Dengan sisa-sisa kekuatan yang dimilikinya, Tari perlahan bangkit sambil menghapus sisa-sisa air matanya.
Perlahan Tari mulai berjalan tidak menghiraukan pandangan atau cibiran teman-teman sekampusnya. Cewek itu terus berjalan sampai sekelompok cewek menghentikan langkahnya, cewek itu menatap Tari dengan pandangan membunuh. Sedangkan Tari dirinya balas menatap dengan pandangn lelah dirinya melupakan bahwa sekeliling tembok kampusnya itu mempunyai kuping. Maka tak heran Vero kini berada di hadapannya dengan para dayang-dayang nya.
"Lo tuh yah bener-bener harus di kasih pelajaran, nggak tau diuntung banget lo jadi cewek. Tolol banget lo nyakitin Ari, gue udah peringatin beberpa kali kalo lo tuh nggak pernah pantes jadi ceweknya dia" Tuding Vero sambil menunjuk-nunjuk ke dada Tari. Cewek itu hanya diam menunduk tidak membantah ucapan Vero. Vero yang geram dengan reaksi Tari langsung menjambak rambut Tari yang kebetulan hari ini tergerai membuat cewek itu mendongkak sambil meringis.
Mahasiswa/mahasiswi yang kebetulan berada di sekitar mereka membuat Tari dan Vero menjadi tontonan gratis,
"Gue heran sama Ari, kenapa dia suka sama lo yang jelas-jelas lo jauh banget di bawah gue" Ujar Vero sambil terus menjambak Tari, sedangkan teman-teman Vero mengatai dirinya. Tari kini benar-benar merasa sendirian dirinya tidak mungkin mminta bantuan Ari, yang jelas-jelas dirinya sudah membuang cowok itu. Dia berharap dekan atau rektor ada yang melihat kejadian ini.
"Oke lah dada lo..." ujar Vero menggantung "lumayan lah" Ujarnya kembali.
"Tapi gue nggak bisa terima, Ari lo perlakuin kayak gitu. Ngaca dong lo anak pejabat bukan, artis bukan bisa jadi ceweknya Ari. Gue seharusnya nggak ngebiarin lo nguasain Ari, apa-apan lo baru masuk sekolah udah belagu bikin geger SMA Airlangga gara-gara kelakuan lo. Tapi mulai saat ini gue bakalan ngerebut apa yamg seharusnya milik gue. Denger lo?"
Tegas Vero sambil terus menarik rambut Tari, tapi kali ini Vero menariknya dengan keras seakan-akan rambut yang dimiliki Tari dipaksa lepas dari kepalanya.
"Ver ada Oji sama Ridho tuh" bisik temannya yang berada disamping Vero.
"Bodo gue nggak takut sama mereka," Oji dan Ridho yang akan mengerjar Ari seketika terpaku melihat Tari yang sedang di bully habis-habisan oleh Vero. Di dalam hati Oji ingin membantu Tari dari Vero, tapi melihat sikap Tari pada Ari membuat emosinya kembali, Oji berjalan acuh setelah melihat Tari pandangan mereka sesaat bertemu. Oji membalas tatapan permintaan maaf Tari dengan wajah dinginnya oji benar-benar tidak ingin menolongnya. Berbeda dengan Ridho cowok itu langsung menghampiri mereka dilihatnya mata Tari yang bengkak membuat dirinya menghela nafas berat.
"Cara lo kekanakan Ver, niat lo mempermalukan Tari, tapi lo juga mempermalukan diri lo sendiri" Setelah mengatakan kata-kata tersebut Ridho berjalan meninggalkan mereka. Awalnya Vero terdiam meresapi ucapan yang dilontarkan Ridho namun senyum sinis kini mulai tersungginv dibibirnya. Vero mencengkram dagu Tari dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk menarik rambut Tari.
"Liat, Ridho sama Oji aja udah gak sudii nolongin Lo. Apalagi Ari? Ck mampus aja lo" perkataan Vero tadi berhasil membuat dirinya sakit hati, yang di ucapkan Vero memang benar Ari tidak mungkin lagi peduli padanya setelah apa yang dirinya lakukan cowok itu.
Belum sempat teman-temannya itu memberitahu Vero, sebuah tangan mencengkram tangan kanan Vero dengan keras. Mata tajam Ari menatap Vero murka dengan sekali sentakan Vero terjengkal ke belakang membuat cekalannya di dagu Tari terlepas bersamaan dengan dirinya jatuh.
Vero menatap Ari kaget dan tidak terima atas perlakuan kasar yang diterimanya.
"Sekali lagi lo nyentuh Tari, gue nggak bakalan biarin hidup lo tenang. Sekalipun lo cewek. Gue nggak peduli. Karena Lo pengecualin bagi gue." Tegas dan tak terbantahkan membuat siapa saja yang mendengarnya tidak akan pernah berani berbuat macam-macam padanya. Karena mereka tahu Ari tidak akan pernah main-main dengan ucapannya.
Ari membalikan tubuhnya menghadap Tari, wajah Tari begitu berantakan dengan air mata yang terus-terusan mengalir di pipi nya. Cowok itu menghela nafasya dengan berat lalu dirinya pergi meninggalkan Tari yang memandangnya dengan pandangan sedih.
****
Hai hai gimanaa bagian 3 nya??? Tadinya aku males buat lanjutin tapii sayang keburu ditulis sih.hehe...
Moga suka yah sama lanjutannya ☺ and makasih udah ada yang mau nunggu. Kalo kalian nanya kenapa cerpen ini pendek??? Aku jawab sengaja aku buat pendek. Hahaha...Salam
Moi...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen MatahariSenja Dan JinggaMatahari
FanfictionBerisi beberapa kumpulan cerpen dengan karakter novel Jingga Dan Senja karya Esti Kinasih.