Keempat orang yang berada di meja itu seketika tergagap ketika mereka mengenali seseorang yang berdiri dekat meja mereka membawa sebuah nampan. Gadis itu hanya tersenyum kecil lalu memilih duduk di sebelah Mita yang masih menatap dengan tatapan tak percaya. Setelahnya, tubuh Alkha-gadis itu- direngkuh erat oleh Mita. Mata Mita pun hingga berkaca-kaca.
"Lo balik kenapa ngga bilang kita-kita! Nyebelin!" ucap Mita setelah melepas pelukannya pada Alkha sembari memukul pelan lengan Alkha.
"Kan niatnya kejutan. Hehehe." Alkha hanya tertawa ringan.
Bagaimana mereka berempat tak terkejut? Penampilan Alkha yang ada dihadapan mereka saat ini sangat berbeda dengan Alkha yang mereka kenal selama ini. Gadis yang dulu sangat cuek dengan penampilannya. Bahkan kadang ia pernah tak menyisir rambutnya ketika hendak kumpul dengan mereka dan memilih mengikat asal rambutnya. Alkha yang ini sangat memperhatikan penampilannya. Rambut tergerai yang rapi, pakaian yang di padu padankan dengan bagus, serta adanya tambahan polesan make up tipis di wajahnya.
"Eh! Bentar deh, hadap sini lo, Kha." Alkha yang mendengar ucapan Zian seketika menoleh kearah laki-laki yang duduk tepat dihadapannya. "Lo? Lo sejak kapan pake make up?"
"Jangan-jangan lo kesambet ya waktu perjalanan balik ke Semarang?" Reza menimpali.
Alkha tertawa sejenak sebelum menjawab, "Sejak kapan ya? Gatau deh lagi pengen aja hehe. Kenapa? Aku cantik ya?"
"Lo kelihatan beda."
Suara itu berhasil membuat fokus Alkha tertuju pada seseorang yang duduk diujung sembari menatap kearah luar cafe. Seseorang yang membuat Alkha harus berusaha keras untuk tetap bersikap santai seperti biasa. Padahal detak jantungnya sudah tak karuan saat mendengar suara itu. Alkha hanya mengulas senyum tipis. Tak berkomentar. Menghadapi dan bertatap muka secara langsung dengan seseorang yang spesial di hati memang terkadang membuat kita berlaku bodoh di depannya. Tapi percayalah, itu semua wajar. Semua orang tentu akan melewati fase itu dalam kehidupannya.
"Mending ini makanan dimakan dulu baru kita introgasi si Alkha kenapa bisa tiba-tiba ni anak muncul disini." Reza memecah keheningan yang sejenak terjadi.
Tak seperti biasanya, meja yang dihuni 5 orang itu menikmati makanan masing-masing dalam diam hingga semua yang tersaji dimeja itu habis. Zian bahkan tak melontarkan kalimat yang biasa ia gunakan untuk memecah keheningan. Zian lebih memilih menyimpan energinya untuk membombardir Alkha dengan berbagai pertanyaan nanti. Mungkin saja apa yang ia pikirkan sekarang sama dengan apa yang tengah dipikirkan teman-temannya yang lain.
"Mit, temenin ke toilet yuk."
"Kalo Mita nggak mau nganterin lo, sama gue juga gakpapa, Kha. Hehehehe"
"Jadi cewek dulu lo kalo mau nemenin dia. Yuk, Kha. Kita titip hape ya."
Mita meletakkan ponsel Alkha dan ponselnya sendiri keujung meja, tepat di depan Erga. Kedua gadis itu kemudian berjalan menuju sudut cafe. Erga masih betah menatap jalanan di luar cafe dan mengabaikan Reza serta Zian yang mulai membahas sesuatu yang ia sendiri tak paham. Tugas sekolah mungkin. Walau rasanya itu sedikit tidak mungkin membahas tugas mengingat kelakuan mereka yang sekarang hampir tak ada bedanya.
TING!
Suara dari salah satu ponsel yang tergeletak di depan Erga mengalihkan perhatian laki-laki itu. Ponsel milik Alkha. Terdapat satu pesan masuk dan tertera nama 'Mas Bayu' disana. Awalnya Erga mengacuhkan pesan masuk itu, namun ia baru menyadari sesuatu pada tampilan wallpaper ponsel Alkha. Foto gadis itu dengan seorang laki-laki. Seragam yang mereka kenakan sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Million Pieces
Romanzi rosa / ChickLitMemang benar apa yang dikatakan orang-orang bahwa seorang laki-laki dan seorang perempuan tak bisa sepenuhnya bersahabat secara murni. Entah si laki-laki yang memendam perasaannya kepada sang perempuan atau mungkin sebaliknya. Lalu mereka akan terus...