Part 18 - Hold The Pain For Awhile

156 14 12
                                    

Sepanjang perjalanan kembali ke Semarang hingga sampai di rumahnya, Erga masih menyayangkan pertemuan singkatnya dengan Alkha. Jujur saja ia masih ingin berlama-lama dengan Alkha. Kini Erga sudah berani mengakui semuanya. Semua yang ada di hatinya. Tak ada lagi yang harus dipungkiri. Bahkan, ia ingin mempertegas semua yang terjadi. Tapi bodohnya ia tak tahu harus berbuat apa.

Berguling-guling di atas kasur sejak tiba di rumah 2 jam yang lalu merupakan kegiatan yang dipilih Erga. Kini ia bosan. Badan lelahnya terasa semakin menahannya untuk tak keluar rumah. Iseng, akun facebook lah yang jadi pelarian.

Tak ada yang penting di beranda akunnya. Ada 8 notifikasi yang setengah diantaranya berasal dari permainan-permainan yang disambungkan dengan akun miliknya. Ada 1 pesan yang muncul saat Erga me-refresh kembali akun tersebut.

"Alkha... Tumben." Gumam Erga.

FAlkha Azzahra: Erga...

Pesan yang baru dikirim oleh Alkha 3 menit yang lalu ini benar-benar membuat Erga penasaran. Ini baru pertama kali sejak mereka masih duduk di awal kelas IX hingga saat ini. Pertama kali Alkha mengiriminya pesan terlebih dahulu. Yang sudah sudah selalu Erga mengiriminya pesan. Firasatnya sudah memikirkan hal yang tidak-tidak. Buru-buru ia membalas pesan itu.

Derga WA: Iya. Kenapa, Kha?

FAlkha Azzahra: Sibuk? Mau cerita..

Melihat reaksi Alkha yang seperti ini, walau hanya lewat pesan inbox, cukup membuat Erga senang bukan kepalang. Seperti terhempas ke masa lalu, masa dimana mereka masih begitu akrab. Dimana perasaan satu sama lain masih... murni sebagai sahabat.

Derga WA: Gue lagi gak ngapa-ngapain kok. Udah cerita aja.

FAlkha Azzahra: Mungkin kamu kaget ya tiba-tiba aku ngeinbox hehe.
FAlkha Azzahra: Gimana ceritanya ya...
FAlkha Azzahra: Tadi ada yg nembak aku, Ga...

Tak ada reaksi yang dikeluarkan Erga. Bingung harus apa dan harus membalas apa. Kini jadi teringat sesuatu. Ia penasaran dengan apa yang dirasakan Alkha ketika dulu ia mengirimi pesan dan mengatakan jika Sheina menyatakan perasaannya pada Erga. Seperti ini kah? Terbersitkah rasa tak rela di hatinya saat itu? Erga lebih memilih menjawab seperti yang dilakukan Alkha ketika dulu ia bertanya pada gadis itu.

Derga WA: Terus lo bilang apa? Langsung lo jawab?

FAlkha Azzahra: Ndak tau, Ga. Aku belum jawab. Bingung..
FAlkha Azzahra: Menurut kamu gimana, Ga?

Merasa alarm tanda bahaya berbunyi nyaring dalam benaknya, Erga segera membalas pesan itu dengan menggebu-gebu. Bahkan ia sampai menahan napas sebelum menekan tombol kirim.

Derga WA: Jangan kecepetan, Kha. Pikirin sekolah dulu.

Hanya itu. Ya, hanya itu yang mampu dikatakan Erga lewat pesan jarak jauh itu. Setidaknya ia masih sadar diri untuk tak menjawab persis seperti jawaban yang diberikan Alkha dulu. Meminta gadis itu untuk memberikan kesempatan pada orang lain sama saja menutup jalannya. Bodoh jika sampai hal itu terjadi. Baru saja hendak ­log out dari akun miliknya, sebuah pesan masuk lagi.

FAlkha Azzahra: Emang kalo lagi bener enak banget dimintain saran hehe. Makasih sarannya, Erga :D

Cukup dengan melihat emoticon yang diberikan Alkha diakhir pesan, Erga tersenyum penuh kemenangan. Lega. Tak ada perumpamaan perasaan yang paling mendekati selain hal tersebut. Melihat Alkha sudah offline, Erga pun memutuskan untuk melakukan hal yang sama.

A Million PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang