Edisi PMS

1.8K 73 2
                                        




Tari terdiam duduk di samping Ari sambil menggigit bibir bawahnya pertanda bingung. Ari yang sedari tadi memperhatikan Tari dari kaca spion depannya akhirnya bersuara setelah lima menit lalu dirinya menunggu agar ceweknya itu berbicara.


"kenapa sih yang bibirnya di gigitin terus? aku cium juga kamu. Biar gigi aku yang gantiin gigitin bibir kamu" ucapan santai Ari dengan sedikit nada sebal membuat Tari seketika menghentikan aksi mengigit bibirnya ia lalu mencubit pedas lengan Ari membuat Ari merintih kesakitan.


"sakit tau, bukannya diciumi malah di cubitin"


"rasain, makanya kalo punya otak ganteng itu jangan dipake mikir yang aneh-aneh deh"


"salah sendiri bibirnya kamu gigitin terus,lagian kenapa sih kamu yang? hem" Tari bingung harus menjawab pertanyaan Ari. Sedangkan Ari menunggu ceweknya itu mengucapakan masalah yang dialaminya. Dengan wajah merah menahan rasa malu sambil menunduk Tari berujar.


"Kayaknya Aku dapet deh" Ari mengerutkan keningnya bingung mendengar ucapan Tari,


"hah serius? tapi perasaan kita belum pernah ngelakuin *itu*" sambil memberi tanda kutip dengan kedua jarinya. lagi-lagi Ari mendapat cubitan pedas dari Tari.


"aduh, aku salah apalagi sih, kenapa sih kamu hobi banget nyubit aku hari ini?" Tari tidak membalas cewek itu malah semakin menundukan wajahnya tiba-tiba tanpa di sadari Ari, Tari menangis kedua bahunya berguncang seketika tangis Tari pecah membuat Ari menganga kaget dan langsung memeluk Tari, namun Tari malah memukul-mukul Ari sambil menyumpah serapahi dirinya, Tari menganggap ia tidak peka lah,dirinya tidak sayang dia lagi lah dan sebagai nya.


"ssttt maaf-maaf, aku yang salah,udah yah jangan nangis sekarang kamu bilang, kamu mau apa?" ujarnya sambil mengelus punggung Tari dengan sayang, Tari langsung berbisik ditelinga Ari.


"Aku butuh pembalut" Usapan Ari pada punggung Tari seketika terhenti mendengar ucapan Tari, ia lalu melepaskan pelukannya dan menatap Tari lekat.


"Are'you kidding me?"


"menurut kamu?"


"itu artinya aku harus beliin pembalut buat kamu?"


"yah, karena aku gak mungkin keluar dengan darah yang penuhin rok aku" Ari tediam, itu artinya dirinya harus ke supermarket di ujung jalan sana dan membeli pembalut? what the hell??? seumur hidup dirinya tidak pernah membeli pembalut dan sekarang cewek cantiknya itu menyuruh dirinya membeli barang itu.


"yaudah kalo gak mau, biar acara pertunangan kita aku undur aja" ancam Tari final membuat Ari menghela nafasnya dengan kasar lalu ia kembali menjalankan mobilnya hingga ujung jalan setelah sampai cowok itu membuka pintu mobil disampingnya , sambil menggerutu Ari berjalan memasuki mini market itu, dirinya melihat kekiri dan kekanan untuk mencari beberapa karyawan di a
supermarket itu, tak sengaja ia melihat laki"yang diperkirakan umurnya tidak jauh dari dirinya ia langsung saja menghampiri laki-laki tersebut.


"emm misi mas, maaf saya mau tanya tempat emm roti buat perempuan dimana tempat nya yah?" tanyanya dengan rasa sedikit malu, laki-laki itu seketika mengerutkan keningnya bingung mendengar perkataan Ari.


"si masnya salah denger kali nih. Bukan roti, tapi test peck ia kan? duh mas makanya kalo pacaran itu hati-hati jadi bunting kan ceweknya nanti mas juga yang repot masih muda kok udah punya anak." kini giliran Ari yang mengerutkan keningnya bingung tanpa mendengar ocehan karyawan itu yang menurutnya ngaco dan menuduhnya. Ari kemudian pergi.


"sialan tuh orang nuduh gue sembarangan, cium si Tari aja susahnya minta ampun, apalagi nyentuh dia?" sungutnya sebal sambil terus berjalan.






hay hay ada yang nunggu nih cerpen? Hehe aku post nih berhubung aku kerja pagi xixixi semoga suka yah :D

Salam sayang
Moi...

Cerpen MatahariSenja Dan JinggaMatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang