Part 3 - Confuse

206 12 13
                                    

Sudah hampir 6 bulan aku berada dikelasku yang baru. IX A. Ya, lagi-lagi aku masuk ke kelas unggulan. Hanya 5 orang dari kelasku yang masuk dikelas ini. Termasuk Revi. Aku tidak heran sama sekali tentang hal itu. Karena masuk kelas inilah aku jadi berpisah dengan Putri, Reza dan juga Erga. Kini aku satu kelas dengan Mita. Putri dan Reza kembali satu kelas. Dan Erga? Aku tak tau. Kami sudah lost contact selama 6 bulan lebih. Tepatnya setelah balasan pesan singkat yang kukirimkan pada Erga malam itu.

Setelah meletakkan tasku kedalam kelas, aku segera menuju tempat favoritku yang baru. Teras depan kelas. Letak kelasku yang berada digedung baru membuatku bisa melihat semua aktivitas di lapangan dan juga sedikit hamparan alang-alang belakang sekolah. Angin yang berhembus cukup kencang, membelai rambutku yang tergerai hari ini. Baru sejak masuk kelas IX aku mulai menggerai rambutku sesekali. Merasakan menjadi seorang Alkha yang baru. Dan aku benar-benar merasa jika Alkha yang kali ini sedikit berbeda dengan Alkha yang dulu. Entahlah.

Dari tempatku berdiri pula aku dapat melihat lalu lalang siswa disekolah yang ada di lapangan pagi ini. Hampir setiap hari aku dapat melihat Erga dengan kebiasaan lamanya membawa ransel asal-asalan. Sebelum dia naik ketangga menuju kelasnya yang berada diseberang kelasku, ia tersenyum kecil setelah tatapannya bertemu dengan seorang gadis yang tengah menatapnya. Kalian pikir itu aku? Bukan. Itu bukan aku, melainkan Sheina. Aku hanya bisa menatapnya dalam diam, karena aku sadar jika kini aku tak mungkin menggapainya. Aku menertawakan ucapanku. Menggapainya? Bukankah sejak dulu dia selalu ada disekitarmu, kenapa malah dilepaskan begitu saja. Bodoh kau Alkha.

Flashback

Erga : Gue percaya lo bisa kasih keputusan yang tepat buat pertanyaan gue tadi, Kha. Lo udah cukup lama kenal gue. Gue harap keputusan lo emang bener-bener keputusan yang terbaik buat kedepannya.

Aku benar-benar bingung harus memberikan jawaban apa. Hanya sesak yang terasa. Aku tak tau ada apa denganku. Aku tak mengerti dengan apa yang kurasakan saat ini. Benar-benar tak bisa kupahami hatiku. Apa benar aku menyukainya? Entah. Kupikir aku hanya sekedar mengaguminya. Cinta monyet? Mungkin saja.

Setelah menimbang-nimbang keputusan apa yang kuambil. Akhirnya jariku mulai mengetikkan sesuatu yang aku yakini benar-benar keputusan yang baik untuk kedepannya seperti yang dia katakan. Toh, dia belum tentu menurutinya bukan. Kutekan tombol kirim dan melemparkan begitu saja ponselku ke tempat tidur dan berusaha memejamkan mata. Aku yakin dia tak akan membalas pesanku setelah ini.

Alkha : Kasih dia kesempatan.

Flashback off

"Kha." Aku hanya menoleh sekilas. Kemudian tersenyum sedikit.

"Pulang sekolah nanti bisa bicara sebentar. Berdua." Tanpa mendengar jawabanku, Reza pergi begitu saja dan masuk kedalam kelasnya yang tepat berada disebelah kelasku.

"Udah woy! Masih pagi udah ngelamun aja." Ucap Zian dari ambang kelasnya saat melihat aku masih didepan kelas. Aku hanya menjulurkan lidah sebelum akhirnya masuk kedalam kelasku.

Hari ini, waktu rasanya berputar cepat. Kukemasi semua buku materi jam terakhir. Mita yang sudah selesai berkemas masih duduk menungguku. Aku pegang pundaknya tanda aku telah selesai berkemas setelahnya kami berjalan beriringan dan pulang bersama seperti biasa. Baru sampai dipintu, kulihat Reza sudah berdiri didepan kelasku sambil bersandar pada pintu. Kutepuk jidatku, aku lupa kalau dia ingin bicara denganku sepulang sekolah.

"Kenapa, Kha?" tanya Mita saat aku berhenti sebelum keluar kelas dan itu membuat Reza menoleh kearahku.

"Pulang duluan gih, aku lupa masih ada janji sama orang."

A Million PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang