Part 19 - Way to be Closer

135 9 23
                                    

Hening. Tak ada yang berani bersuara. Erga masih menatap ketiga teman yang berada satu meja dengannya. Ia bahkan tak menyadari jika ada satu 'teman' lagi yang tengah menatapnya sendu. Fakta baru menyakitkan itu berhasil meloloskan sebulir air mata di sudut matanya. Terlalu menyesakkan untuk di pendam.

"Lo serius, Ga?"

"Lo nggak lagi becanda kan, Nyet?"

Pertanyaan beruntun dari Mita dan Zian hanya di balas senyuman kecil dan anggukkan ringan oleh Erga. Hal itu semakin menegaskan bahwa Erga benar-benar serius dengan apa yang diucapkannya. Sejujurnya, Mita sudah tak tahan ingin tersenyum lebar namun urung dilakukan. Hatinya turut senang setelah mengetahui fakta jika perasaan sahabat terbaiknya itu terbalaskan. Zian menatap tak percaya sedangkan Reza? Dia hanya terdiam sembari memutar-mutar ponsel miliknya yang tergeletak di meja. Dia sudah menduga kalau hari seperti ini akan segera tiba. Reza hanya bisa tersenyum getir.

"Gue minta izin ke kalian tu biar kalian semua tau dan ngerestuin hubungan gue sama Alkha kalo dia mau terima gue. Daripada gue sembunyi-sembunyi jalin hubungan sama dia dibelakang kalian tapi sebenernya ada satu diantara kalian yang gak ngerestuin ya sama aja boong."

Serentetan kalimat panjang yang keluar dari mulut Erga seakan menyindir Reza. Itulah yang Reza pikirkan ketika mendengar ucapan sahabatnya itu. Mungkin saja sebenarnya Erga tak sengaja mengucapkan kalimat yang terkesan menyindir atau mungkin saja ia sudah tahu semuanya. Tak ada yang tahu.

"Emang lo yakin dia belum punya pacar? Segitu semangatnya lo mau nembak Alkha." Reza berujar dingin.

Sejenak Erga terdiam. Kenapa ia tak sampai memikirkan kemungkinan itu?

"Gue rasa sih dia masih sendiri."

"Kenapa lo bisa seyakin itu?"

"Gue nggak pernah seyakin ini sebelumnya." Jawab Erga berusaha tetap kalem.

Sedangkan Mita dan Zian hanya menatap kaget dengan reaksi yang diberikan Reza. Sama sekali tak terduga kalau Reza akan jadi sedingin dan seketus itu. Lalu setelahnya Reza kembali terdiam. Sibuk dengan pikirannya sendiri. Erga juga tak berpikir macam-macam tentang pertanyaan Reza barusan.

"Kalo gue sih terserah kalian berdua. Toh, kalian kan yang bakal ngejalanin hubungan ini. Pesen gue, jangan pernah buat sahabat gue nangis. Sekali aja gue liat atau tau dia nangis karna lo, gue sendiri yang akan nonjok muka lo." Ujar Mita berniat mencairkan suasana sambil reflek melayangkan tinju ke arah wajah Erga. Untung saja Erga berhasil menghindar. Nyaris.

"Bener tu. Kalo hadiah dari gue, gue bakal ngacak-ngacak tu muka lo biar gue jadi yang paling ganteng." Lemparan tisu seketika mengenai wajah Zian yang membuat Zian nyengir saat menatap Mita yang memandangnya malas. Jengah dengan sikap Zian barangkali.

"Iye gantengan lu, Yan. Gantengan lu." Erga terkekeh kaku.

"Lu ngatain dia ganteng, gue yang pengen muntah."

"Biar dia seneng, Mit. Kasian dia mulu yang jadi bulan-bulanan."

"Gakpapa, toh dianya ikhlas lahir batin."

"Suka-suka lo lah, Mit. Sirik aja lo kek ibu tiri." Ujar Zian malas.

"Lo diem aja daritadi, Za. Tumben banget."

Mendengar namanya disebut, Reza menatap Erga dengan memberikan senyum seadanya. Mita dan Zian tak ikut memberikan komentar. Mereka paham betul apa yang dirasakan oleh Reza. Mereka maklum. Diantara mereka berempat hanya Erga yang tak mengerti dan tak tahu situasi yang sebenarnya.

"Sariawan ato sakit gigi kali." Celetuk Zian.

"Sialan lu." Kali ini Reza ikut melempar tisu ke Zian yang tentu saja dibalas balik oleh Zian. Reza memaksakan wajahnya agar terlihat biasa saja walau nyatanya sulit.

A Million PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang