Chapter 23. A Reason To Fight

2.2K 115 8
                                    

Neil mengarahkan semua kemampuannya dan bergerak secepat suara.Yang nampak hanya sekelebat banyangan Neil yang terlihat samar-samar.Dalam sekejap,Neil muncul tepat dihadapan Albert dan langsung menyerang dengan tendangan berputar.

Albert menahan dengan kedua tangannya.Jarum jam di lingkaran sihirnya mulai berputar mundur.Seketika itu juga,Albert langsung menghantam balik Neil dengan tinjunya sampai terdorong kebelakang.Neil hanya melihat Albert mengerahkan satu pukulan,tapi seperti ada enam sampai tujuh pukulan yang menghantam sekujur tubuhnya.

Neil meringis sambil memperhatikan lingkaran sihir ditangan kanan Albert. "Hm...jadi begitu.Dia menggunakan sihirnya dan memperlambat waktu sebelum menyerangku.Dengan begitu dia bisa bebas melontarkan serangannya tanpa kusadari" pikir Neil

Sesaat kemudian,tanpa memberikan kesempatan untuk Neil,Lucy juga ikut menyerang.Kecepatannya jauh lebih cepat dari yang selama ini Neil lihat.Tanpa sadar,Lucy muncul tepat disebelah Neil dan menyikutnya dari arah samping.Tak hanya sampai disitu,Lucy memukul Neil bertubi-tubi sambil mengeluarkan tawa kejamnya.

"Jangan lupa kalau masih ada aku,Neil!" ucap Lucy sambil menghunuskan tangannya menggores pipi Neil

Neil dengan cepat mengobarkan api hitam disekitar tubuhnya dan membuat jarak diantara mereka berdua.Berkat api hitam itu,serangan dari Lucy juga berhenti berdatangan.

"Jangan ikut campur,Lucy.Aku tak punya urusan denganmu." ujar Neil tajam

Lucy hanya menyeringai dan menjilati tetesan darah Neil di jari tangannya. "Kurasa kau belum mengerti juga hubungan diantara kita,Neil.Kau itu adalah milikku.Jadi setiap aku ingin bermain denganmu,kau tak punya pilihan selain patuh"

"Aku bukan milik siapapun.Dan pastinya aku bukan milikmu.Sekarang menyingkirlah!.Ini hanya antara aku dan Albert.Aku tak mau melawanmu" balas Neil

Lucy mendadak menunjukkan ekspresi tak senang. "Jadi sekarang kau mengabaikanku,huh?!.Baiklah jika itu mau mu.Akan kubunuh kau disini dan meminta Eric menghidupkanmu kembali nanti"

"Itu jika kau bisa mengalahkanku" ujar Neil

Lucy tersenyum angkuh dan membuka kedua tangannya.Seketika,energi kegelapan dalam jumlah besar meluap keluar dari zirah hitam yang dikenakannya.Baju zirah di tubuh Lucy dan Albert tampaknya sama seperti yang dikenakan Necromancia.

"Bagaimana menurutmu soal kekuatan baruku?.Kau sudah pernah bertarung dengan Necromancia.Jadi kau pasti tahu apa yang zirah ini bisa lakukan" ujar Lucy

"Kekuatan yang Eric berikan padamu itu memang membuat kekuatanmu berlipat ganda dan membuatmu merasa tak terkalahkan.Tapi kekuatan itu juga perlahan akan mengambil alih tubuhmu" balas Neil

"Maksudmu seperti yang terjadi pada Necromancia?.Tenang saja,hal itu tak akan terjadi padaku.Itu karena Eric yang sengaja mengatur kegelapan di zirah Necromancia untuk mengamuk untuk berjaga-jaga jika saja naga itu kembali berkhianat"

Neil mengepal tangannya. "Jadi itu semua adalah permainannya.Necromancia...apa dia juga hanyalah alat yang bisa kalian manfaatkan untuk mencapai tujuan kalian?!" tanya Neil emosi

"Hei,Tak perlu tersinggung begitu.Kita semua itu sama.Kau,aku,dan Necromancia.Kita tidak lebih dari batu loncatan untuk Eric.Dia bisa menyingkirkan kita kapan saja ia sudah tidak membutuhkan kita lagi" balas Lucy

"Dan kau masih saja mengikuti semua perintahnya.Meskipun kau tahu Eric hanya menggunakanmu sebagai senjata.Kau tetap saja melakukan semua pekerjaan kotornya!"

"Itu karena memang itulah jati diriku....sebuah senjata" ujar Lucy.Neil tiba-tiba terdiam begitu Lucy mengatakan hal itu.

Tatapan mata Lucy sedikit berubah.Neil seperti melihat ada setitik sorotan kesedihan di kedua bola mata Lucy. "Aku berasal dari kota kecil di dekat Estaria yang bernama kota Edam.Keluargaku adalah pelayan yang melayani seluruh keturunan Everard selama bertahun-tahun.Selama ini,kami sangat setia melayani majikan kami.Terutama ayahku.Dia mendidikku dengan keras dan tanpa belas kasih.Sejak kecil aku selalu dilatih untuk membunuh perasaanku sendiri.Karena senjata tak membutuhkan perasaan.Semua itu ayahku lakukan demi mempersiapkan aku untuk melayani pemimpin keluarga Everard yang selanjutnya"

Dragon Slayer : The End Of legend (book 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang