Part 17 - One Fine Day

134 10 8
                                    

Sejak pergi meninggalkan lokasi festival sekaligus lomba band hingga sampai di penginapan, Erga masih beberapa kali terpergok oleh Genta sedang menggerutu tak jelas. Laki-laki itu seperti tengah kesal pada suatu hal yang Genta sendiri tak tahu apa penyebabnya. Bahkan sepertinya Genta tak sadar jika dirinyalah si pelaku utama yang membuat Erga nampak bete sejak tadi.

"Lo napa sih? Ngedumel aja kayak cewek."

"Bete gue sama lo."

"Eh? Salah apa gue?" Genta yang baru saja tidur-tiduran di atas kasur seketika bangkit duduk menyandar kepala ranjang. Masih dengan ekspresi wajah yang biasa saja.

Erga yang masih duduk di lantai memainkan ponselnya dengan sedikit ganas, sembari menjawab pertanyaan kakaknya, "Lo ngancurin kesempatan gue tadi. Harusnya lo gak nepok pundak gue. Ilang kan dia."

"Dia siapa?"

"Ya pokoknya dia."

"Ohh, gua tau sekarang. Cewek yang lo maksud sebagai penggantinya Sheina kan? Dia disana tadi? Gak ngomong sih."

"Alkha bukan pengganti karena dia tak pernah terganti. Suatu kesalahan aja Sheina masuk di hidup gue."

"Jadi namanya Alkha." Genta manggut-manggut sambil kembali tiduran.

Sial, keceplosan...

"Udah tau namanya kan, gak usah tanya-tanya lagi. Capek gue. Ngantuk." Erga segera menghempaskan dirinya ke kasur dan menarik sarung yang ia gunakan sebagai selimut hingga menutupi wajahnya.

"Yee, ngambek dia. Kek cewek banget lu."

"Berisik."

Malam ini mood Erga tak bisa terdeskripsikan. Hatinya semakin dongkol saat ia mendengar Genta yang cekikikan. Padahal tadi hampir saja. Nyaris.... Lalu setelahnya.. ah ya sudahlah tak perlu diperjelas. Lenyap. Bahkan ketika Erga kembali melihat sekeliling, gadis yang dilihatnya pun sudah tak nampak batang hidungnya. Perasaannya masih mengatakan jika ia mengenal gadis itu.

Ini sudah hampir pukul 10 malam. Hampir saja Erga lupa melihat pesan konfirmasi dari Mita yang dimintanya untuk menghubungi Alkha. Setelah ia memeriksa ponselnya, nihil. Tak ada pesan masuk atas nama Mita disana. Yang ada hanya sms dari operator yang mengatakan sisa kuota internetnya tinggal 10MB. Tipis. Lebih baik pergi ke alam mimpi jika seperti ini kondisinya.

Tak adanya pesan yang masuk dari Mita memberikan beberapa kesimpulan.

-Mita lupa menghubungi Alkha,
-Alkha yang memang tak membuka akun facebooknya,
-Alkha lupa membalas pesan Mita,
-Mita lupa sms Erga. Atau kemungkinan yang paling tinggi presentase kejadiannya adalah,
-Mita nggak punya pulsa!

Namun, Erga masih berusaha memberikan masukan-masukan positif pada dirinya sendiri. Badannya sudah terlalu lelah hari ini. Begitupun hatinya. Maka jalan terbaik yang harus diambilnya saat ini adalah... Tidur.

...

Sesampainya di rumah, Alkha menghempaskan dirinya di kasur lantai yang digelar tepat di depan televisi. Bayu pun melakukan hal yang sama. Hari ini benar-benar melelahkan sekaligus menyenangkan. Keduanya benar-benar puas dan sangat menikmati konser tadi walau tidak sampai akhir acara. Satu yang mengganjal di benak Alkha. Rasanya ia menyadari satu hal di tempat festival tadi. Namun semua masih samar. Alkha tak tahu apa yang mengusik pikirannya.

Entah ini hanya halusinasi semata ataukah benar-benar nyata, Alkha merasakan ada seseorang yang terus memperhatikannya saat ia hendak membeli es kuwud tadi. Hampir saja ia bisa melihat wajah seseorang yang masih terus memperhatikannya, jika saja tak ada suara lain yang menginterupsinya. Suara laki-laki yang cukup dikenalnya.

A Million PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang