Hari itu keluarga Tari mendadak ada acara keluarga di luar kota. Awalnya Tari akan ikut dengan keluarganya, namun sayang besok dirinya ada ulangan fisika yang membuat mau tak mau dirinya diam di rumah sendirian. Tari begitu asyik sedang bertelpon ria dengan Ari, tiba-tiba saja dari luar kamarnya terdengar pintu rumahnya terbuka lalu tertutup lagi. Ia lalu berbicara dengan Ari agar menunggu teleponnya sebentar.
"Maaa udah pulang?" Ujar Tari sedikit berteriak sambil menutup speaker teleponnya agar tidak terdengar Ari di sebrang sana.
"Hmm." Sahutan yang di dengar Tari. Tari kemudian berbicara kembali di ponselnya dengan Ari. Setelah memutuskan sambungan teleponnya, Tari kemudian bangkit menuju meja belajarnya. Cewek itu kemudian membuka buku pelajarannya, ia begitu serius menghapal rumus-rumus untuk ulangan besok. Tiba-tiba saja terdengar suara mesin jahit, awalnya ia berpikir mungkin Mamanya tidak capek sehingga melanjutkan jahitannya. Ia cuek saja dan kemudian melanjutkan kembali belajarnya.
"Geo, ambilin kakak minum dong." seru Tari sedikit keras, Tari menunggu Geo mengambilkan minumannya. Setengah jam lamanya Tari menunggu dengan kesal, cewek itu lalu beranjak dari kursi yang di dudukinya. Tari membuka pintu kamarnya masih dengan rasa kesal, ia berjalan menuju kamar Geo. Ketika membuka pintu kamar Geo, matanya memicing tidak melihat keberadaan Geo dimana pun. Mungkin di kamar mandi pikirnya, karena dia mendengar bunyi gemerecik air dari arah kamar mandi. Tari kembali menutup pintu kamar Geo lalu berjalan menuju dapur, ketika akan kembali ke kamar ia melongokan kepalanya melihat ruangan yang terdapat mesin jahit tempat Mamanya sering menghabiskan waktunya di sana.
Lagi-lagi ia mengernyitkan keningnya bingung melihat ruangan tersebut yang masih rapi dan colokan mesin jahit tersebut tidak terhubung pada stop kontak. Mendadak bulu kuduknya berdiri, ia merasakan hawa dingin di belakang tubuhnya. Tari tiba-tiba menjerit ketakutan begitu mendapati lampu di ruangan tersebut mati. Tari berjongkok sambil menangis ia benar-benar ketakutan. Apa yang harus dirinya lakukan sekarang, ponselnya berada di kamar ia tidak bisa menghubungi siapapun. Tari akhirnya hanya bisa menangis sambil berdo'a agar semua lampu di rumahnya kembali menyala. Tiba-tiba terdengar kembali mesin jahit miliknya Mamanya itu yang kembali bekerja. Tangis Tari semakin menjadi, ia menenggelamkan wajahnya pada kedua lututnya sambil memeluk tubuhnya sendiri.
"Tar, Tari tolongin gue." Ujar sebuah suara nyaris seperti bisikan. Tari yang mendengarnya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya ia tidak mau mendongak keatas. Ia benar-benar ketakutan, tanpa terasa bahunya merasakan sentuhan yang sangat dingin.
"Tolongin gue Tar." bisik suara itu lagi, Tari tetap diam tidak ingin mengangkat wajahnya. Sampai kemudian di rasanya keadaan sudah aman Tari memutuskan untuk mengangkat wajahnya. Mata Tari seketika melebar melihat seseorang yang berada di hadapannya. Tak lama kemudian cewek itu pingsan karena kaget, melihat seseorang yang berdiri menjulang tinggi dengan seringai menakutkan.
***
Kali ini nggak pendek dong yah? Hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen MatahariSenja Dan JinggaMatahari
Hayran KurguBerisi beberapa kumpulan cerpen dengan karakter novel Jingga Dan Senja karya Esti Kinasih.