Mind's War (1)

142 10 2
                                    

A/N :
Part ini sebenernya gak ada sangkut pautnya sama jalan cerita di part sebelumnya atau di part selanjutnya. Jadi jangan kaget kalau isinya sedikit diluar cerita yang ada atau mungkin ada yang berpikiran gak nyambung.
Part ini cuman sebagian pemikiran yang kadang melintas dipikiran tokoh disini. Mind's War lebih mirip ke curahan hati tokoh diluar jalan cerita. Mungkin juga dengan adanya Mind's War, kalian akan lebih memahami bagaimana karakter tokoh dalam cerita A Million Pieces.

Enjoy :)

Mind's War (1) - Alkha's thought

Terkadang setiap orang diluar sana selalu memiliki satu atau bahkan lebih pemikiran yang kadang sering tiba-tiba terlintas di pikiran mereka. Dan akupun mengalami hal itu.

Terlahir di tengah-tengah keluargaku yang layaknya keluarga pada umumnya membuatku kadang berpikir, akankah hidupku akan seperti mereka jika aku lahir di keluarga itu?

Diluar dari semua itu, ada banyak hal yang cukup menguras pemikiranku. Bukan soal cinta. Aku tak akan membahasnya saat ini. Aku akan membicarakan tentang sudut pandangku tentang sikap orang-orang terdekat disekitarku. Keluargaku tak dihitung dalam hal ini. Yang kumaksud sekarang adalah teman-teman dan sahabatku.

Setiap orang pasti memiliki seorang teman yang akan mewarnai hari mereka saat beraktivitas sehari-hari. Dan tentu pula terdapat salah satu atau lebih yang akan membuat kita merasa nyaman untuk menumpahkan sedikit keluh kesah. Itu sahabat. Banyak pula yang tak mampu membedakan mana yang teman dan mana yang sahabat.

Seumur hidup aku memiliki banyak teman di sekelilingku. Bukan bermaksud sombong, tapi memang itulah kenyataannya. Namun, hanya sedikit dari mereka yang pantas menyandang gelar sahabat dariku.

Pernah suatu hari aku mempunyai semacam geng yang berisi orang-orang yang dekat denganku di kelas. Kami selalu bersama hampir kemana saja selama di sekolah. Kami selalu menggerombol ketika olah raga atau saat ada tugas yang membuat kami harus mengerjakannya secara berkelompok. Di dalam geng itu pasti tak hanya ada suka selama kami bersama, tapi tentu ada masanya akan muncul perselisihan. Entah itu perselisihan kecil ataupun besar. Kesetiaan akan diuji disana.

Bukan bermaksud menyombongkan diri, selama sekolah, aku selalu mendapat nilai yang di atas rata-rata anak kelas di sekolahku. Mereka menyebutku pintar walau aku masih merasa aku belum begitu pantas dipanggil seperti itu. Banyak orang diluar sana yang melihatku iri karena di kelilingi banyak teman. Dengan kata lain aku tak pernah merasa kesepian selama di kelas. Kata mereka aku juga anak yang senang bergaul, baik dan suka bercanda. Walau banyak juga yang menyebutku galak dan sedikit egois. Aku tak mempermasalahkan pendapat orang dalam menilaiku. Itu hak mereka.

Selama menjalani pertemanan itu, kadang aku pernah merasa mereka mengabaikanku secara tiba-tiba atau mungkin secara perlahan. Jujur, aku dapat merasakan semua itu dari sikap yang mereka tunjukkan padaku. Pemikiran-pemikiran yang sering kali muncul di benakku adalah :

*Apa salahku pada mereka atau salah satu dari mereka?
*Apa aku melukai perasaan mereka atau salah satu dari mereka lewat ucapan dan sikapku?
*Apakah ada yang menyebarkan berita buruk tentangku?
*Apa aku egois?
dan masih banyak pertanyaan lain. Pertanyaan yang kita sendiri sulit untuk menemukan jawabannya.

Namun, bukan hanya pertanyaan-pertanyaan tadi yang mengusik pikiranku. Pertanyaan yang sebenarnya malah membuatku bingung harus bersikap, ya diantaranya:

*Jika aku bukan orang yang tergolong pintar, apakah mereka mau berteman denganku?
*Jika aku menunjukkan sifatku yang asli pada mereka, apakah mereka masih mau berteman denganku?
*Jika aku sering mengabaikan mereka, apakah mereka masih bertahan punya teman sepertiku?
*Jika aku bukanlah orang yang baik dan polos dimata mereka, apakah mereka mau berteman denganku? dsb.

Dari banyaknya pertanyaan-pertanyaan itu, yang paling mengusik adalah pertanyaan yang pertama.

Jika aku bukan orang yang tergolong pintar, apakah mereka mau berteman denganku?

Sering aku menanyakan hal ini pada diriku sendiri yang pastinya tak akan menemukan jawaban. Sering pula aku berspekulasi jika mereka hanya memanfaatkan kepintaranku, bukan berteman denganku karena apa adanya aku. Rasanya sakit dan sesak jika terus dipikirkan. Ingin aku menanyakan hal itu, tapi sepertinya tak mungkin. Dampaknya tak baik.

Kadang aku juga berpikir, apakah hanya aku yang merasakan semua itu?

Apakah aku hanya sendiri?

Atau kah hanya aku yang terlalu sensitif?

Jujur, pertanyaan itu benar-benar mengganggu. Apalagi jika mereka yang biasanya selalu dekat- dalam artian umum, belum bisa disebut sebagai sahabat- denganmu tiba-tiba pergi sendiri dengan temanmu yang lain dan mengabaikanmu seolah kamu tak ada disana. Dia atau mereka hanya menganggapmu ada ketika mereka membutuhkanmu. Jika tak ada yang ia perlukan darimu mereka seakan tak melihatmu.

Bagaimana rasanya?

Bisakah kalian membayangkan rasanya?

Terlebih jika seumpama tiba-tiba banyak yang mendadak menjauh darimu. Dan setelah diselidiki, ternyata ada yang menyebarkan berita yang buruk tentangmu.

Apa baik ikut membenci seseorang hanya karena cerita dari orang lain?

Lalu apa gunanya kau di beri otak, mata, hati dan perasaan jika tak kau gunakan itu untuk memilah mana yang lebih baik?

Ingin aku mengatakan "Kenapa kau membencinya sedangkan ia tak melakukan kesalahan apapun padamu?" "Kenapa kau begitu mudahnya termakan ucapan orang yang sarat akan kebencian sedangkan kau bisa menilai sendiri seperti apa dia di matamu?"

Orang-orang diluar sana seharusnya sadar. Jangan ikut membenci seseorang hanya karena cerita yang diceritakan seseorang padamu!

Nilailah orang itu berdasarkan sudut pandangmu sendiri. Hidup ini kau sendiri yang menentukan, Bukan orang lain.

-Fathiyya Alkha Azzahra-

11/03/16

A Million PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang