Siang itu begitu terik membuat semua orang mengeluh karena panas, Ari dan Tari beserta para sahabatnya itu berjalan menuju parkiran sambil sesekali bercanda.
"Bos kita kumpul di rumah lo yah," Ajak Oji sambil membuka pintu mobilnya.
"Kenapa di rumah gue?"
"Yah karena rumah lo adem,gede, terus di belakang rumah lo juga banyak pohon buah-buahannya lagi sekalian kita ngerujak. Enak kan panas-panas gini ngerujak?" Ujar Oji sambil menaik turunkan alisnya, Fio,Nyoman,Gita,Ata dan Rido mengangguk setuju akan usul Oji. Ari hanya menghela nafas pasrah, tadinya dirinya hanya ingin berduan saja dengan Tari. Namun sepertinya rencana untuk berduan dengan Tari tidak akan berhasil.
Mereka semua mengendarai mobil masing-masing menuju rumah si kembar bersama pasangan mereka, ke enam temannya itu selalu terspesona akan rumah mereka decakan kagum selalu terlontar dari bibir mereka membuat Ari dan Ata bosan di buatnya.
"Ri, Bonyok lo kemana?" Rido berujar sambil melirik keadaan sekitar.
"Bokap ngantor, nyokap ke rumah tante gue. Palingan mereka balik malem" Seru Ari sambil merebahkan tubuhnya di sofa di samping Tari.
"Kalian kalau mau minum,makan ambil aja di dapur. Gue ke atas dulu" sahut Ata sambil berjalan menenaiki anak tangga menuju kamarnya.
"Lo semua kok ninggalin kita" sembur Eki tiba-tiba menghampiri Ari cs yang berada di ruang tamu. Ical yang baru tiba bersama Eki langsung pergi menuju dapur.
"Ah berisik lo nyet, lagian lo udah sampe disini kan?" Balas Oji sambil bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju halaman belakang. Tak berapa lama kemudian Ical yang berjalan dari dapur kembali datang sambil membawa sepiring nasi yang di penuhi oleh berbagai macam makanan.
"Anjir lo nyet,datang paling terakhir, maen makan duluan lo, gue aja yang udah dari tadi datang belum makan apa-apa" dengus Rido yang dapat kekehan dari pada cewek mereka.
"Apaan, lo udah abis sepiring kue, yah" Ari mendecak sebal melihat tingkah para sahabatya itu.
"Ah gue ke belakang deh, Nyusulin si Oji" ucapan Ari di hiraukan oleh Rido, Ia berjalan meninggalkan mereka diikuti Eki dan Ical. Sedangkan para cewek pergi menuju dapur tak terkecuali Tari yang di tahan oleh Ari.
"Ih apaan sih, aku mau nyusulin mereka. Laperr" Tari mencebikan bibirnya sebal.
"Laper nya nanti aja deh, aku kangen tau" Ujar Ari manja sambil memeluk Tari dari samping. Tari yang malu akan sikap Ari yang mulai manja terhadapnya, membuat dirinya berusaha melepaskan pelukan Ari. Namun kekuatan dirinya dan Ari yang tak sama membuatnya hanya sia-sia karena Ari semakin menguatkan pelukannya.
"Diem yang, kalo nggak aku cium nih" Ujar Ari tepat di telinga Tari, membuat bulu kuduk Tari meremang seketika.
"A apaan sih, ma mana berani kamu nyium aku. Lagian mulut akunya juga sariawan, jadi jangan aneh-aneh deh" balas Tari terbata-bata, ia tahu dirinya sudah salah menantang Ari, cowoknya itu jika sudah di tantang malah semakin berani. Tari menelan ludahnya dengan berat, semoga saja Ari termakan ucapannya sehingga acara "ciuman" itu tidak akan terjadi.
"Oh kamu lagi sariawan? Aku punya nih obatnya" Ari membalikan wajah Tari sehingga kini berhadapan dengannya, smirk evil terpasang di wajah tampannya itu, Jantung Tari berdegup dengan kencang Ia yakin sesuatu yang buruk pasti akan terjadi sebentar lagi. Namun ucapan Ari barusan membuatnya sedikit rilex, akhirnya cowoknya itu percaya akan perkataan yang di ucapkannya.
Namun tiba-tiba saja wajah Ari semakin mendekat sehingga kini nafas Ari menerpa wajahnya, harum aroma mint tercium oleh Tari. Tari memejamkan matanya begitu melihat Ari semakin mendekatkan bibirnya, perlahan namun pasti Ari mencium Tari dengan perasaan sayang, bibirnya menggoda bibir Tari agar membalas ciumannya, Ari tersenyum tatkala merasakan bibir Tari yang terbuka membuat Ari memasukan sesuatu kedalam mulut Tari. Ketika Ari akan memperdalam ciumannya,tiba-tiba saja dirinya menghentikan ciumannya.
"Akh, aduh sakit-sakit" teriak Ari mengaduh kesakitan sambil berdiri dari duduknya. Memegangi tangan ibunya yang terus menjewer telinganya.
"Rasain, dasar anak nakal. Belum nikah udah maen sosor anak orang" ujar Mamah Ari sambil terus menjewer Ari. Sedangkan Tari hanya menunduk malu menyembunyikan wajahnya yang memerah bak kepiting rebus, Sambil mengemut vitamin-c yang diberikan oleh Ari.
"Haha udah mah kawinin aja si Ari, daripada nanti si Ari ke bablasan buntingin si Tari" sembur Ata yang berdiri di belakang Mamahnya.
"Sialan lo Ta, tapii kalau di kawinin sama Tari ayok deh Ari mau, tapi kalau nikah nanti deh nunggu lulus dulu, Hehe" ucapan Ari barusan membuat Ia seketika mendapat satu jeweran lagi pada telinga kirinya, membuat Ari semakin mengaduh kesakitan.
"Aduh-aduh sakit, Papah apaan sih baru datang main ikutan jewer Ari," Tawa Ata semakin keras melihat wajah melas Ari, Tari yang melihat Ari tidak tega ia ingin membantu namun dirinya masih malu.
Tanpa di sadari mereka sahabat Arics sedari tadi menyaksikan aksi drama keluarga sahabatnya itu dari awal hingga akhir, tak lupa Oji mem vidio adegan tersebut sambil menikmati rujak bersama teman-temannya itu.
"Ojiii, ngapain lo vidioin si Ari pake kamera guee kampret" Ata seketika berjalan menghampiri Oji yang sedang duduk lesehan di depan pintu halaman belakang, Oji yang kaget reflek menjatuhkan kamera Ata ke dalam ulekan yang penuh dengan bumbu rujak. Membuat Ata semakin murka terhadapnya, Oji langsung berlari begitu melihat Ata yang berlari akan menghampirinya Sedangkan para sahabatnya itu duduk tenang menyaksikan Oji dan Ata yang berkerjaran di rumah, sambil melanjutkan kembali me makan rujaknya yang tertunda.
"KAMPRET LO OJIIII, GUE CINCANG JUGA LO JADI BUMBU RUJAAKKK" teriak Ata menggelegar sambil terus berlari mengejar Oji.
¤¤¤
Halohaa moga masih ada yang mau baca yah :) hehe.. maaf yang udah nungguin nih cerpen #wwwpedemodeon hehe... moga makin suka deh, maaf kalo ada yang gak suka sama ceritanya,sekedar hiburan semata, yang suka aku ucapin makasih sama kalian makin sabar juga nunggu update'an edisi lanjutannya.
Salam sayang
Moi .
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen MatahariSenja Dan JinggaMatahari
FanfictionBerisi beberapa kumpulan cerpen dengan karakter novel Jingga Dan Senja karya Esti Kinasih.