Riuh sorak sorai seluruh siswa suatu sekolah terdengar cukup keras. Bagaimana tidak. Hari ini merupakan hari yang sangat bersejarah bagi masa depan mereka semua. Pemberitahuan yang menyatakan jika sekolah tersebut lulus 100% ujian nasional, membuat seluruh siswa kelas IX lega bukan main. Termasuk pula seorang gadis yang terlihat sangat bahagia memeluk temannya. Gadis itu tersenyum lebar dilapangan dekat mading sekolah. Ia bahkan tak menyadari jika ia tengah diperhatikan oleh seorang laki-laki yang juga ikut menarik sudut bibirnya. Laki-laki itu hanya menatap dalam diam sendirian dikoridor lantai 1 tanpa berniat untuk bergabung dengan teman-temannya yang lain.
"Kenapa cuman diliatin sih, samperin elah." Seorang teman dari laki-laki itu menepuk pundak teman lamanya ketika sadar jika fokus laki-laki disebelahnya ini hanya terpaku paada gadis dengan bandana hitamnya.
"Gue suka lihatin dia dari sini."
"Kecil banget nyali lo sama cewek. Kalo dia pergi terus lo nyesel, jangan cari gue lo ya." Laki-laki itu menepuk pundak kemudian meninggalkan sahabatnya dan turut bergabung dengan siswa kelas IX lainnya dilapangan.
'Permasalahannya gue dulu yang pergi atau dia yang bakal pergi duluan.'
...
Senyum itu belum luntur dari bibir gadis itu hingga ia melangkah memasuki rumahnya. Setelah memberi salam pada ibunya, lantas ia memeluk ibunya dan memberikan amplop kelulusan miliknya. Senyum itu menular ke ibunya. Didekapnya erat putri kesayangannya itu.
"Kamu udah nentuin pilihanmu, ndhuk?"
"Insyaallah udah, buk. Alkha pasti akan kangen banget sama Ibuk, sama Ayah dan Maul juga."
Alkha-gadis itu- menatap ibunya dengan pandangan berkaca-kaca. Ia masih belum rela harus berpisah dengan keluarganya demi meneruskan sekolah di tempat neneknya. Ini merupakan keputusan yang berat sekaligus usahanya untuk melupakan segala yang terjadi di kota kelahirannya ini.
"Jangan tatap ibuk begitu. Kamu malah kayak nggak akan balik kesini lagi. Kamu beneran nggak milih sekolah disini aja?"
"Mungkin saat kuliah aku disini, atau mungkin akan tetap disana. Ibuk sering-sering main kesana ya biar aku nggak kangen."
"Iya iya. Kamu jadi berangkat nanti malem sama om apa besok pagi sama Ayah?"
"Besok pagi aja. Aku mau ketemu temen-temen aku dulu. Mau pamitan."
Ibu dari gadis itu hanya tersenyum dan meminta anak gadisnya segera mengemasi keperluannya.
Setelah selesai mengemasi pakaian dan segala kebutuhannya, ia menyalakan radio kecil dikamarnya sembari membuka akun facebook miliknya Dibukanya bagian pesan dan mencantumkan beberapa nama teman-teman dekat yang akan ia ajak bertemu nanti.
Alkha masih menimbang kembali apakah keputusannya ini benar-benar keputusan yang tepat. Akankah ia akan menyesalinya dikemudian hari? Tak ada yang tau. Alkha meletakkan hpnya dikasur kemudian ikut merebahkan dirinya disamping hp itu.
Dan lagi terjadi peristiwa terperih
Yang selalu kau beri
Seakan tak berarti untuk kesekian kalinya
Ku tak bisa berbuat apa lagi
Haruskah kita berakhir cukup sampai disini
Meski hati berkata tak mampu
Tak ingin terlambat menyudahi keadaan ini
Mungkin ini jalan kita(Lyla – Dan Lagi)
Lagu yang mengalun dari radio itu benar-benar seakan menyindirnya. Alkha memang tak tahu harus berbuat apa lagi. Lagu itu bukan saja menyindir hubungannya dengan Erga tetapi juga hubungannya dengan Reza. Egoiskah dia? Setega itukah ia menyakiti hati sahabatnya yang menganggapnya lebih dari itu? Benarkah ini memang keputusan yang tepat?
KAMU SEDANG MEMBACA
A Million Pieces
ChickLitMemang benar apa yang dikatakan orang-orang bahwa seorang laki-laki dan seorang perempuan tak bisa sepenuhnya bersahabat secara murni. Entah si laki-laki yang memendam perasaannya kepada sang perempuan atau mungkin sebaliknya. Lalu mereka akan terus...