanjutkan kalimatnya dengan mulut penuh makanan tapi Kareem yang sudah terbiasa dengan gaya Niall mampu menangkap semua kata-katanya dengan jelas.
“Dia hanya tidak suka Rose keluar malam,”
“Aku kan bukan anak malam yang nakal, Elf akan aman bersamaku.”
“Louis hanya ingin menjaganya,” Kareem menelengkan kepalanya, dia duduk di samping Niall dan menatap mata biru Niall lekat-lekat.
“Aku bisa menjaganya, setiap hari aku yang menemaninya di toko bunga dan Elf tidak semakin kurus,”
Kareem menahan tawa, satu jawaban bodoh dari Niall dan sama sekali tidak masuk akal tapi sulit untuk dilawan Kareem. Percuma saja berdebat dengannya.
“Niall kenapa kau memakannya disini? Cepat bawa keluar,” Ibu muncul dari balik pintu dan menghampirinya yang baru saja melahap roti ketiga, dia mengambil roti dan ayam dari meja itu sementara dari atas meja di hadapan Niall, Kareem membawa minuman dan Niall mengangkut piring-piring. Makan malam bersama mereka dimulai.
Tawa memenuhi ruang tengah yang benderang diterangi lampu-lampu yang menjuntai di setiap sudut ruangan. Mereka, Ayah, ibu, Zayn,Niall, Harry,Liam dan Kareem bercengkrama bersama, menceritakan berbagai hal sambil menghabiskan sajian khas Pakistan yang menggoda selera. Tawa bertahan cukup lama saat Harry iseng menggoda Liam dengan menyodorkan sendok ke mulut kawannya itu dan terbongkarlah phobia Liam.
“Zayn kalau ada presentasi, dia membalas ucapan selamat pagi paling keras lalu tidur kemudian bangun saat slide terimakasih dan dia bertepuk tangan paling keras juga,”
“Harry selalu membersihkan kukunya seperti anak perempuan yang takut terkena kuman,”
“Dan kau selalu menyimpan bungkus makanan di laci meja lalu menukar mejamu dengan meja Liam saat pergantian kelas,”