Rasa manis menggoyang lidahku saat kumasukkan gigitam pertama jagung bakarku ke dalam mulut. Jagung yang masih hangat memberikan kehangatan yang menjalar di sekujur tubuh. Semua tertawa lalu kuarahkan pandangan kepada mereka semua yang menertawakan Harry, si keriting itu wajahnya dipenuhi arang hitam, Niall mengerjainya.
Cahaya api berpendar, lidahnya menjilat-jilat memberikan kehangatan bagiku dan kawan-kawanku, rambut Rose yang panjang akhirnya diikat karena takut terkena api anggun yang kami kelilingi untuk membuat jagung bakar. Kubenarkan jilbabku sebelum kuterima jagung kedua yang dibakarkan Zayn untukku, dia duduk tepat di hadapanku, tersenyum ramah dan lembut, senyuman Zayn yang selalu berhasil membuatku luluh.
Zayn adalah laki-laki terbaik yang pernah kutemui, beberapa orang yang hanya melihatnya akan menganggapnya sebagai orang sombong yang tidak mau bergaul tapi itu sama sekali bukan Zaynku. Dia ramah dan menyenangkan kepada semua orang, dia si baik hati yang tidak suka menyakiti hati orang lain meskipun terkadang aku dikesalkan oleh pendiriannya yang begitu kuat tentang agama. Aku sempat menyangkalnya tapi sang Pencipta tak pernah salah dan Zayn hanya membantuku untuk memahaminya. Tiga bulan yang lalu aku kembali memakai hijabku yang sempat kutanggalkan hampir selama empat tahun. Zayn memaksaku untuk memakainya lagi. Awalnya aku tidak mau karena aku tidak siap dan dia langsung memasang wajah seriusnya dan berkata :
“Jika aku punya dua permen, satu permen telah terbuka dan yang satu masih terbungkus kemudian keduanya terjatuh di tanah, apa kau pikir aku akan mengambil yang sudah terbuka? Tidak Kareem jangan pikir aku akan mengambilnya bahkan tidak akan ada yang mau mengambilnya. Islam menjaga wanita-wanitanya dengan cara itu.”
Di hari-hari pertama aku kembali memakai hijabku memang Zayn adalah alasannya namun selanjutnya aku tahu dan merasakan sendiri bahwa hijabku bukan untuk Zayn. Ada begitu banyak anugerah yang kudapatkan, merasa lebih berharga dan terjaga. Ini bukan karena Zayn tapi karena sebuah cahaya yang telah menerangiku rasanya seperti terlahir kembali.
“Kareem maaf jika kau merasa aku terlalu mengaturmu. Kau boleh tidak melakukannya jika kau tidak mau, kau boleh melakukannya jika kau sudah siap. Kau tahu aku bukan orang yang romantis dan bisa dengan mudah membuatmu jatuh cinta hanya dengan kata-kata. tapi kukatakan ini dari hatiku, sungguh aku ingin mencintaimu karena Allah. Aku ingin menyayangimu dan tidak membuatmu sedih karena Allah yang Maha Penyayang. Aku akan berusaha untuk tidak menyakitimu karena Allah yang Maha Kuasa saja tidak pernah menyakiti hambanya. Aku percaya padamu dan kuharap kau juga mempercayaiku,”
Sebuah tepukan lembut di bahuku membuatku terlepas dari memori itu, Rose si peri bunganya Niall menepuk bahuku. Aku tahu apa maksudnya karena itu aku langsung berdiri dan mengajak Zayn, Niall, Harry, Liam dan Louis untuk beranjak ke restoran tak jauh dari tempat kami bermain api unggun.
Rose duduk di depan piano sementara aku bersiap dengan sebuah mikrofon. Kami berdua berdiri di atas panggung di dalam restoran sementara Zayn, Niall, Harry, Louis dan Liam menempati sebuah meja di barisan paling depan dekat panggung, raut bertanya-tanya terpasang jelas di wajah mereka begitu pula para pengunjung lain yang semuanya warga lokal Indonesia. Kakiku gemetar saat semua orang bertepuk tangan, aku sebenarnya tidak mau melakukan ini tapi aku sudah berjanji untuk membantu Rose.
Kutarik napas dalam-dalam lalu berkata kepada semua orang yang fokus kepada kami, “Ini adalah lagu spesial buatan Rose yang dulunya bernama Jasmine,” ucapku, mampu kulihat Louis dan Liam membuang muka, Zayn dan Harry menahan tawa,Niall fokus sementara pengunjung lain bertanya-tanya apa yang kukatakan, okey! Bukan salahku kalau aku tidak bisa berbahasa Indonesi kalau aku menggunakan bahasa Urdu maka mereka akan semakin pusing bukan?