Part 13 - Distant Memory of You

170 13 0
                                    

Pagi yang cerah merupakan saat yang tepat untuk menikmati liburan. Hal itulah yang dilakukan oleh Alkha, Mita, Bayu dan Maul saat ini. Diawali dengan mengunjungi Gua Pindul, kemudian menuju ke Candi Prambanan. Hari ini Bayu sedang berbaik hati mau menjadi supir seharian. Beruntung Bayu sudah bisa mengemudikan mobil dan Ayah Alkha sedang tak ada rencana pergi kemanapun sehingga mereka bisa memakai mobil tersebut. Tenang, Bayu sudah punya SIM mobil jadi mereka tak harus mengkhawatirkan resiko ketilang jika ada razia polisi.

Hawa panas seketika menyambut mereka ketika sampai di pintu masuk Candi Prambanan. Namun, hal itu tak menyurutkan semangat mereka untuk bersenang-senang hari ini. Bahkan mereka berempat seolah tak memperdulikan cahaya matahari yang makin membakar kulit.

"Ul, sewa payung gih. Panas banget." Ujar Alkha yang berdiri di bawah pohon. Maul yang mendapat perintah hanya mendengus tapi tetap melakukan apa yang diminta kakak perempuannya itu.

Maul hanya menyewa 2 payung. Hanya untuk para gadis tentu saja. Sedangkan Maul dan Bayu sudah persiapan mengenakan hoodie berkantung depan untuk menyembunyikan telapak tangan serta topi dan kacamata hitam. Cukup menghalau panas agar tak begitu membakar kulit. Keempatnya berjalan mengikuti jalan setapak tanpa arah tujuan yang jelas. Bayu yang sejak tadi berjalan sejajar dengan Maul, perlahan mendekati Alkha yang ada beberapa langkah di depannya.

"Kha.." bisik Bayu saat sudah berada tepat di samping Alkha.

"Napa, Mas?"

"Bikin gempar sekolah yuk."

"Eh? Maksudnya?" Alkha mengernyitkan dahi sedangkan Mita memandang keduanya penuh selidik.

"Sini deh." Bayu mengisyaratkan Alkha untuk mendekat. Kemudian Bayu membisikkan sesuatu pada Alkha. Melihat ekspresi yang ditunjukkan Alkha, Mita berspekulasi jika ada rencana licik yang akan terjadi sebentar lagi.

"Otakmu kayaknya beneran geser deh, Mas."

"Tapi, itu ide bagus tau. Yakali bisa bikin orang jealous kan hehehe." Bayu hanya menanggapi Alkha dengan cengengesan. Sedangkan Mita dan Maul bingung. Sebenarnya apa yang direncanakan keduanya.

"Terserah deh. Kalo berimbas aku yang gak bisa tenang selama di sekolah, awas aja!"

"Iye, iye. Di tangga depan itu aja ya."

"Ngikut ajalah, Mas."

Bayu sudah berjalan mendahului Alkha, Mita, dan Maul menuju tangga dekat candi kecil. Laki-laki itu secara mendadak menarik tangan Alkha yang sudah berdiri tak jauh darinya. Alkha hanya pasrah mengikuti ide konyol kakak sepupunya itu. Walau dalam hati ia juga penasaran setengah mati dengan apa yang akan terjadi ketika mereka masuk ke sekolah atau barang kali reaksi orang-orang yang mengenalnya.

"Ul, fotoin kita dong!" seru Bayu sembari merentangkan sebelah tangannya untuk menyerahkan kamera digital yang sejak tadi berada di genggaman Alkha. Sebagai adik yang baik, Maul hanya menurut.

Dengan merangkul pundak Alkha, Bayu memberikan kode jika mereka sudah pada posisi siap untuk di foto. Satu hingga dua kali jepretan, beberapa pose keduanya sudah tersimpan pada memori kamera digital itu. Mita yang sepertinya sudah memahami situasi hanya menggelengkan kepalanya pelan. Sekelebat ide untuk memanfaatkan situasi ini bahkan sudah terlintas di benak Mita. Tanpa sepengetahuan keduanya, Mita mengarahkan kamera ponsel miliknya kearah Alkha yang sedang berdiri di belakang Bayu saat laki-laki itu tengah menatap hasil bidikkan Maul di kamera digital. Posisi Alkha yang memegang pundak Bayu membuat senyum Mita makin terkembang. Bisa digunakan sebagai bahan uji coba, pikir Mita.

Selanjutnya giliran Bayu yang memotret Alkha dengan posisi Maul yang memeluk pundak Alkha dari belakang. Sepertinya posisi ini adalah ide Bayu dengan memanfaatkan Maul yang tingginya hampir sedikit melebihi Alkha. Kemudian lanjut ke pose mereka berdua yang saling merangkul. Bayu tersenyum puas menatap hasil bidikkannya.

A Million PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang