Merasakan cinta yang bertepuk sebelah tangan sama sekali tak pernah terlintas dalam benak siapapun. Terlebih jika si penyebabnya adalah seseorang yang begitu dekat dengan kita dan bahkan selalu berada dalam jarak pandang kita. Terlalu menyakitkan. Ingin rasanya meneriaki atau mungkin parahnya hingga memaki dia dengan menyebutnya sebagai pengkhianat. Namun jika kondisi yang terjadi adalah orang yang spesial itu sebenarnya lebih menyukai orang itu tanpa tahu jika perasaannya itu berbalas, apakah itu bisa dikatakan sebagai pengkhianat juga?
Memikirkannya hanya membuat Reza sakit kepala. Sepanjang hari dimana ia bertemu dengan Mita, Zian dan Erga, dipasangnya senyum getir. Ia tak pernah mengira jika sudah sekian lama perasaan Alkha terhadap Erga terbalas satu sama lain. Senyum yang terkembang di bibir Erga dan tanggapan dari kedua orang yang begitu dekat dengan Alkha membuat salah satu bagian dalam dirinya menyerukan kekalahan dan memintanya mundur perlahan lalu menjauh sejauh mungkin. Tapi sebagian yang lain ingin mencari celah. Manusia memang egois.
Rasanya Reza ingin kembali ke masa saat ia masih bersama Alkha. Masa-masa yang begitu indah. Menurutnya. Kenapa? Kalau boleh jujur, Reza memang sepenuhnya merasa Alkha hampa bila bersama dirinya. Jangan ditanya apa saja yang sudah dilakukan Reza agar hubungannya dengan Alkha terasa lebih berwarna. Banyak hal. Dan itu semua terasa sia-sia. Malang memang.
Sedari tadi yang dilakukan Reza hanya duduk santai di kursi cadangan sembari melihat teman-temannya semasa SMP main futsal di lapangan. Seharian ini tubuh Reza malah merasa malas dan tak mood mengerjakan apapun. Ralat, bukan hanya hari ini, tapi haari-harii sebelumnya pun juga begitu. Biasanya ia sangat antusias ketika ada yang mengajaknya sparing futsal entah dengan siapapun. Kini ia berbeda, ada yang aneh bagi teman-temannya.
Jika teman-teman yang berkumpul adalah teman SMP, tentu saja disana ada Erga. Semakin ia melihat Erga, semakin ia teringat pula akan ucapan Erga yang membuat gadis yang ia sayangi itu merasa senang bukan main bila mendengarnya secara langsung. Fakta menyakitkan bagi Reza yang tak bisa membuat Alkha tersenyum puas karena dirinya. Yang terjadi sebelumnya adalah Alkha yang tersenyum seperti biasanya. Biasa yang begitu kontras dengan senyum yang gadis itu berikan secara tulus pada Erga.
Pikiran Reza seketika melayang jauh ke masa ketika ia sering kali memergok Alkha yang sedang menatap kelas Erga dari balkon kelasnya pada jam istirahat ataupun ketika sebelum bel jam pertama dimulai. Ada rasa aneh dalam hatinya melihat Alkha yang hanya terdiam menatap kelas itu dan pergi saat sosok yang dimaksud muncul. Reza dapat merasakan seberapa dalamnya rasa yang dimiliki Alkha untuk Erga. Tak akan sama dengan yang ia berikan untuknya. Bahkan ketika keyakinannya berasumsi kalau rasa yang Reza berikan untuk Alkha jauh lebih besar dari yang Erga berikan saat itu. Ya saat itu.
Kejadian lain yang begitu diingatnya adalah ketika dirinya dengan sengaja mengajak Erga untuk makan mie ayam di dekat lapangan tanpa memberi tahu kalau Alkha juga akan berada di sana. Ia tahu, bahwa kedua orang itu seakan menjaga jarak satu sama lain hingga tak ingin bertemu dalam radius jarak yang dekat. Maka dari itu Reza sengaja melakukannya. Ia penasaran dengan reaksi yang akan diberikan keduanya ketika bertemu.
Sesuai dugaannya, keduanya nampak kaget. Terlebih ekspresi yang diberikan Alkha. Ada sorot bahagia dan rindu yang terpancar dari matanya. Siapapun akan mampu melihat itu jika menatapnya dengan seksama. Dan itu kembali menyulut sedikit rasa cemburu dalam diri Reza. Rasa cemburu akan keinginannya yang ingin ditatap juga dengan tatapan seperti yang diberikan Alkha terhadap Erga. Perlu diingatkan jika saat itu Reza adalah kekasih Alkha.
Kejadian terparah dari semuanya adalah ketika Alkha mengumpulkan mereka berempat yang ternyata bermaksud ingin berpamitan. Hal itu terjadi tepat 3 hari setelah hubungan Reza dan Alkha berakhir. Bisa terbayangkan kah apa yang Reza rasakan? Tak bisa dideskripsikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Million Pieces
Literatura FemininaMemang benar apa yang dikatakan orang-orang bahwa seorang laki-laki dan seorang perempuan tak bisa sepenuhnya bersahabat secara murni. Entah si laki-laki yang memendam perasaannya kepada sang perempuan atau mungkin sebaliknya. Lalu mereka akan terus...